Sejarah Panjang Pembangunan Tol Cipularang, Rencana Awal Bernama Tol Cigolarang Lewat Jonggol dan Padalarang
Pembangunan Tol Cipularang dimulai sejak tahun 1991 dengan tujuan untuk menghubungkan Jakarta dan Bandung melalui jalur yang lebih efisien.
Kecelakaan beruntun melibatkan sejumlah kendaraan terjadi di Tol Cipularang KM 92 pada Senin (11/11) sore. Dugaan awal menyebutkan bahwa insiden ini dipicu oleh sebuah truk kontainer yang mengalami rem blong.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Jules Abraham Abast, menjelaskan bahwa truk tersebut menghantam kendaraan di depannya, yang kemudian memicu kecelakaan beruntun.
"Rem blong itu diduga karena truk itu membawa muatan cukup banyak atau cukup berat, kemudian terjadilah tabrakan beruntun dengan kendaraan lain," kata dia dalam keterangannya, Senin (11/11).
Sebagaimana diketahui, Tol Cipularang memang dikenal rawan kecelakaan. Lalu, seperti apa sejarah pembangunan tol ini?
Melansir dari berbagai sumber, pembangunan Tol Cipularang dimulai sejak tahun 1991 dengan tujuan untuk menghubungkan Jakarta dan Bandung melalui jalur yang lebih efisien.
Pada awalnya, pemerintah merancang jalan tol yang akan bercabang dari Tambun atau Cikarang Barat, kemudian berbelok ke selatan melalui Jonggol, Cianjur (Mande/Ciranjang), hingga Padalarang.
Jalan tol ini awalnya direncanakan bernama Tol Cigolarang, sebagai akronim dari Cikampek, Jonggol, dan Padalarang.
Namun, rencana ambisius tersebut tidak kunjung terealisasi selama lebih dari satu dekade. Beberapa faktor penghambat utama adalah krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an dan gagalnya rencana pemindahan ibu kota negara ke kawasan Jonggol.
Kondisi tersebut membuat proyek ini harus ditunda hingga akhirnya muncul kembali pada awal tahun 2000-an. Realisasi proyek ini mulai dikerjakan pada tahun 2003, bersamaan dengan persiapan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebagai simbol modernisasi infrastruktur.
Tol Cipularang akhirnya diresmikan pada 12 Juli 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan panjang mencapai 54 kilometer, tol ini menjadi jalur tol terpanjang di Indonesia pada masanya.
Dikerjakan Dalam Dua Tahap
Proyek ini dikerjakan dalam dua tahap, bekerja sama antara Jasa Marga dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tahap pertama dimulai pada tahun 2002 sepanjang 17 kilometer dan selesai pada Januari 2004 dengan biaya mencapai Rp745 miliar.
Kehadiran Tol Cipularang membawa perubahan signifikan dalam hal waktu tempuh antara Jakarta dan Bandung. Sebelum adanya tol ini, perjalanan antar dua kota besar tersebut memakan waktu sekitar 3-4 jam melalui jalur biasa.
Dengan tol ini, waktu tempuh dapat dipangkas hingga hanya 1,5 jam, membuatnya menjadi pilihan utama bagi para pelancong dan pengguna transportasi darat.
Meskipun memiliki peran penting dalam mempersingkat waktu perjalanan, Tol Cipularang kerap dikaitkan dengan berbagai cerita mistis. Salah satu lokasi yang terkenal angker adalah kawasan sekitar kilometer 90-100. Di area ini, sering terjadi kecelakaan lalu lintas, yang memicu berbagai spekulasi dan mitos dari masyarakat sekitar.
Mitos Berkembang
Salah satu mitos yang berkembang adalah terkait keberadaan Gunung Hejo yang terletak di sekitar jalur tol. Gunung ini diyakini sebagai tempat petilasan Prabu Siliwangi, tokoh legendaris dalam sejarah Kerajaan Pajajaran.
Menurut kepercayaan setempat, saat pembangunan tol, masyarakat sekitar dijanjikan akan dibuatkan jalan menuju Gunung Hejo dan sebuah musala, tetapi janji tersebut tidak terealisasi.
Hal ini dianggap membuat penunggu Gunung Hejo marah, sehingga muncul mitos bahwa setiap kecelakaan yang terjadi merupakan tumbal bagi penunggu gunung tersebut.
Hingga kini, Tol Cipularang tetap menjadi bagian penting dari jaringan infrastruktur di Indonesia, meskipun diwarnai dengan cerita mistis yang menambah daya tarik dan misteri bagi pengguna jalan.