Dakwa Keagamaan Diminta Memuat Narasi Toleran Terhadap Perbedaan
Semboyan Bhineka Tunggal Ika jika dipahami dan diamalkan dengan sungguh-sungguh diharapkan mampu menerima orang yang berbeda
Pendakwah seharusnya mengedepankan kerukunan bukan mempertajam perbedaan antar-golongan masyarakat. Sudah seharusnya mereka berkontribusi dalam menjaga keutuhan NKRI.
"Dakwah keagamaan dituntut untuk bisa memuat narasi toleran terhadap perbedaan. Boleh tegas terhadap hal-hal yang sifatnya akidah, tapi juga harus toleran terhadap sesuatu yang bukan menjadi prinsip agama," kata Ketua Umum Asosiasi Dai-Daiyah Indonesia (ADDAI) Moch. Syarif Hidayatullah, Kamis (10/10).
Menurutnya, di ADDAI telah mengedepankan kaderisasi dai yang mampu berdakwah dengan cara yang menentramkan, dan memberikan solusi terhadap hal-hal yang menjadi persoalan di masyarakat.
"Membantu masyarakat yang ingin memperbaiki diri serta mengenali ajaran agamanya. Dai juga harus mampu memberikan ruang dialog dengan orang-orang dari kelompok, dan bahkan agama yang berbeda," jelasnya.
Menurutnya, Penting juga ditekankan pada para dai, bahwa berdakwah itu harus dengan ilmu.
"Kalau berdakwahnya dengan ilmu, baik dai dan audiensnya pasti tidak akan sampai pada sikap intoleransi, radikalisme, atau bahkan mendukung aksi terorisme," terangnya.
Syarif juga berpesan agar semboyan Bhineka Tunggal Ika dipahami dan diamalkan dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian diharapkan masyarakat Indonesia mampu menerima orang yang berbeda sikap dan cara pandangnya.
"Dalam hal ini, dakwah keagamaan bisa memenuhi fungsinya sebagai corong moderasi beragama sehingga masyarakat yang berbeda-beda ini bisa berjalan beriringan dan berkolaborasi," tandasnya.