Alissa Wahid: Kalau Ada Ajaran Benci Sesama Manusia Atas Dasar Agama Segera Jauhi

Merdeka.com - Rentetan aksi teror kembali terjadi di tanah air. Setelah bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, teror berlanjut di Mabes Polri. Sejumlah pihak mengutuk keras aksi terorisme itu.

Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan Alissa Wahid menegaskan pandangan terorisme adalah bagian dari Islam itu harus ditolak. Menurutnya, terorisme muncul karena ideologi kekerasan yang diyakini oleh pelaku. Sebab tidak ada satu agama pun mengajarkan kekerasan.

"Kalau ada ajaran atau pemuka agama yang mengajarkan kita untuk membenci sesama manusia apalagi atas dasar golongan dan agamanya segera jauhi walaupun itu hanya kecil," kata Alissa dalam keterangannya, Senin (5/4).

Alissa berpandangan, mungkin awalanya tidak diajak ngebom, tapi terus ditanamkan kebencian. Dengan begitu akan dengan mudah orang dihasut untuk melakukan tindakan-tindakan yang melukai rasa kemanusiaan dan kebaikan.

"Jangan memilih pesan-pesan yang mengajarkan untuk membenci. Masih banyak pemuka agama mengajarkan kebaikan dan kasih sayang," tutur Koordinator Nasional Jaringan Gus Durian itu.

Ia menyebut orang yang berada di lingkungan organisasi menghalalkan kekerasan itu risiko dan kemungkinan dia untuk berkembang ke sana memang besar. Oleh sebab itu Alissa menyampaikan bahwa harus ada pencegahan dan juga penindakan.

"Pencegahannya itu ya di ruang-ruang ini ketika orangnya belum jadi bomber, ketika dia mulai membuat tembok besar antara dia dengan lingkungan sekitar dan menganggap yang lain musuh. Tentunya semua pihak harus peka jika melihat gejala seperti itu di sekitarnya," tegasnya.

Anggota tim ahli Gugus Tugas Nasional Gerakan Revolusi Mental Kemenko PMK ini mengingatkan para generasi milenial harus berwawasan terbuka. "Jadi hati-hatilah kalau mendapatkan ajakan-ajakan untuk membenci kelompok berbeda. Tinggalkan, jauhi, walaupun itu atas nama agama, jauhi," ujar putri Gus Dur ini.

Dia juga menyoroti wanita muda ZA yang berani beraksi di Mabes Polri. ZA menjadi perempuan ke sekian yang terlibat aksi terorisme di garis depan. Fenomena ini semakin menguatkan strategi kelompok-kelompok teror yang mengintensifkan rekrutmen dan kaderisasi perempuan.

"Bahwa di luar agama saya adalah musuh. Lalu nanti naik ke penerimaan terhadap tindakan kekerasan. Terakhir tindakan kekerasannya dia ini adalah untuk kepentingan agama. Pemahaman agama seperti itu sungguh sangat keliru sekali," tandasnya. (mdk/did)