Blak-blakan Bawaslu soal Turunnya Partisipasi Warga di Pilkada Jakarta, Bukan Kurang Sosialisasi
Dengan adanya penurunan partisipasi masyarakat pada Pilkada tersebut. Maka, perlu dilakukannya refleksi hingga evaluasi.
Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) RI merasa prihatin atas turunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Diketahui, pesta demokrasi lima tahunan sekali ini digelar secara serentak di seluruh wilayah Indonesia pada 27 November 2024.
"Oh iya, jadi penurunan partisipasi ini kita semua prihatin sebenarnya. Karena seharusnya kan ini itu momentum penting buat semua warga negara bahwa prakteknya hari ini ternyata menurun," kata Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenti kepada wartawan di Kepulauan Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa (3/12) malam.
Dengan adanya penurunan partisipasi masyarakat pada Pilkada tersebut. Maka, perlu dilakukannya refleksi hingga evaluasi.
"Maka kita semua punya kewajiban melakukan refleksi dan evaluasi. Kira-kira apa? Kalau Bawaslu ditanya, kira-kira apa? Kami selalu mempertimbangkan misalnya satu soal TPS yang dikecilkan. Sehingga orang menjadi lebih jauh menjangkau TPS," ujarnya.
Bukan Kurang Sosialisasi
"Bisa jadi orang secara teknis kemudian punya kendala, sehingga dia tidak mampu menjangkau TPS. Secara yang lain bisa jadi karena terlalu dekat antara Pemilu dengan Pilkada. Bisa jadi kemudian juga sosialisasinya yang kurang masif," sambungnya.
Meski begitu, Bawaslu melihat jika sosialisasi sudah mereka lakukan secara abis-abisan atau all-out. Baik di media sosial, cetak, online dan lainnya.
"Sehingga kalau sosialisasi yang kurang, kalau kami di Bawaslu menganggapnya seharusnya sosialisasi itu sudah masif dilakukan. Tetapi yang penting karena ada uji publik mungkin menarik juga. Kalau kita kemudian survei langsung ke lapangan apa yang membuat turun," ungkapnya.
Kemudian, terkait dengan turunnya partisipasi masyarakat di Jakarta menurun. Menurutnya, bukan hanya di Jakarta melainkan di daerah lainnya hingga kolom kosong yang menang.
"Jakarta ini menjadi sentral ya karena memang dia di ibu kota. Tetapi di daerah juga banyak kan. Bahkan termasuk fenomena kolom kosong yang menang misalnya. Sehingga dalam situasi ini saya kira menjadi PR kita untuk sama-sama mengevaluasi," tuturnya.