Parkir liar dan premanisme hantui warga Ibu Kota
Merdeka.com - Hidup di Jakarta serba mahal. Apa-apa harus bayar. Konsumerisme membuat warga Ibu Kota hidup dalam glamor. Tidak ada yang gratis untuk hidup di Jakarta. Bahkan buang air pun bayar, apalagi urusan parkir.
Lokasi-lokasi yang sering dibebani tarif parkir adalah minimarket seperti Alfamart dan Indomaret. Bahkan kedai makan yang ramai pengunjung, ATM hingga warung lesehan dikutip parkir.
Merdeka.com coba menelusuri beberapa lokasi minimarket di Jakarta. Hasilnya semua sama, bisnis parkir liar menjadi ladang subur.
-
Siapa yang membentuk tukang parkir resmi di Jakarta? Pemerintahan DKI Jakarta mengambil kebijakan tegas dengan membentuk tukang parkir resmi yang ditugaskan untuk mengawasi dan mengatur kendaraan yang berhenti untuk parkir di kawasan pusat perkotaan maupun keramaian.
-
Siapa yang terlibat dalam Tilik Warga? 'Untuk itu kami siap bekerja sama dengan pengurus Lentera Jiwa yang bertugas memberikan pelayanan kepada warga kami yang belum sembuh dari penyakit ini,' kata Sarju dikutip dari ANTARA.
-
Mengapa tukang parkir resmi dibentuk di Jakarta? Semakin tingginya pertumbuhan kendaraan di era 1960-1970-an, membuat kebutuhan lahan untuk berhenti sementara kendaraan alias parkir semakin berkurang.
-
Siapa yang melakukan pemalakan? Dijelaskan bahwa oknum di PPDS Anestesi Undip ini meminta uang senilai Rp20-40 juta. Permintaan uang ini bahkan berlangsung sejak dokter Risma masuk PPDS Anestesi sekitar bulan Juli hingga November 2022 lalu. 'Dalam proses investigasi, kami menemukan adanya dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program tersebut kepada almarhumah Risma. Permintaan uang ini berkisar antara Rp20-Rp40 juta per bulan,' ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril pada Minggu (1/9).
-
Kapan tukang parkir muncul di Jakarta? Sejumlah sumber menyebut jika kehadirannya berlangsung pada tahun 1950-an, ketika warga Jakarta mulai mampu membeli kendaraan.
-
Mengapa warganet menyayangkan tindakan tukang parkir tersebut? Sebagian besar mereka menyayangkan perilaku juru parkir tersebut.
Dedi (46) dan Valens (20) petugas parkir di kawasan Alfamart di Jalan Daan Mogot, Jakarta. Keduanya mencari nafkah dengan sempritannya. Sepuluh tahun sudah Dedi bekerja sebagai tukang parkir. Sehari dia bisa mengantongi Rp 75 ribu.
"Tak menentu, Mas. Kalau ramai ya segitu. Kadang juga dapat sedikit," kata Dedi kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Dedi dan Valens sebenarnya bekerja sama dengan Ketua Rukun Warga (RW) setempat. Setiap hari mereka harus menyetor Rp 25 ribu kepada ketua RW sebagai pemilik lahan setempat. Uang itu nantinya dikumpul untuk keperluan RW pada perayaan acara tertentu.
"Kami setor ke RW segitu. Kalau misalnya kami dapat lima puluh ribu ya harus dibagi dua. Dan saya juga bagi dengan Valens," jelas Dedi.
Razia parkir liar ©2015 merdeka.com/arie basuki
Hasil tarif parkir di Alfamart dan Indomaret kadang juga harus dibagi dengan petugas-petugas nakal. Mereka menagih setiap kali lewat. Setoran itu sudah menjadi hal umum di Jakarta.
"Polisi biasanya kita kasih uang rokok. Mereka tidak minta banyak kok dan gak maksain," ujarnya.
Lilis (26) mengaku tidak mempersoalkan sewa parkiran di Alfamart dan Indomaret. Menurutnya, keberadaan petugas parkir sangat dibutuhkan untuk menjaga kendaraannya setiap kali belanja.
"Kita bisa belanja dengan nyaman tanpa takut motor kita dicuri orang," kata Lilis.
Selain minimarket, kawasan yang selalu dibebani tarif parkir adalah warung-warung di pinggir jalan. Kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat adalah salah satu lokasi yang ramai dengan warung makan di pingir jalan. Tukang parkir pun sudah menunggu pelanggan yang datang. Aris (31) menjaga parkiran di salah satu warung makan di kawasan ini. Sore itu, dia terlihat sibuk mengatur kendaraan yang parkir di lokasinya.
Aris pun berkisah. parkiran itu dijaganya sejak 2013 lalu. Adapun hasil sewa itu dibaginya dengan pemilik lahan yang sudah lebih dahulu menguasai kawasan itu.
"Kita setor dengan orang di sini. Jumlahnya tergantung ramai atau tidak sih," kata Aris kepada merdeka.com.
Razia parkir liar ©2015 merdeka.com/arie basuki
Berbeda dengan petugas parkiran di Alfamart dan Indomaret yang berseragam khusus, petugas parkir di pinggir jalan seperti Aris rata-rata berpakaian biasa. Umumnya, mereka tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya mengandalkan pada hasil parkiran.
"Saya tidak punya pekerjaan lain. Saya hanya jaga ini saja. Siang saya tidur dan malam jaga," kata Aris.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Andri Yansyah menyebut di Ibu Kota memang banyak parkir liar. Hal itu juga yang menjadi pekerjaan berat bagi jajarannya.
"Di DKI ini minimarket dan warung makan ramai sedikit ada parkirannya. Dan itu uangnya tidak masuk ke Pemda. Itu parkir liar," ujar Andri Yansyah kepada merdeka.com.
Tak cuma minimarket dan warung yang memasang tarif Rp 2 ribu, di beberapa titik ada preman yang mengutip tarif parkir lebih mahal. Andri menyebut di wilayah tanah Abang dan kawasan Senayan sering terjadi pemerasan berkedok parkir.
"Mereka itukan preman, tapi seperti tukang parkir. Minta tarif Rp 10 ribu kadang lebih. Itu yang tidak bisa kita tangani," ujarnya.
Untuk kawasan minimarket, Dishub DKI sedang mencoba menerapkan parkir meter. Namun hal ini masih terus dikaji. Dengan penerapan parkir meter, semua pendapatan dari retribusi parkir maka akan masuk ke Pemda DKI. Tidak lagi dikantongi juru parkir liar.
"Nanti akan kita coba Alfa dan Indomaret bisa tidak pakai parkir meter. kita gaji seorang operator dengan standar UMR kita dan pemasukan parkir bisa lari ke Pemda," ujarnya.
Razia parkir liar di Roxy ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman
Yang sulit menurut Andri adalah menghilangkan premanisme berkedok parkir. Dishub kata Andri tidak punya perangkat dan payung hukum untuk menjerat para preman berkedok tukang parkir seperti di kawasan Senayan. parkir liar yang ada di Senayan menurutnya sudah masuk kategori pemerasan.
"Itu sudah ranah polisi. Kitakan tidak bisa menindak preman tukang parkir. Yang bisa kita tindak pemilik kendaraannya,' ujarnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Viral parkir liar di sekitar Taman Lapangan Banteng.
Baca SelengkapnyaGelar Penertiban, Dishub DKI Beberkan Cara Membedakan Juru Parkir Liar dan Resmi
Baca SelengkapnyaDari tangan para preman, polisi turut mengamankan barang bukti uang tunai sebanyak Rp580 ribu
Baca SelengkapnyaThamrin mengaku petugas parkir di depan Asrama Haji Sudiang adalah warga sekitar.
Baca SelengkapnyaViral jukir liar mematok tarif Rp150 ribu kepada pengendara di kawasan Masjid Istiqlal.
Baca SelengkapnyaIni Aturan Juru Parkir Liar Dilarang Pungut Biaya, Sanksinya Pidana sampai Denda
Baca SelengkapnyaPemilik tanah biasanya akan merekrut seorang juru parkir untuk dipekerjakan dalam usahanya.
Baca SelengkapnyaHeru Budi Hartono menanggapi soal marak parkir liar di sekitar Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaViral aksi pungutan liar bermodif tarif parkir di kawasan masjid Istiqlal, Jakarta.
Baca SelengkapnyaRencana mempekerjakan juru parkir liar itu disampaikan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi menyusul penertiban juru parkir liar yang bikin resah pembeli.
Baca SelengkapnyaJuru Parkir Liar di Mini Market Ditertibkan, Pemprov DKI Tawarkan Pekerjaan Ini sebagai Pengganti
Baca Selengkapnya