Arak-arakan Telur dalam Peringatan Maulid di Banyuwangi, Punya Filosofi Menarik
Merdeka.com - Setiap memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, masyarakat di Kabupaten Banyuwangi selalu menggunakan telur yang dikemas warna-warni di pohon-pohon pisang. Telur-telur tersebut kemudian diarak ke jalanan untuk dibagikan gratis ke masyarakat.
Penggunaan telur ini, kemudian menjadi tradisi yang coba dilestarikan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui festival telur (endog-endogan) sejak tahun 2018. Penggunaan telur ternyata memiliki filosofi yang unik. Tradisi arakan telur bahkan sudah ada sejak tahun 1911 di Banyuwangi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda menyampaikan, mulanya tradisi arak-arakan telur hanya menggunakan telur itik, bukan telur ayam, meski demikian saat ini masyarakat lebih memilih telur ayam karena harganya yang lebih terjangkau.
-
Apa tradisi unik di Banyuwangi untuk merayakan Maulid Nabi? Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi unik untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka melakukan arak-arakan telur yang digantung pada pohon pisang. Telur ini dihias menggunakan bungkus warna-warni sehingga tampak memikat.
-
Kapan peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi? Hal ini disampaikan Ipuk dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Babussalam, Pemkab Banyuwangi, Kamis (5/10).
-
Apa tradisi unik jelang Iduladha di Banyuwangi? Tradisi masyarakat Suku Osing yang unik di Desa Kemiran, Glagah, Banyuwangi Tradisi ini dilaksanakan dengan menjemur kasur bersamaan di depan rumah.
-
Apa yang dirayakan di Banyuwangi? Pawai Lampion digelar untuk memperingati Hari Pramuka ke-62, yang diperingati tiap 14 Agustus. Pawai ini juga untuk menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-76.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk anak yatim di bulan Muharram? Melalui Festival Anak Yatim (FAY) menghadirkan keceriaan bagi 1445 anak yatim di Banyuwangi. “Kami ingin menjadi bagian dari anak-anak titipan Tuhan ini untuk mewujudkan impiannya. Menghadirkan keceriaan dan kebahagiaan bagi mereka,“ ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat membuka acara di Pendopo Shaba Swagata Blambangan, Rabu (26/7/2023).
-
Apa saja cara merayakan Maulid Nabi? Melansir dari berbagai sumber, berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang 3 cara merayakan hari maulid Nabi menurut Islam.
Mulanya, penggunaan telur itik juga punya maksud tersendiri sebagai refleksi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Kenapa bukan telur ayam, tapi pakai telur itik, karena kalau ayam baru bertelor dua bunyinya sudah sekampung. Tapi kalau itik, bertelur lima kali sampai berkali-kali tidak bunyi, itu simbol orang kalau mau beramal tidak bunyi," ujar Bramuda, Minggu (1/11).
Selain itu, ayam dan itik juga punya kebiasaan yang berbeda. Ayam tidak suka dengan air, sementara itik lebih suka dengan air, seolah menyimbolkan harus rajin mengambil wudhu untuk sembahyang, agar mudah diarahkan.
"Itik itu sering ke air, meskipun banyak yang angon cuma satu. Tapi ayam kalau ada lima saja, itu mengarahkan sudah susah. Kalau itik, ada 200 cukup satu orang saja mudah diarahkan," katanya.
©2020 Merdeka.comSelain itu, dari segi fisik telur memiliki tiga lapisan, mulai dari kulit telur, putih telur dan kuning telur yang pas untuk refleksi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kulit telur diibaratkan sebagai lambang Agama Islam. Kemudian putih telur, bermakna keimanan seorang yang beragama Islam dengan percaya dan melaksanakan perintah Tuhan melalui wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW.
Terakhir untuk kuning telur yang berada di bagian paling dalam, bermakna seorang muslim yang beriman akan ikhlas dengan semua ketentuan Tuhan YME.
"Endhog adalah telur, yang memiliki tiga lapis bermakna Islam, Iman dan Ihsan, jika terapkan pada diri manusia akan mencerminkan akhlak Rasulullah," ujarnya.
Lebih lanjut Bramuda mengatakan, tradisi arak-arakan telur saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah sudah ada sejak 1911. Saat itu, seorang tokoh agama Syaikhona Kholil kepada murid-muridnya pernah menyampaikan perumpamaan telur sebagai gambaran sebaran Agama Islam di Nusantara.
"Bagian kulit telur yang merupakan perkumpulan, sementara isinya jadi amal perbuatan. Kulit tanpa isi adalah kosong, dan isi tanpa kulit akan berantakan. Perkataan ini diterjemahkan bermacam-macam oleh muridnya," kata Bramuda.
Salah satu tokoh yang dulu menjadi muridnya, yakni KH. Abdullah Faqih, asal Desa Balak Kecamatan Songgon. Ungkapan gurunya tersebut kemudian dimaknai dengan mengumpulkan telur dan batang pisang, lalu telur tersebut dihias dan ditancapkan ke batang pisang.
"Itu dilakukan sekembalinya ia berguru pada Syaikhona Kholil pada tahun 1911. Tradisi ini mulanya hanya diikuti oleh para santri KH. Abdullah Faqih hingga berlanjut menjadi tradisi yang dilakukan oleh para warga di Banyuwangi," jelasnya.
Reporter:Mohammad Ulil Albab
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Banyuwangi selalu meriah karena ada tradisi Endog-Endogan.
Baca SelengkapnyaMemperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, hampir di seluruh desa di Banyuwangi menggelar tradisi endhog-endhogan.
Baca SelengkapnyaTradisi mengarak perahu dan pembagian hasil bumi dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW sudah dilakukan sejak tahun 1939.
Baca SelengkapnyaWarga rela menunggu sejak pagi untuk mendapatkan telur hias pada sore harinya.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaTak sekedar meramaikan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, karena tradisi bernama Panjang Mulud khas Banten juga menyiratkan pesan kebaikan.
Baca SelengkapnyaAda makna filosofis di balik penyelenggaraan tradisi ini.
Baca SelengkapnyaIntip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaBerbagai macam perayaan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad di tiap daerah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaRitual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.
Baca SelengkapnyaDengan beragam budaya yang ada di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca Selengkapnya