Mepandes merupakan ritual keagamaan yang harus dilaksanakan oleh semua umat Hindu di Bali yang khususnya bagi yang sudah menginjak usai remaja.
FOTO: Menengok Mepandes, Ritual Sakral Potong Gigi bagi Remaja Hindu di Bogor
Bagi umat Hindu di Bali, ritual ini sebagai penanda seseorang sudah dewasa. Ritual keagamaan potong gigi ini merupakan salah satu ritual yang harus dilalui anak ketika beranjak dewasa atau akil balig.
Sangging adalah orang yang bertindak sebagai pemotong gigi dalam ritual tersebut. Prosesi ini bisa dilihat di Pura Giri Kusuma, Kota Bogor yang saat ini sedang menggelar ritual potong gigi secara massal pada Minggu (9/7/2023).
Lebih dari 70 umat Hindu Bali yang telah menginjak masa remaja mengikuti kegiatan massal yang diadakan empat tahun sekali ini.
Dalam ajaran ini terkandung nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang sedang dibutuhkan pada masa remaja.
Nilai pendidikan yang terkandung tersebut sebagai sarana dalam pembentukan kepribadian anak yang merupakan kelanjutan dari pembentukan di masa bayi dalam kandungan, dengan harapan lahirnya anak yang suputra (anak yang baik).
Oleh karena itu, sifat-sifat keraksasaan tersebut perlu dinetralisir dan dikendalikan, agar nantinya dapat tercapainya tujuan, yaitu diharapkan sifat-sifat keraksasaan dapat berubah menjadi sifat-sifat kebaikan.
Seorang wanita muda memperlihatkan giginya di samping petugas yang siap memotong 6 gigi bagian atas berbentuk taring. Pemotongan dilakukan dengan cara mengikis dengan perlahan dengan sebuah alat bernama kikir.
Meski disebut potong gigi, bukan berarti gigi dipotong hingga habis, tapi dikikir agar rapi.
Gigi peserta yang ikut Mepandes massal ini kurang lebih dikikis kurang dari 2 mm.
Gigi yang telah dipotong lantas diletakkan di atas sebuah kain berwarna cokelat kekuningan. Nantinya, didoakan bersama dengan sepiring sesaji.
Setelah gigi dikikir, peserta metatah diminta untuk mencicipi enam rasa. Dari pahit dan asam, pedas, sepat, asin dan manis. Setiap rasa ini memiliki makna di dalamnya.
Rasa pahit dan asam adalah simbol agar tabah menghadapi kehidupan yang keras. Rasa pedas sebagai simbol tentang kemarahan, senantiasa sabar apabila mengalami hal yang membuat naik pitam.
Rasa sepat sebagai simbol agar taat pada peraturan atau norma-norma yang berlaku. Rasa asin menandakan kebijaksanaan sedangkan rasa manis sebagai penanda kehidupan yang bahagia.