Diduga keracunan ikan, 53 santri di Yogya dilarikan ke rumah sakit
Merdeka.com - 53 Santri Pondok Pesantren yatim Nurani Insani Yogyakarta dilarikan ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping setelah mengalami keracunan makanan, Jumat (12/2). Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 07.15 WIB saat salah seorang santri merasa mual, pusing dan demam ketika berada di sekolah.
Tak lama berselang korban lainnya pun menyusul. Staf Informasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Eri menjelaskan para santri tersebut mulai datang ke rumah sakit pukul 07.30 WIB. Mereka datang satu persatu dari sekolah masing-masing.
"Meski satu pondok, mereka sekolahnya beda-beda. Ada SD, SMP dan SMA. Yang pertama kali dibawa ke sini SMP, setelah itu menyusul yang lain," terangnya pada wartawan, Jumat (12/2).
-
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut? Mahasiswa bernama Alwi Fadli tewas ditikam oleh pria inisial P (23) yang hendak menyewa kekasihnya terkait prostitusi online.
-
Bagaimana siswi terdampak penyakit? Mereka melaporkan penyakit ini telah melumpuhkan kaki mereka, sehingga sebagian besar dari mereka tidak mampu berjalan.
-
Apa penyakit yang diderita siswi? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Kenapa anak demam harus absen sekolah? Demam bisa menjadi indikasi bahwa tubuh sedang berjuang melawan infeksi, dan memulihkan diri adalah prioritas utama.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswi itu? 'Hasil pemeriksaan fisik sementara kita indikasikan kemungkinan pembunuhan karena terdapat luka terbuka pada beberapa bagian tubuh. Di punggung tangan dan sekitarnya,' kata Rizka.
-
Siapa yang kentut di sekolah? Agung : Ma, tadi di sekolah Amanda bisa jawab pertanyaan Bu Guru loh. Mama : Oh ya? Hebat dong kamu. Itu baru anak mama. Memangnya Bu Guru tanya apa? Agung : Bu Guru bertanya siapa yang kentut dan Amanda jawab, saya Bu Guruuu… Mama: ehhhmmmmm....
Dugaan sementara keracunan tersebut disebabkan oleh ikan laut asap yang dimakan para korban saat sarapan.
"Sumbernya ikan asap. Tapi belum tahu kenapa bisa seperti itu," tambahnya.
Sampai saat ini korban keracunan yang masih dirawat ada 15 orang. Sisanya sudah diperbolehkan pulang. Alwan Arul Walhidayah, salah seorang korban mengatakan seusai sarapan dia merasa mual dan pusing. Setelah itu dia pun dilarikan ke rumah sakit.
"Makannya ikan asap untuk sarapan. Sekitar jam 6 pagi sarapan, waktu makan memang rasanya agak aneh, berlendir. Yang masak orang pondok," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa siswa yang mengalami gejala keracunan ini masih ada yang harus dirawat di beberapa fasilitas kesehatan berbeda.
Baca Selengkapnya30 Siswa SD di Meranti Keracunan Setelah Konsumsi Minuman Saset
Baca SelengkapnyaPuluhan warga ini mengalami gejala mual dan muntah. Kondisi ini diperparah dengan badan yang lemas dan hanya bisa berbaring.
Baca Selengkapnya13 Santriwati masih dirawat di Rumah Sakit Athaya Ujung Tanjung.
Baca SelengkapnyaSejumlah mahasiswa baru Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta diduga mengalami keracunan makanan saat mengikuti kegiatan outbond, Jumat (18/8).
Baca SelengkapnyaHondo mengatakan untuk mengetahui penyebab terjadinya keracunan massal ini sudah ditangani oleh pihak Dinkes Kabupaten Sukabumi serta aparat kepolisian.
Baca SelengkapnyaPara korban diduga mengalami keracunan usai menyantap nasi bungkus yang dibagikan pada acara syukuran.
Baca SelengkapnyaDari informasi yang dihimpun ada belasan mahasiswa Undip yang mengalami keracunan setelah memakan katering saat orientasi studi dan pengenalan kampus.
Baca SelengkapnyaUsai mendapat laporan soal keracunan massal itu, polisi masih menyelidiki penyebabnya.
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan sudah mengamankan sampel makanan nasi kuning utuh dan muntahan pasien.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data, ada 364 warga mengalami keracunan usai menyantap nasi boks saat acara reses anggota DPRD Kota Cimahi.
Baca SelengkapnyaUntuk memastikan kandungan di dalam minuman, Disdik membentuk tim khusus dan menggandeng BPOM.
Baca Selengkapnya