Deretan Kelakuan 'Menyimpang' Pemimpin Ponpes Al-Zaytun
ria kelahiran Kabupaten Gresik 76 tahun lalu itu pernah menempuh pendidikan di Pondok Modern Gontor tapi tidak sampai lulus. Kemudian berkuliah di IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang atau lebih dikenal Panji Gumilang seringkali menimbulkan kontroversi yang viral di masyarakat.
Pria kelahiran Kabupaten Gresik 76 tahun lalu itu pernah menempuh pendidikan di Pondok Modern Gontor tapi tidak sampai lulus. Kemudian berkuliah di IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut beberapa kontroversi Panji Gumilang yang dirangkum tim Merdeka.com.
Shaf Salat Perempuan Berada di Depan Laki-Laki
Pada Idulfitri lalu, masyarakat dihebohkan dengan unggahan pelaksanaan salat id yang mencampurkan perempuan dan laki-laki. Terlihat shaf saling berjauhan dan terdapat satu orang perempuan melaksanakan salat di shaf paling depan yang di belakangnya diikuti jamaah laki-laki.
Setelah viral, Kemenag mendatangi Ponpes Al-Zaytun. Untuk shaf yang berjauhan, pengurus ponpes berlandaskan pada penafsiran Surat Al-Mujadilah ayat 11 yang berisi berlapang-lapanglah dalam suatu majelis. Sedangkan, keberadaan perempuan di shaf paling depan sebagai bentuk pemuliaan pemimpin perempuan dan perempuan tersebut merupakan istri Panji Gumilang.
Perkenalkan Lagu Yahudi
Pada awal bulan Mei lalu, beredar video yang memperlihatkan Panji Gumilang mengajak para santri untuk membawakan lagu Yahudi. "Saya mengajak saudara-saudara untuk mengucapkan salam yang tidak Assalamualaikum saja, sambil kita bernyanyi. Kita ucapkan kepada sahabat kita 'havenu shalom aleichem' dalam bentuk bernyanyi," ujar Panji.
Meragukan Kebenaran Alquran
Melalui video pria 76 tahun itu meragukan kebenaran Alquran sebagai kalamullah atau perkataan Allah SWT. Menurutnya, kitab suci umat Muslim ini bukan ucapan yang langsung disampaikan oleh Allah, melainkan karangan Nabi Muhammad SAW yang didapat dari wahyu.
Tebus Dosa Zina Bayar Rp2 Juta
Mantan tokoh Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan menuturkan Ponpes Al-Zaytun memperbolehkan santrinya melakukan zina asalkan membayar uang tebusan sebesar Rp2 Juta.
“Gak boleh pacaran, gak boleh berzina, kalau gak punya duit. Kalau punya duit, bisa dilakukan. Nanti ada majelis hukumnya bertahkim, kena pasal sekian, kena dosa, (dengan bayar) dua juta dosanya hilang."
Azan Menghadap Santri
Ponpes Al-Zaytun kembali menuai kontroversi setelah kembali beredar sebuah video yang viral yang memperlihatkan gaya azan Sholat Jumat yang berbeda dari biasanya. Sang muadzin melantunkan azan dengan menghadap para santri, bukan ke arah kiblat sebagaimana yang dilakukan oleh umat Islam kebanyakan.
Melansir dari berbagai situs, ponpes yang berada di Indramayu, Jawa Barat ini tergabung dalam Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) sejak 1 Juni 1993. Washington Times pada 29 Agustus 2005 menyatakan Ponpes Al-Zaytun sebagai pesantren terbesar di Asia Tenggara karena berdiri di atas lahan lebih dari 1.200 hektar.