Diskusi dibubarkan, aktivis mahasiswa 1998 kecam Kemenpora
Merdeka.com - Meski rezim orde baru sudah tumbang, namun perilaku represif masih berlangsung hingga kini. Diskusi aktivis mahasiswa 1998 yang digelar di Wisma Karsa Kemenpora, Jakarta, Selasa (24/6), dibubarkan aparat keamanan. Rencananya ada 2.000 aktivis gerakan mahasiswa 1998 yang bakal menghadiri hajatan bertajuk Konsolidasi dan Silaturahmi Aktivis 98.
Sebelumnya panitia diskusi sudah memasang spanduk, menata 1.000 kursi peserta dan sofa pembicara. Namun pada pukul 08.00 WIB, panitia yang hendak masuk ke arena dihadang oleh polisi. Lokasi pertemuan ditutup dan dijaga oleh puluhan aparat kepolisian.
"Polisi melarang panitia untuk masuk ke areal Kemenpora," tutur Erwin Usman, panitia diskusi, Rabu (25/6).
-
Siapa pemimpin Orde Baru? Orde Baru merujuk kepada masa pemerintahan Soeharto yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
-
Kenapa Orde Baru dibentuk? Orde Baru sendiri terbentuk karena dipengaruhi beberapa peristiwa bersejarah di Indonesia antara lain: Terjadinya Peristiwa G30S PKI Keadaan Indonesia kala itu menjadi semrawut tidak karuan. Banyak terjadi pembunuhan, penculikan, dan lain sebagainya.
-
Apa tujuan Orde Baru? Tujuan Orde Baru Secara garis besar, pemerintahan masa orde baru memiliki beberapa tujuan pokok antara lain :1. Melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Lama. Pengoreksian mencangkup dari keseluruhan tanpa terkecuali.
-
Kapan Orde Baru dimulai? Dan sejak saat itulah dimulainya masa Orde Baru oleh kepemimpinan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia.
-
Bagaimana Orde Baru mencapai stabilitas? Tujuan dari hal ini adalah mengembalikan stabilitas nasional serta mempercepat proses pembangunan terutama dalam sektor ekonomi.
-
Siapa yang memimpin perlawanan di Banten? Perang Banten pada 1628-1629, yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin yang ketika itu menjadi pemimpin kerajaan.
Kepala Komunikasi Publik Kemenpora Gatot Sulistiantoro Dewa Broto menyatakan pelarangan diskusi itu dilakukan karena ada perbedaan tujuan acara sesuai izin semula dan materi backdrop yang dipersiapkan. Dalam surat ijin yang diajukan tertulis "Temu kangen pemuda lintas profesi dan organisasi kemasyarakatan", namun backdrop yang dipasang bertuliskan "Gerakan 98 melawan kebangkitan orde baru"
"Panitia memasang backdrop di tempat acara ternyata ditemu-kenali adanya materi backdrop yang sangat tendensius dan provokatif secara poltik, dan juga karena sesuai ketentuan kegiatan kampanye Pilpres tidak boleh dilakukan di kantor lembaga pemerintahan, sehingga seandainya kegiatan tersebut dibiarkan akan menimbulkan kesan kuat bahwa Kemenpora memfasilitasi suatu kegiatan berdasarkan afiliasi politik tertentu. Oleh karenanya, Kemenpora memutuskan untuk mengusulkan kepada Polisi agar mencabut izin kegiatannya, karena terbukti rencana kegiatannya berbeda sepenuhnya dengan permohonan izin yang disampaikan baik ke Kemenpora maupun ke Polisi," kata Gatot.
Panitia diskusi berkilah bahwa lokasi kegiatan bukan kantor pemerintah karena biasa disewa untuk berbagai hajatan. Terlebih mereka sudah membayar biaya sewa sebesar Rp7 Juta dan telah mengantongi izin dari kepolisian.
Setelah gagal menggelar diskusi, para veteran aksi 1998 itu menggelar aksi di depan kantor kementerian yang dipimpin Roy Suryo, politisi Partai Demokrat.
"Walau tak sama, tapi hampir mirip seperti ketika Orde Baru 'membunuh' proklamator kemerdekaan Indonesia, Bung Karno "dibunuh' oleh bangsa yang dia merdekakan. Pertemuan aktivis 98 dibubarkan, dibatalkan, dan dilarang oleh menteri dan polisi yang mereka perjuangan 16 tahun lalu," kata Erwin.
Sementara Hendrik Dikson Sirait, Sekjen Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat) menuding tindakan Kemenpora membubarkan diskusi menunjukkan indikasi kuat bahwa pemerintahan SBY tidak netral dalam pemilihan presiden 2014.
Menurut Hendrik, peristiwa ini membuktikan keberpihakan Istana yang mendukung Prabowo - Hatta.
"Diskusi melawan kebangkitan orde baru dibubarkan. Sebelumnya terbukti ada keterkaitan beberapa orang dalam Istana yang menerbitkan Obor Rakyat, yang hingga kini tidak diproses secara hukum merupakan pertanda yang sangat gamblang," ujar Hendrik, mantan aktivis mahasiswa yang pernah diculik rezim orde baru.
Mantan Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) Adian Napitupulu yang juga caleg PDIP terpilih menyebut pelarangan diskusi tersebut sebagai tindakan keterlaluan.
"Gedung yang sudah dibayar, izin yang sudah dikeluarkan Polisi beberapa hari sebelumnya tidak lagi berlaku. Kemenpora yang merupakan hasil dari pemilu pasca reformasi dan polisi yang mandiri sebagai buah reformasi saat ini justru melarang para pejuang reformasi untuk berkumpul. Sekali lagi, kebebasan berserikat, berkumpul dan menyampaikan pendapat menjadi sesuatu yang terlarang di Indonesia," ujar Adian yang juga pentolan Forkot (Forum Kota), organ aksi 1998 di Jakarta. (mdk/cza)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko juga bersuara keras terkait kejadian ini
Baca SelengkapnyaMaklumat Bersama Aktivis 98 dikeluarkan menjelang peringatan 26 tahun reformasi.
Baca SelengkapnyaSebelum acara dimulai sejak pukul 09.00 WIB, puluhan orang sudah berorasi di depan hotel dan menuntut diskusi dibubarkan
Baca SelengkapnyaMiliter ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.
Baca SelengkapnyaSaat ini, dua orang sudah ditetapkan sebagai tersangka terkait pembubaran diskusi tersebut.
Baca SelengkapnyaAksi pembubaran diskusi kebangsaan ini menuai kritikan publik.
Baca SelengkapnyaAcara itu sedianya dirancang sebagai dialog antara diaspora Indonesia di mancanegara dengan sejumlah tokoh atau aktivis.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, peristiwa brutal tersebut merupakan refleksi dari kejahatan demokrasi yang dilakukan rezim penguasa terakhir ini
Baca SelengkapnyaJimly Asshiddiqie mengatakan, kejadian itu sangat tidak beradab dan membuat citra pemerintahan menjadi buru
Baca SelengkapnyaPolisi membenarkan ada sekelompok aktivis yang sedang melaksanakan diskusi di dalam ruangan hotel di Jalan Hayam Wuruk Denpasar.
Baca SelengkapnyaDua orang itu terindikasi melakukan pidana perusakan hingga menganiaya sekuriti hotel.
Baca SelengkapnyaAksi bertajuk 'Mimbar Bebas Selamatkan Demokrasi' ini digelar untuk menentang praktik politik dinasti di tanah air.
Baca Selengkapnya