5 Cerita bendera "setengah tiang" di rumah gubernur Gorontalo
Merdeka.com - Menjadi bagian dari upacara peringatan hari kemerdekaan tanah air tercinta menjadi impian bagi masyarakat Indonesia. Khususnya mereka yang bertugas sebagai Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra).
Sayangnya upacara memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-69 di Provinsi Gorontalo, Minggu (17/8), justru diwarnai dengan insiden bendera "setengah tiang".
Insiden itu terjadi ketika Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) yang tengah menaikkan bendera, tak mampu mengantarkan bendera hingga ke puncak tiang di halaman rumah dinas gubernur.
-
Mengapa orang merasa kecewa? Kecewa adalah puncak dari kemarahan yang sudah tidak bisa lagi dilampiaskan melalui emosi yang meluap-luap.
-
Siapa yang merasa sakit hati? Ruben mengaku bahwa konflik ini sangat mendalam dan membuatnya merasa sakit hati.
-
Apa yang membuat orang merasa kecewa? 'Kekecewaan terbesar adalah saat orang yang kita cintai menjadi sumber kekecewaan itu sendiri.'
-
Siapa yang mengalami kejadian tidak menyenangkan? Ia mengungkapkan bahwa ia merasa jatah malunya seumur hidup sudah terpakai di panggung mitoni kehamilan sang istri.
-
Kenapa netizen sedih? Saat ini, netizen merasa sangat sedih karena merasa ikut kehilangan ayah Kamari dalam postingannya.
-
Siapa yang memprotes kejadian tersebut? Diketahui, terekam video yang beredar di media sosial salah satu pendukung mengacungkan tiga jari saat debat capres berlangsung. Hal tersebut pun menuai protes dari pihak 02 yakni Grace Natalie.
Akibat kejadian itu, banyak pihak yang kecewa dan menyayangkan peristiwa tersebut. Lalu bagaimana insiden bendera "setengah tiang" itu bisa terjadi? Berikut ceritanya.
Tali bendera tersangkut di katrol
Upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur Gorontalo dan pembaca teks Proklamasi Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Rustam Akili diwarnai dengan berkibarnya bendera "setengah tiang".
Peristiwa tersebut diduga disebabkan oleh tali bendera yang tersangkut di katrol. Meski sudah berupaya menurunkan dan mengibarkan bendera untuk kedua kalinya, usaha para Pasukan Pengibar Bendera tetap gagal.
Pengibaran bendera kedua kali tanpa iringan lagu Indonesia Raya
Melihat kejadian tersebut, Paskibra kemudian menurunkan kembali bendera dan melipatnya, agar penghormatan bendera selesai dilakukan. Paskibra kemudian menaikkan bendera untuk yang kedua kalinya dan tak lagi diiringi lagu Indonesia Raya serta tanpa penghormatan.
Upaya kedua pun tetap tidak berhasil, meski Dandim 1304 Gorontalo Letkol Inf Blasius Popilus turun langsung mendampingi pengibaran bendera.
Menghindari tali terputus dan bendera jatuh ke tanah, Paskibra memutuskan menghentikan upaya pengibaran dan membiarkan bendera berkibar setengah tiang.
Tangis anggota Paskibra pecah saat bendera berkibar "setengah tiang"
Akibat dari berkibarnya bendera "setengah tiang" para Pasukan Pengibar Bendera nampaknya tak mampu menyembunyikan kesedihan. Usai melaksanakan tugas, tangis di antara mereka pun pecah.
Mereka mengaku terpukul atas kejadian ini. "Kami sedih. Kami merasa sudah melakukan yang terbaik. Kami berlatih tiap hari agar upacara ini sukses, tapi apa mau dikata kalau kejadiannya begini," kata salah satu anggota Paskibra.
Dandim 1304 Gorontalo Letkol Inf Blasius Popilus minta maaf
Dandim 1304 Gorontalo Letkol Inf Blasius Popilus minta maaf atas insiden pengibaran bendera "setengah tiang" yang terjadi saat HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-69 di rumah jabatan Gubernur Gorontalo, Minggu (17/8).
Menurut dia, insiden tersebut terjadi tidak disengaja, melainkan akibat terkendala masalah teknis.
"Saya Letkol Infanteri Blasius Popilus Dandim 1304 selaku koordinator lapangan upacara HUT Proklamasi minta maaf atas insiden yang terjadi," ucapnya usai upacara.
Perwira menengah itu menyatakan siap bertanggungjawab atas insiden tersebut. "Jika ada yang harus disalahkan, maka sayalah orangnya. Saya bertanggungjawab atas insiden ini," ujarnya dan mendapat tepukan tangan peserta serta undangan yang hadir.
Gubernur sebut peristiwa bendera "setengah tiang" faktor alam
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan bahwa insiden tersebut tidak sepatutnya ada yang disalahkan.
"Ini faktor teknis dan alam saja, saya yakin tidak ada yang menginginkan insiden seperti ini terjadi. Saya juga percaya semua sudah melakukan yang terbaik," ungkapnya.
Upacara tersebut dipimpin oleh Gubernur Gorontalo dan pembaca teks Proklamasi adalah Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Rustam Akili.
Sedangkan pembentang bendera adalah Prayoga Setya dari SMA I Tolangohula, pengerek bendera Sigit Prananta dari SMA Negeri I Gorontalo dan pembawa baki bendera Priscilia Laura Anastasya Pala yang merupakan siswi SMA Negeri III Gorontalo.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setidaknya tiga rumah warga yang berada di Desa Cangkuang, Salamnunggal, dan Kandangmukti mengalami kerusakan akibat aksi tersebut
Baca SelengkapnyaDemontrasi di Kabupaten Pohuwato yang dilakukan massa penambang berakhir rusuh.
Baca SelengkapnyaSederet potret haru pada perayaan HUT ke-78 RI di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPemda memastikan pelayanan masyarakat tetap berjalan meski kantor bupati dibakar.
Baca SelengkapnyaMega menanyakan, apakah TNI siap mengahadapi jika ada musuh asing datang menyerang
Baca SelengkapnyaPerbuatan tersangka dipicu sakit hati kepada warganya.
Baca SelengkapnyaPDIP sedih dan kecewa dengan pencopotan bendera PDIP dan baliho Ganjar Prabowo-Mahfud MD saat kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Gianyar
Baca SelengkapnyaPeran ke-26 tersangka berbeda-beda. Namun secara garis besar tindak pidana yang dilakukan seputar pembakaran kantor Bupati Pohuwato
Baca SelengkapnyaPembentang spanduk dukung Ganjar diduga dianiaya Paspampres.
Baca SelengkapnyaSelain melakukan penganiayaan terhadap polisi, massa juga merusak sejumlah fasilitas publik.
Baca SelengkapnyaSpanduk itu bertuliskan ‘Selamat datang Bapak Jokowi. Kami sudah pintar. Kami pilih Ganjar!’.
Baca SelengkapnyaPolisi menyebut situasi terkini sudah kondusif setelah pembakaran kantor bupati Pohuwato
Baca Selengkapnya