DPR Meradang Kepala Bapanas Sebut Beras Berkutu Masih Bisa Dikonsumsi: Sengaja Buat Reputasi Prabowo Jelek?
Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo meradang atas temuan 300 ribu ton beras berkutu yang tersimpan di gudang Bulog.

Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo meradang atas temuan 300 ribu ton beras berkutu yang tersimpan di gudang Bulog. Beras berkutu ini terungkap saat Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta. Kunjungan kerja tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Komisi IV, Titiek Soeharto.
Atas penemuan tersebut, Firman menyayangkan pernyataan para pemangku kepentingan tak memberikan fakta yang sebenarnya dan cenderung membingungkan.
"Pejabat tersebut satu dengan yang lainnya membuat pernyataan yang simpang siur dan ini menunjukan bahwa para pejabat jalan sendiri-sendiri menyikapi temuan ini karena mereka panik. Mereka tahu bahwa temuan ini pasti akan sampai ke presiden langsung, karena Mbak Titiek yang menemukan adanya beras berkutu ini,” kata Firman Soebagyo, Senin (17/3).
Firman geram lantaran pernyataan Kepala Bapanas (Badan Pangan Nasional) Arief Prasetyo Adi yang mengatakan beras berkutu masih bisa dikonsumsi manusia. Di sisi lain, wakil menteri pertanian (Wamentan) menyatakan beras berkutu bisa dijadikan makanan ternak.
“Begitu mudah para pejabat publik membuat pernyataan. Terkesan ngawur dan apakah serendah itu derajat rakyat harus mengkonsumsi beras berkutu yang tidak layak. Wamentan mengatakan bahwa beras berkutu seperti itu hanya bisa dikonsumsi untuk pakan hewan,” tutur dia.
“Lalu apakah artinya menurut Kepala Bapanas selaku pejabat pemerintah menyetarakan manusia sejajar dengan hewan? Saya minta Kepala Bapanas harus mengklarifikasi pernyataannya tersebut dan meminta maaf kepada rakyat Indonesia,” sambung Firman.
Firman juga menyoroti mengenai ketiadaan empati pemangku kebijakan terhadap keberadaan beras berkutu yang merupakan hasil impor. Dia mengingatkan, beras tersebut dibeli dengan uang rakyat, lantas didiamkan begitu saja di gudang Bulog hingga berkutu.
300 Ribu Ton Beras Berkutu
Sebelumnya, pemerintah mengimpor 2 juta ton beras, adapun sisa beras yang berkutu ini mencapai 300 ribu ton.
“Lebih konyol lagi pembuat kebijakan tidak sadar bahwa beras yang berkutu ini adalah sisa impor tahun lalu dan mereka yang membuat kebijakan tidak sadar bahwa beras tersebut dibeli dengan uang negara yang bersumber dari uang rakyat,” ungkapnya.
Firman meminta kepada Presiden Prabowo Subianto menegur keras kepada para pembantunya dan mengadakan evaluasi kinerja. Apakah para pejabat tersebut layak dipertahankan atau tidak.
Padahal, dalam rapat dengan Komisi IV, sudah ada penjelasan dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang menegaskan beras berkutu tidak boleh didistribusikan kepada masyarakat.
“Tetapi yang menjadi pertanyaan besar Kepala Bapanas kok masih membuat pernyataan yang kontroversi dan membingungkan rakyat. Apakah ada unsur kesengajaan agar reputasi pemerintahan Prabowo jelek di masyarakat. Kalau itu terjadi alangkah naifnya para pembantu presiden ini. Kemana kiblatnya?” tegas Firman.
Kepala Bangan Pangan Buka Suara
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi meminta jajarannya agar memeriksa seluruh gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengetahui kondisi beras secara keseluruhan. Hal tersebut berkaitan dengan temuan stok beras impor berkutu di gudang perusahaan pelat merah tersebut.
“Cek seluruh gudang Bulog, kemudian dilakukan fumigasi atau perawatan beras supaya tidak ada kutu. Mereka (Bulog) sudah paham caranya,” kata Arief.
Selain itu, Arief memastikan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) beras sebanyak 150 ribu ton di tiga zona tetap berjalan. Dia berharap, beras SPHP sampai di tangan masyarakat sesuai harga yang telah ditetapkan pemerintah.
Arief mengatakan, stok beras yang berkutu di gudang Perum Bulog masih dapat dikonsumsi. Tapi beras berkutu itu harus lewati proses fumigasi atau pengendalian hama.
"Masih (bisa dikonsumsi), beras kutu itu artinya berarti beras itu tidak mengandung chemical yang berlebihan," imbuhnya.