95 Orang meninggal kekurangan gizi di Papua, Yahukimo jilid II?
Merdeka.com - Masyarakat adat di Distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat sejak November 2012 lalu terserang wabah penyakit yang menyebabkan kematian massal. Hingga Februari 2013, sebanyak 535 orang terjangkit penyakit dan 95 orang meninggal dunia.
Menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), ormas yang beranggotakan komunitas-komunitas masyarakat adat dari berbagai pelosok nusantara, menjelaskan jenis penyakit yang diderita kebanyakan warga adalah busung lapar atau kekurangan gizi dan gatal-gatal. Wabah ini telah menyebar di beberapa kampung yaitu Kampung Jocjoker, Kosefo, Baddei, Sukuweis dan Krisnos.
"Sejak awal masyarakat sudah lapor ke Dinas Kesehatan, tapi tidak ada tindak lanjut. Ketika korban mulai berjatuhan, baru Dinas Kesehatan merespons," kata Kostan, pegiat AMAN Sorong Raya, saat dihubungi merdeka.com di Papua Barat, Selasa (2/4).
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Kapan situasi gizi buruk ini terjadi? 'Dalam dua pekan, kami mendeteksi lebih dari 250 pasien gizi buruk,' jelas direktur rumah sakit Kamal Adwan, Dr Hassam Abu Safah, dikutip dari Sky News, Selasa (9/7).
-
Apa penyebab wabah penyakit beri-beri? Wabah penyakit sudah bermunculan sejak pendudukan Belanda di Bumi Nusantara. Masalah ini membuat para pakar ahli di bidang kesehatan memutar otak untuk menemukan ramuan yang tepat untuk mengatasi wabah tersebut.
-
Mengapa warga Puncak meninggal? Kematian karena diare dan dehidrasi,“ Abdul menyebutkan berdasarkan laporan tersebut, kekeringan ini telah berdampak pada kurang lebih 7.500 jiwa.
-
Apa saja penyakit kritis yang meningkat? Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik (jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, dan lainnya) di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di tahun 2022.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan di Bali? Pongki menjelaskan bahwa keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan istrinya. 2 Sophie mengalami masalah kesehatan, namun setelah pindah ke Bali, kesehatannya sangat membaik dan kini sudah pulih sepenuhnya.
Kostan berani mempertanggungjawabkan laporan soal kematian massal itu. Perinciannya, di Kampung Baddei terdapat 250 orang sakit dan 45 orang meninggal dunia; Kampung Jokjoker 210 sakit dan 15 orang meninggal dunia; Kampung Kosefa 75 sakit dan 35 orang meninggal dunia.
Kostan mengatakan, Distrik Kwoor masih kekurangan tenaga medis, sehingga setiap warga yang datang seringkali tidak mendapatkan pelayanan karena mantri atau dokter tidak ada di tempat.
"Seringkali warga harus berjalan kaki ke kampung lainnya untuk mencari pengobatan," ujarnya.
Menanggapi kasus ini, Menko Kesra Agung Laksono berjanji akan segera mengecek kebenaran informasi tersebut.
"Saya harus cek dulu apa benar begitu banyak korban karena kelaparan, atau karena hal lain," kata Agung di Istana Presiden, Jakarta, Selasa (2/4) kemarin.
Meski demikian, lanjut Agung, pihaknya segera melakukan langkah-langkah darurat. Lebih jauh dia menjelaskan, kondisi cuaca yang tidak menentu di Papua menjadi berbagai cikal bakal penyakit muncul hingga terkadang sampai menimbulkan korban.
"Pemda setempat sudah melakukan langkah-langkah darurat di sana. Jadi tergantung keadaan cuaca yang sering muncul, cuaca ekstrem yang sering muncul di Papua seperti di pegunungan, ini juga pernah terjadi di 2006. Jadi bukan kronis tapi memang keadaan cuaca," jelasnya.
Kasus kematian massal ini mengingatkan pada kasus serupa pada tahun 2005 silam di Kabupaten Yahukimo, Papua. Pada saat itu, 55 orang dikabarkan tewas akibat busung lapar.
Kabupaten Yahukimo dimekarkan dari Kabupaten Jayawijaya bersama 13 kabupaten lainnya di Papua yang diresmikan semasa Mendagri Hari Sabarno, 12 April 2003 di Jayapura, namun kabupaten itu definitif 28 Juni lalu.
Untuk mencapai daerah itu hanya dengan pesawat terbang jenis Cessna atau helikopter karena kondisi geografisnya berat, terjal dan terletak di atas ketinggian 2.500-3.000 meter dari permukaan laut.
DPRD Kabupaten Yahukimo, Papua waktu itu mengatakan meninggalnya 55 warga di daerah itu bukan hanya karena busung lapar, tetapi juga karena ada korban yang sudah lanjut usia, bahkan menderita penyakit lain sehingga tidak dapat tertolong.
Menurut Wakil Ketua DPRD Kabupaten Yahukimo, Didimus, pemberitaan sejumlah media masa lokal maupun nasional tentang meninggalnya 55 warga masyarakat disebabkan karena mengalami kelaparan itu sangat tidak benar sesuai dengan kondisi daerah itu.
Menurutnya, masyarakat Yahukimo menurutnya tidak mengalami kelaparan yang separah diberitakan oleh media massa, karena yang dialami masyarakat yakni sejumlah penyakit yang diderita, bahkan banyak yang sudah usia lanjut (lansia).
Namun, lanjut dia, kasus meninggalnya 55 warga masyarakat Yahukimo ada benarnya, namun bukan disebabkan karena busung lapar. Tetapi berbagai macam penyakit yang diderita, serta kurang mendapat pelayanan kesehatan dari pemerintah setempat. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
2000 Orang Terkubur Hidup-Hidup karena Longsor di Papua Nugini, Negara Resmi Minta Pertolongan
Baca SelengkapnyaKekeringan melanda dua distrik yakni Lambewi dan Agandugume.
Baca SelengkapnyaMeninggalnya enam orang di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah dipastikan karena terjangkit diar
Baca SelengkapnyaEnam orang meninggal dunia di Distrik Lambewi dan Distrik Agandume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Baca SelengkapnyaKementerian Pertanian (Kementan) merespons cepat adanya cuaca ekstrem yang mengakibatkan 6 warga Puncak Papua meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaKorban keracunan meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit setelah hasil pemeriksaan diharuskan dirujuk.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, masih ada 55 jemaah haji yang sakit.
Baca SelengkapnyaKurang lebih 500 warga yang mengungsi di sejumlah posko di Wulanggitang dan Sekolah Dasar Kemiri
Baca SelengkapnyaBencana tersebut dilaporkan menimbulkan dampak kerusakan yang serius hingga ditetapkan dan diberlakukan masa tanggap darurat selama 14 hari.
Baca SelengkapnyaVirus rabies kembali merebak dan menelan korban jiwa.
Baca SelengkapnyaBencana kelaparan di Papua Tengah membuat enam orang meninggal dunia.
Baca Selengkapnya