Dihimpit ekonomi, Desi berjualan air mineral demi menyambung hidup
Merdeka.com - Sambil memangku putranya yang terlelap, Desi Pansari (40 tahun) terkantuk-kantuk di tepi Jalan Razak, Medan, Sabtu (19/9). Dia mencari nafkah di sana.
Di depan perempuan berkulit sawo matang itu tersusun beberapa botol air mineral. Jumlahnya hanya delapan berukuran 600 mililiter. Selain itu, di sana ada botol susu kosong. Bagian dotnya dibiarkan tidak ditutup.
Desi merupakan warga Pasar VIII Helvetia, Medan. Dia mengontrak satu rumah di sana dengan sewa Rp 150 ribu per bulan.
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Kenapa Hana terpaksa jual motor dan perhiasan? Untuk memulai usaha itu, ia harus mengorbankan banyak hal. Motor kesayangannya ia jual, perhiasan istrinya ia jual, ditambah ia harus masih meminjam uang dari orang tuanya.
-
Apa yang membuat istri sedih? Rasanya aku sudah lelah dengan perilakumu akhir-akhir ini. Bagaimanapun aku berusaha untuk tetap mempercayaimu, namun sayang aku tak bisa menahan rasa kecewaku padamu.
-
Siapa yang cerai? Setelah 11 Tahun Bersama, Faby Marcelia dan Revand Narya Kini Diam-diam Cerai
-
Apa yang di jual ibu Dewi? 'Awalnya budhe di Semarang yang ngasih ide kenapa tidak jualan bawang goreng, dia jualan di sana laris. Terus saya pergi ke Semarang, diajari budhe caranya menggoreng bawang, nginep sana tiga hari,' ungkap ibu tiga anak ini saat ditemui Merdeka.com, Kamis (18/4/2024).
-
Kapan Dede Sunandar dan istrinya merasa terpuruk? 'Tentu saja, sangat merasa terpuruk. Ketika bertemu dengan orang-orang di Rumah Sakit Harapan Kita, kami saling berbagi pengalaman tentang sindrom ini, termasuk kasus jantung bocor dan masalah lainnya.
Perempuan ini mengaku terpaksa berjualan air mineral karena perlu uang buat memenuhi kebutuhan hidup bersama kelima anaknya. Dia harus berjuang sendiri karena sudah berpisah dengan suaminya.
"Anakku ada lima. Yang paling besar 17 tahun tamatan SMP tapi belum bekerja, yang kubawa ini Rafa yang paling kecil. Umurnya baru 2 tahun 3 bulan," kata Desi.
Perempuan ini memilih berjualan air mineral karena tidak ada modal. "Sebelumnya jual mainan, tapi enggak ada modal, jadi aku jual Aqua," ucap Desi.
Desi berjualan di Jalan Razak sejak Desember 2014. Alasannya lokasi itu ramai tapi tenang. Banyak kendaraan melintas di sana, meski umumnya melaju kencang. Dia jualan di sana mulai sekitar pukul 09.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB.
Sebotol air mineral dijual Desi Rp 5.000. Modalnya hanya Rp 2.000. "Aku buat harganya Rp 5.000, kalau di bawah itu dapat apa? Ongkosku dari rumah saja nggak cukup," lanjut Desi.
Setiap harinya Desi mengaku bisa menjual 10 hingga 30 botol air mineral. Namun ada kalanya dagangannya itu tak laku.
Desi juga sering menerima sedekah dari pengendara yang melintas. "Kadang ada yang prihatin lihat anak saya. Kadang ngasih nasi, kadang ngasih susu," ucap Desi.
Walau menerima sedekah, tetapi Desi menolak disebut mengemis. "Kalau mengemis itu meminta begini, ini kita dikasih orang," lanjut sambil membuka kepalan tangan dan mengulurkannya ke atas.
"Kalau soal anak kubawa bukan untuk buat orang kasihan. Anak ini kubawa karena tidak ada yang menjaga," imbuh Desi.
Desi mengaku tidak malu berjualan air mineral. "Pekerjaan ini halal," tambah Desi.
Di lokasi itu, Desi tidak berdagang sendiri. Tak jauh dari tempatnya ada lapak penjual mainan anak-anak. Hanya tampak beberapa mainan kecil di sana, tetapi hampir semua terlihat tak mengkilat lagi layaknya mainan baru.
Pedagang mainan itu bukan orang lain bagi Desi. Pria bernama Muhadi (56) ini merupakan paman kandungnya. "Dulu aku jualan di Jalan Meranti, baru sekitar tiga bulan ini ikut jualan di sini. Aku diajaknya (Desi) ke sini. Katanya di sini enak," kata pria lajang ini.
Muhadi blak-blakan tidak berharap uang dari penjualan mainan yang didagangkannya. Dia lebih mengharapkan bantuan pengguna jalan. "Siapa yang mau membeli mainan ini? Enggak ada modalnya ini. Kita dapat uang kalau ada yang perhatian, nah ini Pak," ujar Muhadi sambil memperagakan orang melemparkan sesuatu.
Apapun motivasi Muhadi maupun Desi, faktanya banyak orang di negeri ini yang bekerja banting tulang demi menyambung hidup. Bahkan orang tua renta juga kerap terpaksa melakukannya. Negara seharusnya hadir. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaUntuk pemasaran, Diah melakukan rekrutmen secara daring. Hingga kini, terdapat 100 orang marketing, agen dan reseller Me Time yang dibinanya.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaIbu di Bogor diceraikan suaminya hanya karena anak ayam peliharaan sang suami mati.
Baca SelengkapnyaDi balik wajah ayunya, gadis ini bahkan tak gengsi dan rela berjualan bensin demi mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaPelamar kerja ini sudah menjual tiga kardus air mineral yang per botolnya dijual Rp5 ribu.
Baca SelengkapnyaSeorang transmigran di Kalimantan berobat menggunakan kulit kayu dari masyarakat Dayak Punan.
Baca SelengkapnyaDagangan yang ia jual sepi pembeli hingga membuatnya memutar otak agar tetap bisa bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Jakarta Utara bukan hanya menjadi langganan banjir rob sebagai dampak krisis iklim, tetapi juga menghadapi krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaMakin ketatnya persaingan di antara para pedagang bendera tak menyurutkan semangatnya berjualan.
Baca SelengkapnyaCerita Exs Barista, Kini Sukses Jualan Sayur di Pasar Tradisional.
Baca SelengkapnyaUsaha milik pria ini hampir bangkrut karena tingkah laku tak bertanggung jawab orang kepercayaannya. Berikut cerita selengkapnya.
Baca Selengkapnya