Apakah Cacar Monyet Bisa Jadi Pandemi Baru? Ini Jawaban Pakar Kesehatan
Sama seperti Covid-19, cacar monyet merupakan penyakit menular.
Di tengah bertambahnya kasus, muncul kekhawatiran cacar monyet memicu pandemi baru setelah Covid-19.
Apakah Cacar Monyet Bisa Jadi Pandemi Baru? Ini Jawaban Pakar Kesehatan
Kasus cacar monyet atau Monkeypox bertambah di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan per 22 Oktober 2023, total pasien cacar monyet sebayak tujuh orang. Seluruhnya berada di DKI Jakarta.
Di tengah bertambahnya kasus, muncul kekhawatiran cacar monyet memicu pandemi baru setelah Covid-19. Sebab, sama seperti virus SARS-CoV-2, cacar monyet merupakan penyakit menular.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menjawab kekhawatiran tersebut. Dia mengatakan, cacar monyet tidak masuk WHO Disease Outbreak News (DONs).
Dia menjelaskan tahapan penyakit menjadi pandemi dunia. Pertama, penyakit yang berpotensi menular lintas negara akan dimasukkan DONs oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Kedua, WHO menyatakan ada kedaruratan kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dampak penyakit tersebut. Cacar monyet memang pernah dinyatakan sebagai PHEIC pada 23 Juli 2022.
Namun, setelah hampir satu tahun penanganan intensif di dunia, situasi kesehatan masyarakat terkendali dengan baik. Sehingga pada 11 Mei 2023 dinyatakan bahwa cacar monyet bukan lagi PHEIC. Cacar monyet dianggap tak berpotensi memicu pandemi.
“Tegasnya, kedaruratan kesehatan global cacar monyet sudah dinyatakan berakhir,”
kata Tjandra, Senin (23/10).
merdeka.com
Walaupun bukan lagi berstatus kedaruratan kesehatan global, Tjandra meminta semua pihak tetap waspada terhadap cacar monyet. Dia mengingatkan, cacar monyet disebabkan virus dari genus Orthopoxvirus, yang terdiri dari clade I dan II.
“Sekarang banyak beredar di dunia adalah Clade IIb,” ucap Guru Besar FKUI ini.
Tjandra mengatakan, untuk memastikan diagnosis terhadap pasien perlu dilakukan pemeriksaan PCR pada kelainan di kulit. Pasien biasanya ditangani secara suportif, walaupun di beberaa negara memang ada yang menggunakan obat tertentu.
“Vaksinasi dapat membantu mencegah terjadinya penularan, khususnya pada mereka yang termasuk kelompok risiko tinggi,” ujar Tjandra.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan kasus cacar monyet di Indonesia bertambah menjadi tujuh. Enam di antaranya diidap oleh orang dengan HIV (ODHIV) dan memiliki orientasi biseksual.
"Dari hasil penelusuran diketahui enam pasien cacar monyet merupakan ODHIV dan memiliki orientasi biseksual," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu.
Seluruh Pasien Laki-Laki
Maxi menyebut, seluruh pasien terkonfirmasi cacar monyet adalah laki-laki usia produktif. Mayoritas atau sekitar 71% adalah laki-laki berusia 25-29 tahun, sementara 29% di antaranya adalah laki-laki berusia 30-39 tahun.
Maxi membeberkan pasien cacar monyet memiliki faktor perilaku seks berisiko dengan munculnya lesi dan ruam kemerahan, dan diikuti dengan demam, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri tenggorokan, myalgia, ruam, dan sulit menelan.
Cara Kemenkes Tanggulangi Cacar Monyet
Maxi mengatakan Kementerian Kesehatan bergegas melakukan upaya penanggulangan terhadap cacar monyet. Setidaknya ada tiga upaya yang dilakukan di antaranya surveilans, terapeutik, dan vaksinasi.
Upaya surveilans dilakukan dengan penyelidikan epidemiologi dan penyiapan laboratorium pemeriksa. Terapeutik dengan memberikan terapi simtomatis, pemenuhan logistik antivirus khusus Mpox serta pemantauan kondisi pasien.
Selanjutnya, Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi Monkeypox terutama pada populasi yang paling berisiko. Kriteria penerima vaksin Monkeypox adalah laki-laki yang dalam 2 minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan sesama jenis dengan atau tanpa status ODHIV.
Vaksinasi Monkeypox rencananya akan dilaksanakan mulai tanggal 24 Oktober 2023 dengan jumlah sasaran sekitar 447 orang.
Vaksinasi akan diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta yakni klinik Carlo serta Puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Vaksin ini diberikan dalam 2 dosis dengan interval 4 minggu. Adapun jenis vaksin Monkeypox yang akan digunakan adalah vaksin impor yang diproduksi oleh Bavarian Nordic, Denmark dengan merk dagang JYNNEOS®️ kemasan single-dose. Vaksin tersebut telah memiliki Sertifikat Pelulusan Vaksin (Certificate of Release) dari Badan POM terbit 17 Maret 2023.
“Stok vaksin Monkeypox kita aman. Saat ini, sebanyak 991 vial vaksin Monkeypox sudah didistribusikan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhan program vaksinasi Monkeypox yang akan mulai diberikan Oktober ini,”
tutup Maxi.
merdeka.com