Dunia perfilman bisa bantu pendidikan di Indonesia
Merdeka.com - Aktivis pendidikan sekaligus pendiri sinedu.id, Najeela Shihab menilai, dunia pendidikan di Indonesia masih terbatas. Hal ini diungkapkan di Museum Nasional, Sabtu (25/3).
"Dunia pendidikan Indonesia sangat terbatas, dalam arti kapasitas," ungkapnya.
Karena itu, menurut Najeela, dibutuhkan dukungan dari dunia lain yang berada di luar dunia pendididkan. Salah satunya adalah dunia perfilman.
-
Siapa yang memerlukan dukungan pendidikan? Kurang Dukungan dalam Pendidikan Ketidakterlibatan orangtua dalam pendidikan anak, baik secara langsung maupun tidak, dapat mengganggu kemajuan intelektual mereka. Anak-anak memerlukan dukungan, seperti bimbingan belajar, perhatian terhadap prestasi akademik, serta akses terhadap fasilitas pendidikan yang baik.
-
Dukungan apa yang diberikan? Dalam kesempatan itu, para relawan memainkan lakon berjudul 'Gatotkaca Wisuda' dengan harapan Ganjar bisa memenangi Pilpres 2024.
-
Bagaimana cara untuk memberikan dukungan? Salah satunya yakni dengan memberikan kata-kata motivasi yang sarat semangat untuk timnas Indonesia.
-
Siapa yang bisa menjadi sahabat yang mendukung? Mereka ada bukan hanya di saat-saat bahagia, tetapi juga ketika menghadapi kesulitan.
-
Siapa yang memberikan dukungan penting? Dalam kondisi ini, dukungan dari orang terdekat menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu pasien melalui perjalanan panjang melawan penyakit ini.
-
Siapa yang mendukung belajar anak? Anak-anak membutuhkan dukungan dari orang dewasa yang peduli dan penuh kasih, yang membentuk lingkungan dan pengalaman mereka.
"Kerena itu, butuh dukungan dari dunia lain, di luar dunia pendidikan. Saya ajak dunia lain untuk bantu. Dunia film juga dukung," katanya.
Menurutnya, film sangat membantu dalam proses pendidikan, sebab film memberikan pengalaman dan menghadirkan apa yang ada di dalam kelas.
"Film memberikan pengalaman dan menarasikan sesuatu kepada orang lain, dan hadirkan banyak hal yang tidak bisa hadir dalam kelas, begitu banyak cerita, figur, dan konteks lain," tambah Najeela.
Kerena itu menurutnya film bisa menjadi sarana untuk mendidik dan pendidikan yang sebenarnya dari film bukan cerita film itu, melainkan apa yang ditangkap, dialami, dan dibawa pulang untuk dibagikan kepada orang lain.
"Film bisa jadi sarana untuk mendidik. Bukan soal film, tapi apa yang terjadi setelah film itu sendiri. Tiap anak punya pengalaman sendiri terhadap film itu yang kemudian ia bawa ke dalam pertemuan dan interaksi dengan orang lain," tutup Najeela.
Ditambahkan Irfan Ramli, penulis skenario film "Cahaya dari Timur" mengatakan, kualitas sebuah film dilihat ditentukan dari kejujurannya bercerita.
"Untuk menciptakan film yang baik, Pembuat harus jujur. Soal angle yang kemudian diambil itu terserah, tapi yang paling pertama, ia (kreator film) harus jujur," ungkapnya di tempat yang sama. (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Fadli Zon dan Giring Ganesha mengadakan diskusi yang bertajuk Ngopi Pagi di Jakarta pada hari Senin, 4 November 2024.
Baca SelengkapnyaAnies menegaskan, dengan tidak kembali ke Indonesia bukan berarti mereka tidak berkontribusi
Baca SelengkapnyaIni menegaskan posisi Indonesia sebagai pesaing yang kuat di pasar film global.
Baca SelengkapnyaDalam tujuh tahun terakhir, Indonesia mencatatkan berbagai pencapaian gemilang di bidang kebudayaan.
Baca SelengkapnyaDengan tantangan dunia yang lebih besar dan kompleks, Indonesia memerlukan generasi muda yang kreatif, inovatif, kompetitif dan berwawasan.
Baca SelengkapnyaLangkah-langkah ini guna mendorong ekonomi kreatif di Indonesia semakin semarak.
Baca SelengkapnyaBanyak diaspora mengenyam pendidikan bahkan bekerja di luar negeri dalam bidang teknologi, industri dan ilmu pengetahuan.
Baca Selengkapnya