Api di Lereng Gunung Agung Belum Padam Sepenuhnya, Hampir Merembet ke Pura dan Rumah Warga
Jarak lokasi lahan terbakar ke rumah warga sekitar kian dekat yakni berjarak 500 meter.
Kebakaran sudah terjadi sejak pekan lalu dan sudah
Api Lereng Gunung Agung Belum juga Padam Sepenuhnya, Hampir Merembet ke Pura dan Rumah Warga
Kebakaran di lereng Gunung Agung, di Kabupaten Karangasem, Bali, belum juga padam. Malah, luasan lahan terbakar sudah mendekati pemukiman warga dan Pura di Desa Labasari, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem, Putu Eka Tirtana, mengatakan kebakaran di lereng Gunung Agung hampir merembet pura atau tempat ibadah yang ada di Desa Labasari. Untungnya api segera dipadamkan.
Tak hanya mendekati pura, jarak lokasi lahan terbakar ke rumah warga sekitar kian dekat yakni berjarak 500 meter.
"Kebakaran memang sudah dekat sama pura tapi sudah diantisipasi dengan tim gabungan," kata Eka saat dihubungi, Selasa (3/10).
Tersisa Dua Titik Api
Sementara kondisi terkini terkait kebakaran Lereng Gunung Agung, terpantau api masih menyala di dua titik yakni di Desa Dukuh dan di Dusun Juntal, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Sementara luasan lahan terbakar sudah 500 hektare lebih.
Api Merembet ke Hutan Lindung
Api yang berkobar di lereng Gunung Agung juga menjalar ke hutan lindung di wilayah Dusun Bantas, Desa Baturinggit, Dusun Juntal, Desa Kubu, Bukit Moncol Pikat, Desa Ban, Bukit Moncol Anyar, Desa Ban, dan hutan lindung Dukuh, Desa Dukuh, yang semuanya berlokasi di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.
"Untuk penyebab kejadian belum diketahui," kata I Made Rentin selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/10).
Sementara, dari laporan tim gabungan pada Selasa (3/10) melakukan pemantauan ke lokasi terjadi kebakaran hutan dan lahan atau karhutla dan bergerak menuju Dusun Belong, Desa Ban, di Kecamatan Kubu, untuk melihat situasi terkini dan melakukan pemantauan di lokasi dan tidak ditemukan titik api dan situasi terpantau aman terkendali.
"Pada pagi harinya sudah sempat dilakukan pemadaman pohon- pohon yang terbakar oleh (Kelompok Tani Hutan) KTH Bukit Anyar dengan cara manual," imbuhnya.
Alasan menggunakan pemadaman manual untuk mematikan api di lereng Gunung Agung seperti menggunakan ranting pohon yang ada daun yang masih hijau. Kemudian memakai cangkul, cangkang, sekop, alat-alat manual gitu, dan dikubur apinya.
Sebab, penggunaan water boombing lewat helikopter seperti di Gunung Bromo, Jawa Timur tidak bisa dilakukan di Gunung Agung. Cara tersebut pernah dilakukan tahun 2012 lalu, tetapi helikopter mengalami turbulensi.
"Turbulensi karena Gunung Agung tipenya beda. Itu kata teman-teman yang ikut di tahun 2012. Turbulensi itu karena anginnya itu. Di gunung itu kan berputar anginnya dan membahayakan. Lain kalau di Bromo kan datar."