Cerita Mama Jay 16 Tahun Hidup Tanpa Septic Tank di Tanjung Duren
Merdeka.com - Gang sempit yang hanya cukup dua orang berlalu-lalang tampak ramai. Kondisinya kumuh dan dipadati puluhan warga tinggal. Tempat itu berada di Gang Sekretaris I RT 5 RW 7, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Pemandangan gang itu dihiasi peralatan rumah tangga. Sepanjang gang banyak barang-barang sembarangan diletakkan di depan rumah. Jemuran bambu warganya juga terlihat menghias atap-atap usang.
Rumah dalam gang tersebut berdiri di lingkungan yang tidak layak. Posisinya berada di atas kali kecil. Airnya keruh, penuh lumut dan banyak kotoran.
-
Mengapa nenek Jorien tinggal di Jakarta? 'Dia bekerja di Jakarta, dan bertemu kakek saya di sini. Mereka jatuh cinta dan langsung menikah saat kembali ke Belanda pada tahun 1950,' kata Jorien dikutip dari kanal YouTube Candrian Attahiyyat.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Apa julukan Jakarta? Menariknya, sematan kata 'The Big Durian' membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Seperti apa kondisi rumah masa kecil Pak Jokowi? Rumah itu benar-benar terjaga keasliannya. Tak bisa dipungkiri beberapa bagian kayu sudah tampak keropos dan mengalami sedikit renovasi. Namun hal itu tak menghilangkan kesan klasik dari bangunan tersebut.
-
Bagaimana Jakarta meningkatkan kenyamanan warganya? Jakarta dibangun lebih kekinian. Kalau kata anak sekarang, 'Instagramable Banget' Halte Transjakarta tak sekadar tempat naik turun penumpang. Sambil nunggu bus, kini bisa berselfie ria.
-
Bagaimana Jeanne terlihat meskipun janda anak satu? Meskipun telah menjadi janda dengan satu anak, ia tetap terlihat seperti anak muda dan selalu menggemaskan.
Namun, keadaan tersebut tak membuat warga setempat prihatin bahkan justru sangat bahagia. Hidup kekeluargaan, tolong-menolong dan bebas bercengkrama. Tidak malu hidup miskin.
Salah satunya di ceritakan warga perempuan bernama Jay. Hidup 16 tahun di lingkungan yang tak sehat tersebut, membuatnya nyaman.
"Kalau dipandang di luar mah serem, terus jorok, tapi padahal jauh lebih kekeluargaan," kata wanita akrab disapa Mama Jay itu kepada merdeka.com, Senin (7/10).
Jay tidur di bawah atap kontrakan sepetak bersama anaknya yang masih kecil. Satu kontrakan ada lima pintu. Diisi lima orang keluarga dan difasilitasi satu kamar mandi. Perbulan, ia bayar sekitar Rp 400 ribu.
Jay kemudian membandingkan kehidupan warga perumahan yang menurutnya saling cuek. Sementara, Gang Sekretaris punya cerita tersendiri. Bermakna dan indah bagi sesama manusia.
Keseharian warganya saling mengisi satu sama lain. Mulai mencuci baju dan bergantian masak. Bahkan, para tetangga sigap menolong bila ada yang sakit. Mereka juga kerap patungan, mengisi hari dengan kudapan yang dinikmati bersama.
"Siang hari bolong suka rujakan, situ punya gula, situ punya mangga, situ punya timun, saya yang ngulek aja, di sini beneran, bareng bareng ramai ramai, senang banget," ungkapnya.
Sepanjang gang itu, juga terdapat toilet berderet. Keadaannya kotor, berkerak, dan sempit dengan satu WC jongkok. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya septic tank. Sehingga, hajat yang dibuang warga langsung nyemplung ke kali Gang Sekretaris.
Kondisi itu tidak membuat penghuni gang mengeluh. Mereka pasrah menikmati fasilitas yang ada. Seperti Jay yang sudah kebal dengan aroma yang tidak enak.
"Sudah terbiasa, happy, emang Alhamdulillah gak pernah tercium aroma (kotoran) karena udah biasa," ucap Jay.
"Justru saya malah makan di sini (depan kali) makan rame-rame, di situ ada orang berak, gak ada yang tercium aromanya," ujarnya.
Jay kemudian menyinggung kami di tengah perbincangan mengenai tidak adanya tempat penampungan hajat. Baginya, tanpa septic tank bukan masalah besar. Ia mengajak kami terbiasa dengan keadaan sekitar.
"Dari tadi udah banyak yang berak, masnya santai aja disini, bau enggak? banyak mondar mandir (BAB), happy," seloroh dia.
Sejauh ini, Jay mengaku belum mengalami sakit akibat lingkungan yang tidak sehat. Paling tidak, hanya kurang enak badan ringan. "Alhamdulillah, paling masuk angin aja, diare enggak," tandasnya.
Curahan hati yang diungkapkan Jay, tak jauh beda dengan Yon, wanita lanjut usia yang sudah tinggal 18 tahun di Gang Sekretaris I. Ia tak ambil pusing pusing soal keadaan jorok tanpa septic tank.
"Itu ada salurannya (pipa), langsung masuk (ke kali), gak ada (septic tank) makanya gatau dari dulunya, saya kan ngontrak pendatang jadi dari dulunya begini," ucapnya.
Yon juga terbiasa dengan jumlah kamar mandi yang belum cukup memenuhi kebutuhan warga. Dia pasrah, kamar mandi sering bergantian digunakan untuk anak-anak berangkat sekolah.
"Kalau sehari hari udah biasa begini sih," ucap wanita yang berjualan minuman es itu.
Sementara, warga bernama Ahmad Jawawi mengaku keadaan sekitar tak mengganggu kehidupan sehari-harinya dengan aroma tak sedap. Namun, dia berharap pemerintah bisa melakukan penataan di gang sekretaris I dan sanitasi.
"Harapannya kalau mau dibuatkan septic tank sangat terima kasih, sangat mendukung termasuk penataan kampung, sangat diharapkan masyarakat," tandasnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaRumah ini terletak di tengah genangan air yang penuh sampah.
Baca SelengkapnyaBerikut penampakan rumah mewah Ibu Ani anak jenderal yang tinggal di rumah bak hutan terbengkalai.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaDengan perahu rakit yang ia buat dari drum, Ibu Pasijah mengarungi perairan hutan mangrove untuk menanam bibit pohon tersebut.
Baca SelengkapnyaIbu Amina mengaku sudah sejak kecil tinggal di tempat ini. Bahkan ia mengatakan sudah mempunyai cucu.
Baca SelengkapnyaKisah yang ia bagikan di Tiktok viral dan bikin warganet ikut nostalgia,
Baca Selengkapnya