Sejarah Maskapai KNILM, Perusahaan Penerbangan Pertama Hindia Belanda Cikal Bakal Garuda Indonesia
Keberadaan pesawat terbang sudah menjadi harapan warga Hindia Belanda sejak lama.
Keberadaan pesawat terbang sudah menjadi harapan warga Hindia Belanda sejak lama.
Sejarah Maskapai KNILM, Perusahaan Penerbangan Pertama Hindia Belanda Cikal Bakal Garuda Indonesia
Memasuki abad ke-20, teknologi industri berkembang pesat. Salah satunya adalah penemuan pesawat terbang oleh Wright Bersaudara pada 17 Desember 1903.
Kemajuan teknologi itu dirasakan pula oleh masyarakat Hindia Belanda, terutama setelah Perang Dunia I. Pada masa itu, dunia penerbangan sipil berkembang pesat.
Masyarakat Hindia Belanda pun mendambakan adanya penerbangan sipil di negeri mereka. Apalagi untuk wilayah luas didominasi lautan, angkutan udara merupakan solusi alternatif yang ideal selain kapal laut.
-
Kapan Indonesian Airways berdiri? Akhirnya pada 26 Januari 1949 berdirilah sebuah perusahaan maskapai yang bernama Indonesian Airways yang menggunakan DC-3 Dakota.
-
Siapa pilot pertama Indonesia yang terbang setelah kemerdekaan? Adisutjipto menjadi orang Indonesia pertama yang menerbangkan pesawat setelah kemerdekaan. Penerbangan itu terjadi 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit.
-
Apa nama pesawat angkut pertama Indonesia? Pesawat DC-3 Dakota kemudian diberi nama 'Seulawah'.
-
Di mana rute penerbangan perintis di Kalimantan Timur? Penerbangan perintis di Kaltim sendiri, melayani beberapa rute di antaranya, Samarinda – Long Apung (Malinau Kaltara), Samarinda – Datah Dawai (Mahakam Ulu), Datah Dawai – Melak, Samarinda – Maratua, Maratua – Berau, dan Samarinda – Kongbeng (Kutai Timur).
-
Kapan mereka memulai penerbangan? Penerbangan mereka yang berlangsung selama 64 hari, 22 jam, dan 19 menit di atas Las Vegas berhasil memecahkan rekor penerbangan terlama di dunia pada saat itu.
-
Apa pesawat jet pertama? Media massa Italia mencatatnya sebagai pesawat terbang jet pertama di dunia.
Sebelumnya, militer Hindia Belanda sempat melakukan uji coba mengangkut penumpang dan pos. Salah satunya membuka rute penerbangan Batavia-Surabaya PP dengan menggunakan pesawat de Haviland DH-9.
Waktu itu tiketnya sangat mahal, yaitu sebesar 230 gulden. Harga sebesar ini hanya bisa dijangkau pengusaha atau pejabat tinggi.
Dilansir dari situs aviahistoria.com, cita-cita itu akhirnya terwujud dengan lahirnya Koninklijke Nederlansch-Indische Lutchvaart Maatscappij (KNILM) pada tanggal 16 Juli 1928 dengan dana 5 juta gulden dan dukungan 32 perusahaan dan pengusaha Hindia Belanda.
Awalnya Perusahaan ini bernama Nederlansch-Indische Luchtvaart Maatscappij atau disingkat NILM. Namun agar tidak rancu dengan nama Perusahaan asuransi bernama mirip yaitu Nillmij, maka disematkan nama tambahan di depannya Koninklijke (Kerajaan). Nama baru tersebut diresmikan pada 15 Oktober 1928.
Direktur flag carrier Belanda, KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatscappij) Albert Plesman juga bersedia membantu dan berbagi pengalaman dengan maskapai Hindia Belanda ini. Namun KLM hanya sebatas membantu dalam pengadaan pesawat dan pelatihan awaknya.
Mereka punya tujuan dengan kehadiran KNILM, penumpang KLM dari Amsterdam bisa melanjutkan perjalanan ke seluruh kota di seluruh penjuru Hindia Belanda dengan lancar.
Sebagai tahap awal, KNILM membeli empat unit pesawat Fokker VIIb Trimotor, pesawat komersial terkenal waktu itu sekaligus merupakan buatan Anthony Fokker, perancang pesawat kelahiran Blitar.
Tanggal 13 September 1928 pesawat beregristrasi H-NAFA, H-NAFB, H-NAFC, dan H-NAFD dilepas dari Bandara Schipol menuju Cililitan, Batavia.
Pesawat H-NAFB sempat mengalami kecelakaan di Kanpur, India. Namun pesawat lainnya bisa tiba dengan selamat. Pesawat H-NAFB berhasil dievakuasi dan diangkut lewat laut menuju Batavia.
Hari bersejarah itu terjadi pada tanggal 1 November 1928. Saat itu KNILM terbang perdana dari Bandara Andir, Bandung menuju Surabaya. Acara penerbangan perdana itu disaksikan langsung oleh ribuan penduduk.
Cikal Bakal Lahirnya Garuda Indonesia
Dengan ditandatanganinya perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, maka Belanda wajib menyerahkan seluruh kekayaan pemerintah Hindia Belanda kepada pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS). Aset kekayaan yang diserahkan termasuk maskapai KLM-IIB (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij-Inter-Insulair Bedrijf).
KLM-IIB sendiri merupaka nanak Perusahaan KLM setelah mengambil alih maskapai swasta KNILM yang sudah eksis sejak tahun 1928.
Pada 21 Desember 1949, dilaksanakan perundingan lanjutan dari hasil KMB antara pemerintah Indonesia dengan maskapai KLM mengenai berdirinya sebuah maskapai nasional.
Presiden Soekarno memberi nama “Garuda Indonesia Airways” (GIA) sebagai nama maskapai tersebut.
Dalam memajukan maskapai baru tersebut, KLM bersedia menempatkan sementara stafnya untuk tetap bertugas sekaligus melatih para staf udara Indonesia.
Karena itulah pada masa peralihan ini Direktur Utama pertama GIA adalah orang Belanda bernama Dr. E. Koinjneburg. Armada pertama GIA pun masih merupakan pesawat peninggalan KLM-IIB.