Hiburan murah meriah di pinggir jalan
Merdeka.com - Sekelompok bocah menunggu sejak pagi di depan sebuah Warung di Terminal Kalideres, Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Mereka menikmati sebagian waktu liburan akhir tahun. Mereka berharap klakson telolet dibunyikan sang sopir yang hendak masuk atau meninggalkan terminal.
Bocah-bocah itu pun menjadi riang ketika klakson itu dibunyikan. Dengan tangan melambai-lambai, mulut bocah itu juga ikut menyebutkan 'om telolet om'.
Fenomena 'om telolet om' merebak berapa minggu lalu. Hal itu bermula dari tingkah sekelompok bocah di daerah Jawa khususnya jalur Jepara-Kudus yang ingin mendengarkan bunyi klakson telolet dari bus malam yang melintas. Dengan tulisan kertas di tangan, mereka meminta sopir untuk membunyikan klakson. Sejak saat itu pula banyak orang dari pelbagai kalangan memburu 'om telolet om' dan menjadikannya sebagai hiburan yang menyenangkan.
-
Siapa yang ikut terdampak fenomena bus telolet di Tangerang? “Wah ini sih nggak bener, nggak bener bocah-bocah rame banget asli (mengejar bus telolet di jalan),“ kata pengguna jalan yang merekam ramainya anak-anak di jalan, sembari menuliskan kata meresahkan.
-
Bagaimana transportasi di Jakarta berkembang? Pelbagai angkutan umum berteknologi manual hingga mesin pernah menghiasi jalanan ibu kota. Selain kereta yang semula berfungsi mengangkut hasil bumi dan menjadi alat transportasi, angkutan umum di DKI Jakarta masih mengandalkan tenaga manusia dan binatang yakni delman dan becak.
-
Kenapa bus telolet di Tangerang dianggap berbahaya? Kondisi ini dirasa berbahaya dan rawan menyebabkan kecelakaan, terutama jika anak-anak yang mengejar bus terjatuh di lokasi tersebut.
-
Apa yang membuat bus unik? Bus kota ini benar-benar memiliki grafis yang menarik. Mata kita tidak akan bosan melihatnya.
-
Apa julukan dari Bus Esto? Pada masa itu, Bus ESTO mendapat julukan dari masyarakat 'Si Kodok Ijo'. Hal ini lantaran desain yang unik dari bus tersebut. Bodinya berwarna hijau tua dan memiliki desain moncong besar di depannya.
-
Kapan ojek pertama kali muncul? Ojek sendiri pada mulanya berkembang di pedesaan Jawa Tengah pada tahun 1969.
Lucunya, tak saja di tanah air, 'om telolet om' juga digemari di luar negeri. Bahkan DJ-DJ terkenal menjadikan bunyi telolet dengan gaya remix. Telolet mendunia, sedikit meredam kisruh panas di tanah air.
Bagaimana telolet bermula? Solibi (40), kernet bus Kramat Jati jalur Semarang-Purwodadi-Ngawen menuturkan, klakson unik telolet sudah ada sejak dua tahun lalu. Klakson yang dengan bunyi menggelegar merupakan kebutuhan bus untuk mengingatkan penumpangnya.
"Ini karena lagi ramai saja tapi sudah dipakai dua tahun lalu," kata Solibi ketika berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu di Terminal Kalideres, Jakarta Barat.
Menurut Solibi, klakson telolet juga menjadi tren yang seperti diperlombakan di antara pemilik bus. Setiap awak bus berusaha mencari keunggulan masing-masing selain fasilitas utama yang disediakan seperti AC, dan tempat duduk yang nyaman.
"Kalau sudah lihat atau dengar dari bus yang lain apa yang baru bisanya diikuti juga bus lain," jelasnya.
Untuk angkutan umum yang masuk di Terminal Kalideres, bus Hariyanto disebut sebagai bus yang pertama kali menggunakan klakson telolet. Setelahnya, kata Solibi, bus-bus yang lain juga ikut baru kemudian merebak gara-gara tingkah bocah di jalur Jepara-Kudus.
Menurut Abdul, sopir Bus Kramat Jati, harga sebuah klakson telolet tergolong mahal. Berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta ke atas untuk tiap pasangannya. Harga yang paling mahal adalah untuk klakson telolet yang memiliki tiga terompet. Terompet ini akan mengeluarkan bunyi yang bervariasi dan terdengar harmoni yang unik dan meriangkan suasana.
"Ada yang murah tapi bunyinya tidak panjang. Kalau yang mahal itu mempunyai tiga terompet," jelas Abdul yang membeli klakson telolet di kawasan Lebak Bulus.
Tak ada tujuan khusus selain menjadi atribut pelengkap klakson telolet yang dipasang di bus-bus antarprovinsi ini. Abdul mengatakan, klakson telolet digunakan hanya untuk kesenangan saja karena bunyinya yang unik dan terdengar indah di telinga. Baik perusahaan atau pemilik bus tidak mempunyai aturan agar klakson digunakan sebagai daya tarik bagi penumpang.
"Perusahaan juga tidak melarang. Enak ada dengarnya apalagi disukai orang," jelasnya.
Telolet di luar Jawa
Jika anda pernah keluar Pulau Jawa melalui jalur darat, klakson terompet dapat dengan mudah kita dengar dari bus ataupun mobil ekspedisi yang digunakan untuk mengangkut barang. Klakson mobil umumnya berbunyi menggelegar mengingat lintasan yang dilalui merupakan areal berbukit-bukit.
Nah, klakson terompet ini sangat berguna untuk mengingatkan atau menjadi tanda bagi angkutan lain demi terhindar dari kecelakaan. Selain itu, klakson terompet juga menjadi tanda sapa di antara sesama sopir atau malah menjadi identitas kendaraan mereka.
Seperti di wilayah Kupang dan Flores, NTT umumnya, klakson terompet mempunyai cerita tersendiri. Di daerah ini, setiap angkutan umum seperti bus antarkota dalam propinsi maupun di perkotaan hampir seluruhnya menggunakan klakson terompet. Meski kerap bising, namun minat terhadap klakson terompet tidak pernah hilang.
Selain terompet, hal yang umum di daerah ini adalah penggunaan musik yang keras. Maka tak jarang bus ataupun angkot disebut sebagai diskotek berjalan.
Mengapa memburu telolet?
Kala 'om telolet om' merebak seperti sekarang ini, banyak pengguna media sosial mengunggah postingannya berupa video ataupun foto yang memperlihatkan mereka tengah menikmati 'om telolet om'. Tak sedikit pula parodi ataupun meme dengan jenis yang sama. 'Om telolet om' diburu dan menjadi trending topik.
Edy (29), warga DKI Jakarta, mempunyai kisah memburu 'om telolet om'. Ketertarikannya memburu telolet berawal dari postingan teman-temannya di media sosial yang memperlihatkan kesenangan ketika melakonkan 'om telolet om'.
"Senang saja karena melihat teman-teman. Saya cari bus lalu membuat video," aku Edy kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Sebagaimana Edy, fenomena memburu telolet menjadi kisah unik yang adakalanya dibagikan secara luas. Secara psikologi, fenomena ini tidak lepas dari efek viral di media sosial.
Menurut psikolog Tika Bisono, 'om telolet om' digemari oleh pemburu karena efek viral tersebut. Segala sesuatu yang tengah disukai karena keunikannya akan lebih cepat menjadi viral atau trending topik.
"Apapun yang unik itu akan selalu menarik perhatian," kata Tika ketika berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Seperti halnya 'om telolet om' yang diburu, kata Tika, letak viralnya ada pada minat dan respon yang sama. Pemburu telolet menggunakan momentum viral lalu kemudian mengunggahnya di media sosial. Tujuan tak lain biar meramaikan suasana dan tak mau ketinggalan dengan orang-orang.
"Nah kalau dari satu tempat itu menjadi trending topik misalnya ya itu pasti menarik perhatian yang lain yang mempunyai respons yang sama," jelas Tika.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat lagi pusing menyetir, mobil ini bertemu dengan bus tebak kata. Pasti rasa kantuk langsung sirna seketika.
Baca SelengkapnyaSaat lagi pusing menyetir, mobil ini bertemu dengan bus tebak kata. Pasti rasa kantuk langsung sirna seketika.
Baca SelengkapnyaKelakuan penumpang bus ternyata ada juga yang absurd. Mulai dari mie cup pakai AC hingga kaki di atas sandaran. Yuk simak selengkapnya
Baca SelengkapnyaIni saksi sejarah bus-bus yang penuhi jalanan Jakarta tempo dulu. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaPagelaran wayang terhenti sejenak saat ada bus basuri melintas. Simak yuk!
Baca Selengkapnya