Sejarah PO ESTO, Bus Legendaris dari Salatiga yang Dijuluki "Si Kodok Ijo"
Bus ini mengalami masa kemunduran setelah krisis ekonomi tahun 1930-an
Bus ini mengalami masa kemunduran setelah krisis ekonomi tahun 1930-an
Sejarah PO ESTO, Bus Legendaris dari Salatiga yang Dijuluki "Si Kodok Ijo"
PO ESTO merupakan Perusahaan bus legendaris dari Salatiga. Perusahaan otobus itu telah berdiri sejak penjajahan Belanda.
Berdiri pada tahun 1921, ESTO (Eerste Salatigasche Transport Onderneming) menjadi perusahaan transportasi tertua di Salatiga, bahkan menjadi salah satu perusahaan otobus tertua di Indonesia.
-
Kenapa Bus Handoyo disebut 'Raja Jalanan'? Dengan reputasi dan pengalamannya di dunia bus malam, Bus PO Handoyo mendapat julukan sebagai 'Raja Jalanan dari Lembah Tidar' Magelang.
-
Bagaimana Bus Handoyo membangun busnya? Untuk membangun busnya, Handoyo kerap memakai jasa karoseri dari New Armada, Laksana, Rahayu Santosa, serta Adi Putro.
-
Apa itu Bus Robur? Adapun merek bus yang paling awal mengaspal di Jakarta adalah Robur. Kendaraan ini betul-betul melegenda dengan segala keunikannya. Robur pernah menjadi penanda perubahan transportasi dengan fasilitas yang makin modern di era 1960.
-
Dimana PO Bandung Express terkenal? Di bidang transportasi darat, Kota Bandung mempunyai salah satu Perusahaan Otobus (PO) yang cukup legendaris dan mungkin saat ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat Bandung dan sekitarnya, yaitu PO Bandung Express.
-
Apa yang istimewa dari bus Bandung Express? Bandung Express ini sempat eksis karena melayani perjalanan malam dan terkenal cepat. Saat ini, Bandung Express sudah melayani bus malam cepat, bus pariwisata, bus karyawan, hingga ekspedisi paket kilat.
-
Gambar apa yang ada di bus? Mulai dari gambar cengkraman kingkong hingga terkaman hiu.
Pada masa awal beroperasi, Bus ESTO beroperasi menggunakan bus kecil yang melayani rute Salatiga-Bringin dan Salatiga-Tuntang. Pada masa itu, Bringin dan Tuntang merupakan ibu kota kecamatan yang cukup ramai karena memiliki stasiun kereta api yang menghubungkannya dengan kota-kota lain seperti Semarang, Purwodadi, Ambarawa, Secang, Kedungjati, dan sebagainya. Sedangkan Salatiga tidak dilintasi jalur kereta api, sehingga masyarakat Salatiga yang ingin bepergian dengan kereta api harus pergi dulu ke stasiun terdekat.
Dikutip dari kanal YouTube Djody Why, generasi pertama Bus ESTO hanya berkapasitas 18-20 penumpang. Tempat duduknya dibagi menjadi dua.
Bagian depan joknya bagus karena khusus untuk orang Belanda. Sementara tempat duduk di bagian belakang diperuntukkan bagi orang-orang pribumi.
Pada masa itu, Bus ESTO mendapat julukan dari masyarakat “Si Kodok Ijo”. Hal ini lantaran desain yang unik dari bus tersebut. Bodinya berwarna hijau tua dan memiliki desain moncong besar di depannya.
Pada 1930, pemilik PO ESTO Kwa Tjwan Ing mewariskan perusahaannya itu pada anaknya, Kwa Hang Po.
Seiring waktu, perusahaan bus itu berkembang pesat dan melayani rute ke kota-kota besar lain seperti Semarang, Solo, Magelang, Sragen, Purworejo, Kutoarjo, Kendal, Kudus, dan Pati.
Namun karena krisis ekonomi global tahun 1930-an Bus Esto mengalami kesulitan keuangan sehingga banyak armadanya yang dijual untuk membayar hutang.
Setelah melewati berbagai krisis selama beberapa dekade, Bus ESTO sempat masih bisa bertahan walau hanya melayani rute Salatiga-Ambarawa. Perusahaan Bus ESTO resmi gulung tikar pada tahun 2016.