Cerita penuh risiko pekerja MRT di bawah perut Jakarta
Merdeka.com - Kehadiran transportasi massal Mass Rapid Transit (MRT) sangat dinanti oleh warga DKI Jakarta. Diharapkan, proyek MRT ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan Ibu kota yang kian memprihatinkan.
Namun, meski masih dalam tahap pengeboran tahap 1 dan jauh dari kata rampung, mega proyek yang menghabiskan dana sekitar USD 1,5 miliar ini, telah memberikan penghidupan dan ladang rezeki bagi sebagian orang, salah satunya Iman (20) asal Garut, Jawa Barat.
Iman merupakan salah satu pekerja injeksi yang bekerja mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Tugasnya, adalah menambal beton-beton yang mengalami keretakan (groting). Dia harus memastikan cairan perekat sudah terpasang dalam kabel-kabel penghubung untuk kemudian diinjeksi ke bagian-bagian yang mengalami keretakan.
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
-
Kapan jam kerja di Jakarta dibagi? Dimana jam kerja dibagi menjadi dua opsi, yakni pukul 08.00 WIB dan 10.00 WIB.
-
Dimana anak ini bekerja? Tiga anak berdiri di persimpangan sudut Jalan Taman Siswa, Yogyakarta.
-
Bagaimana jam ini bekerja? Cara kerja dari jam ini juga nantinya akan didukung oleh sinar matahari yang akan menggerakan mekanik. Sehingga, nantinya akan bergerak dengan menampilkan waktu dengan akurat.
-
Dimana pria itu bekerja? Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), insiden ini dengan cepat menjadi postingan tren teratas di platform media sosial China Weibo pada tanggal 19 September.
-
Dimana pemuda itu bekerja? Pada Minggu malam, biro pegawai negeri Suzhou, sebuah kota di Provinsi Anhui bagian barat daya, mengumumkan penerimaan rekrutmen kedua untuk tahun ini.
"Tugas saya di sini jadi pekerja injeksi, masukin air dan cairan ke dalam. Menambal yang retak-retak mas," kata Iman saat ditemui di di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu (6/1).
Ketika merdeka.com berbincang dengan Iman, pemuda ini mengaku sangat senang dan menikmati pekerjaan yang digelutinya itu. Meskipun tempat kerja yang penuh dengan risiko dan selalu bersahabat dengan alat-alat berat, serta debu-debu proyek, dia mengaku mensyukurinya.
"Kalau bosan enggak, cuma kemarin baru masuk tapi yang penting harus senang dulu," tandasnya.
Lebih lanjut, saat ditanya mengenai kesulitan dan risiko kerja yang selama hampir sebulan terakhir ditemui, Iman menyebutkan bagian paling berat dari pekerjaannya adalah ketika harus mondar mandir memastikan bagian yang retak telah mengering dan itu membutuhkan waktu lama.
Ditambah, saat harus mondar mandir, dirinya tak hanya membawa diri, namun ada beberapa alat berat yang selalu harus dibawanya kemana-mana seperti mesin kompresor dan kabel-kabel rol.
"Jam 8 sampai jam 5. Ini nungguin kering dulu, yang lama ini. Semua yang penghubung ini ditungguin sampai kering, harus ditandai dulu ada nomor satu dan lain-lain," tandas Iman.
"Saya cuma mondar mandir bosen nungguin. Kalau satu kelar, baru ke lain lagi ke nomor dua. Kalau belum ada harus cari dulu mondar mandir," lanjutnya.
Ditambahkannya, pria yang sebelumnya bekerja di bagian label dan furniture sebuah hotel di bilangan Pondok Indah ini mengaku bagian kerja paling berisiko yang acap kali ditemuinya adalah saat dirinya harus menahan panas dari butir-butir las yang turun dari pekerja di level teratas Stasiun MRT.
"Kalau kita lagi kerja, kena las panas, capek. Kadang di pundak suka panas banget, tapi emang cari uang susah. Cuma ya hati-hati kalau saya kan baru di sini, kalau di Bunderan HI itu hati-hati las di atas suka ke bawah, suka kena," ungkapnya bercerita.
Seperti diketahui, PT MRT Jakarta sudah mengoperasikan mesin bor bawah tanah atau Tunnel Boring Machine (TBM) Antareja kedua, pada Rabu (11/11) lalu. Setelah Antareja 1 ditepikan, Antareja 2 sudah siap melanjutkan tugas melubangi perut Jakarta dari Stasiun Senayan menuju Stasiun Istora kemudian ke Stasiun Bendungan Hilir dan berakhir di Stasiun Setiabudi.
Secara total, ada empat TBM yang direncanakan akan dioperasikan dalam pekerjaan konstruksi proyek MRT Jakarta Fase I (Lebak Bulus-Bundaran HI). Dua TBM lainnya direncanakan akan dioperasikan dari Bundaran HI-Setiabudi.
Mesin bor 'Antareja' ini akan dioperasikan oleh kontraktor paket pekerjaan CP 104 dan 105 (Senayan-Setiabudi), yaitu SOW Joint Venture yang terdiri dari Shimizu, Obayashi, Wijaya Karya, dan Jaya Konstruksi.
Mesin bor ini menggunakan teknologi Earth Pressure Balance (EPB) pertama di Indonesia yang diproduksi perusahaan Jepang, Japan Tunnel Systems Corporation (JTSC). Sementara itu, mesin bor kedua dan ketiga masih dalam proses perakitan. Kedua mesin ini akan segera beroperasi untuk melanjutkan tahapan pembangunan terowongan MRT. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berangkat gelap hingga pulang gelap tak melunturkan semangat wanita ini mencari rezeki di Jakarta setiap harinya.
Baca SelengkapnyaHal ini seakan menggambarkan realitas para pekerja yang harus melawan jarak untuk mencapai impian mereka.
Baca SelengkapnyaTingkat keamanan para pekerja di ketinggian memang harus mempunyai standar yang tinggi mengingat nyawa mereka sebagai taruhannya.
Baca SelengkapnyaKesehatan pekerja konstruksi dalam naungan PT Adhi Karya yang bekerja di IKN itu menjadi perhatian perusahaan.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi pekerja yang sedang betulkan pompa air dan terjatuh ke sumur, berlangsung dramatis.
Baca SelengkapnyaPerusahaan bersama dinas terkait sedang melakukan investigasi terkait kecelakaan kerja yang menyebabkan kematian pekerja tersebut.
Baca SelengkapnyaPolisi menjelaskan kronologi besi crane proyek gedung Kejaksaan Agung terjatuh di jalur MRT Blok M.
Baca SelengkapnyaRohmana, seorang pria asal Sumedang menceritakan pengalaman ketika dirinya bekerja di Malaysia.
Baca SelengkapnyaWanita ini berbagi suka dan duka selama menjadi pegawai SPBU dalam satu unggahan.
Baca SelengkapnyaKedua orang tua bocah malang itu sama-sama bekerja di rumah sakit S.K Lerik Kota Kupang
Baca SelengkapnyaKorban meninggal dunia bernama Fauzi (32) dan Andri (38).
Baca SelengkapnyaKorban berhasil diselamatkan dari insiden tersebut melalui atap lift
Baca Selengkapnya