Haedar Nashir Sebut Kalender Islam Global Jadi Solusi Perbedaan Penetapan Idul Fitri

Merdeka.com - Muhammadiyah dan beberapa organisasi Islam di Indonesia menetapkan 1 Syawal 1444 H atau IdulFitri jatuh pada Jumat (21/4). Hal ini berbeda dengan keputusan dari pemerintah yang menetapkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu (22/4).

Terkait perbedaan penetapan 1 Syawal 1444 H ini Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara. Haedar menilai perbedaan penetapan ini bisa diakhiri seandainya ada kalender Islam global.

Haedar mengibaratkan kalender Islam global ini mirip dengan jadwal jam imsyakiyah atau waktu shalat. Dengan adanya jadwal atau kalender ini maka penetapan 1 Syawal, 1 Dzulhijah dan 10 Dzulhijah bisa sama dan ditetapkan sejak jauh-jauh hari.

"Sekarang sudah tidak ada lagi yang mau shalat harus melihat ke matahari. Tetapi ini memang perlu dialog terus menerus. Insyaallah akan ada titik temu," kata Haedar di Masjid Gedhe Kauman, Kamis (20/4) malam.

"Kita mencari titik temu agar ada kalender Islam global, agar kita bisa satu. Nah kita masih belum. Kalau ada kalender global, Insyaallah satu ," sambung Haedar.

Haedar membeberkan tentang kalender global ini sebenarnya sudah disepakati perlu dibuat saat digelarnya pertemuan negara-negara Islam dan organisasi Islam di Turki pada 2016 lalu. Meski demikian, Haedar menjabarkan untuk perlu proses yang cukup panjang untuk merealisasikan adanya kalender Islam global itu.

"Dengan dialog terus menerus, Insyaallah akan ada titik temu. Tidak ada yang susah, Insyaallah asal dialog dan semuanya sabar, demokratis dan terbuka akan terrealisasi," ungkap Haedar.

Haedar menambahkan selama belum ada kalender Islam global maka akan berbeda-beda dalam penetapan 1 Syawal. Di saat masih ada perbedaan ini, Haedar meminta semua pihak agar saling toleran dan hormat menghormati perbedaan tersebut.

"Selama masih berbeda (dalam penetapan 1 Syawal), maka kuncinya tasamuh. Saling toleran, hormat menghormati dan menghargai," tutup Haedar. (mdk/ded)