Ganti Rugi Dinilai Rendah, Warga Gusuran Tol Serpong-Balaraja Terpaksa Ngontrak
Merdeka.com - Wagino (54), masih tak menyangka rumah tinggal pertama yang dia bangun di kawasan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, digusur, imbas pembebasan lahan pembangunan jalan tol Serpong-Balaraja. Dia pun kecewa karena uang ganti rugi yang diterimanya tak cukup untuk membeli rumah di kawasan itu.
Tepatnya 25 Februari 2021 lalu, rumah seluas 75 meter yang ditinggali Wagino bersama istri dan dua orang anaknya sejak tahun 1999 itu dibongkar sejumlah alat berat yang mendapat pengawalan ketat petugas Kepolisian, Satpol PP dan TNI.Wagino sama sekali tidak menolak penggusuran ini, asal lahannya dihargai pantas.
"Bukan menolak pembangunan yang dilakukan pemerintah, tapi kami menuntut penilaian harga atas lahan kami yang pantas. Apalagi kami juga mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung," ucap Wagino ditemui di depan bekas rumahnya di RW07/ RT03 di Kampung Cilenggang 2, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan.
-
Siapa pemilik rumah terbengkalai? Rumah ini dulunya dimiliki oleh almarhum artis Suzzanna.
-
Siapa pemilik rumah terbengkalai itu? Bangunan kuno milik artis terkenal yang terbengkalai sejak 1990-an, kini menjadi pusat perhatian di kanal YouTube Sang Penjelajah Amatir.
-
Mengapa rumah ini terbengkalai? Setelah lebih dari satu abad berdiri,tampak rumah ini sekarang menjadi terbengkalai,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Apa yang dilakukan Gilang Gombloh untuk rumahnya? Dengan usaha kerasnya, ia berhasil melakukan renovasi total pada rumah orangtuanya. Bagian depannya terlihat indah dengan berbagai pot bunga yang menghiasi.
-
Dimana rumah Rieta Sugiarto dibangun? Rita Sugiarto menyatakan bahwa rumah tersebut dibangun di atas tanah seluas 1000 meter.
-
Mengapa rumah Genta Buana terbengkalai? Akses Masuk Telah Dipenuhi Semak Belukar Akses ke dalam rumah merah Genta Buana terhalangi oleh semak belukar yang tak terkendali. Saat Afdhal Yusman memasuki gerbang, dia harus menembus semak-semak yang tumbuh begitu lebat, bahkan setinggi dirinya.
Akibat penggusuran itu, dia bersama dua orang anak dan istrinya terpaksa mengontrak dua kamar, tak jauh dari rumahnya yang telah dihancurkan.
"Walaupun saya bukan asli orang sini, banyak kenangan saya dan keluarga di rumah itu. Makanya saya sangat sedih kalau melihat rumah saya itu," jelas dia.
Pria yang bekerja di perusahaan produksi beton di kawasan industri Taman Tekno, BSD itu mengaku sangat kecewa dengan tim dari Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) yang menilai harga tanahnya jauh di bawah harga pasaran.
"Saya ambil di sini dulu itu karena dekat tempat kerja. Sekarang dengan nilai ganti rugi Rp 4 juta sekian per meter itu saya engga akan bisa dapat rumah lagi di wilayah Tangsel," sesal dia.
Apalagi saat ini kondisi ekonomi dari hasil upah pekerjaannya tidak seperti sebelum pandemi. Separuh gajinya saat ini habis untuk membayar sewa dua kamar kontrakan yang ditinggali bersama anak dan istrinya.
"Sekarang separuh gaji saya buat bayar kontrakan. Sejak pandemi sudah tidak ada lagi lembur. Kenyataan saya juga enggak punya rumah," jelasnya.
Juru bicara warga, Masfur Sidik memaparkan, Pengadilan Negeri (PN) Tangerang telah mengeksekusi 23 bidang lahan dan bangunan warga Kampung Cilenggang 2, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong pada (25/2). Salah satu yang dieksekusi adalah rumah milik keluarga Wagino.
Saat ini 46 pemilik bidang mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Sementara itu 57 pemilik bidang lainnya melayangkan gugatan perdata ke PN Tangerang.
"Proses hukum saat ini masih berlangsung, untuk pengajuan kasasi ada dua kelompok. Kelompok pertama kasasi 18 bidang, kelompok kedua 28 bidang dan ada yang berupaya gugatan perkara perdata 26 bidang, serta 31 pemilik bidang yang terisolir juga melayangkan gugatan perdata," ucap dia.
Sebelumnya ratusan warga pemilik lahan di 4 wilayah RW, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, memprotes kebijakan sepihak panitia pengadaan tanah tol Serpong-Balaraja. Mereka merasa dirugikan karena lahan mereka yang terkena proyek itu dihargai sangat murah.
"Kami memprotes penilaian ganti kerugian atas lahan kami. Bukannya untung, kami benar-benar rugi dengan penilaian dari pihak pelaksana proyek," ungkap Masfur Sidik, Selasa (30/3).
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah warga dibongkar dalam proyek pembangunan jalan provinsi di IKN.
Baca SelengkapnyaBak film Up, rumah ini jadi rumah satu-satunya di tengah proyek pembangunan Tol Cijago.
Baca SelengkapnyaSetiap hari Ngadenin (63) harus berjalan melalui selokan sempit yang menjadi akses satu-satu jalan ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaFasilitas maupun rumah warga yang rusak akibat pembangunan itu harus segera diperbaiki atau diganti dalam waktu singkat.
Baca SelengkapnyaMenurut Samid, belasan tempat tinggal dan rumah kontrakan milik warganya itu rusak parah karena dampak dari pembangunan Tol Japek 2.
Baca SelengkapnyaKabar terbarunya, sejumlah kediaman di kampung relokasi tersebut nampak begitu megah dan mewah.
Baca SelengkapnyaWarga Kecamatan Leuwigoong, Garut, Jawa Barat mengaku menjadi korban pungutan liar (pungli) pihak desa saat menerima uang ganti rugi pembangunan Tol Getaci.
Baca SelengkapnyaPembangunan Tol Cipularang dimulai sejak tahun 1991 dengan tujuan untuk menghubungkan Jakarta dan Bandung melalui jalur yang lebih efisien.
Baca SelengkapnyaRumah tersebut berdiri sendirian di tengah pengerjaan proyek tol Tol Cijago seksi 3B.
Baca SelengkapnyaRumah tersebut paling terakhir diratakan karena sebelumnya masih berada di tengah tol dan belum dibongkar terkendala pembebasan lahan.
Baca SelengkapnyaKarena tidak terima, emak-emak sekitar langsung menggeruduk pabrik tersebut.
Baca SelengkapnyaMenteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, proyek Tol Getaci saat ini sedang dipersiapkan untuk lelang untuk tiga seksi pengerjaan.
Baca Selengkapnya