Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hari Kesehatan Nasional, PDIP minta pemerintah perbanyak dokter

Hari Kesehatan Nasional, PDIP minta pemerintah perbanyak dokter Hasto Kristianto. Merdeka.com/Dwi Narwoko

Merdeka.com - Tidak banyak yang menyadari, hari ini Kamis (12/11), bangsa Indonesia memeringati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-51. Peringatan ini dimulai sejak 1959 saat Presiden Soekarno mencanangkan Gerakan Pemberantasan Malaria.

Di momen HKN ke-51 ini, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meminta pemerintah agar memperbanyak tenaga medis, seperti dokter dan perawat.

"Tenaga medis jangan dilihat sebagai beban APBN, tetapi harus dilihat sebagai alat negara dalam menjalankan fungsi dasar kesehatan tersebut," kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto lewat keterangannya, Kamis (12/11).

Hasto mengingatkan, kesehatan merupakan fungsi dasar negara. Hal ini sejalan dengan perintah konstitusi bahwa salah satu tujuan bernegara adalah memajukan kesejahteraan umum, termasuk penghidupan yang layak.

"Atas dasar hal ini maka kesehatan sebagai fungsi dasar tidak bisa dikomersialisasikan," tegas Hasto.

Hasto menekankan, pemerintah harus berkonsentrasi pada upaya membebaskan rakyat dari berbagai penyakit seperti TBC, disentri, malaria, demam berdarah, busung lapar, kolera, dan berbagai penyakit lainnya.

"‎Atas dasar hal tersebut maka melalui sistem jaminan sosial dan kartu sehat, harus menjadi instrumen dasar bagaimana fungsi dasar negara tersebut dijalankan. Demikian halnya terhadap akses ke rumah sakit," paparnya.

Hasto menyampaikan, pihaknya sangat prihatin ketika rakyat yang datang ke rumah sakit masih sering diperlakukan secara diskriminatif. "Rakyat ketika datang ke rumah sakit hanya boleh dibedakan atas penyakitnya dan semua harus mendapatkan perlakuan yang sama," ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Kesehatan Perempuan dan Anak, Sri Rahayu mengatakan sangat relevan jika HKN ke-51 ini menjadi momentum seluruh warga masyarakat Indonesia untuk dapat bersama melakukan Gerakan Hidup Baru, yakni dengan meninggalkan kebiasaan lama yang tidak sehat dan mencegah penyakit.

"Banyak penyakit yang bisa dihindari dengan hidup bersih, tidak membuang sampah sembarangan, mengonsumsi makanan seimbang dan bergizi serta berolah raga," kata Sri Rahayu.

Sri Rahayu mengungkapkan, Gerakan Hidup Baru sangat relevan karena faktanya terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit kanker yang mematikan. Pada 2011, ujar dia, jumlah pasien penderita kanker payudara 769, meningkat menjadi 819 pada tahun 2013, dan jumlah meninggal dunia bertambah.

"Penyakit kanker antara lain disebabkan oleh pola makan. Maka pencegahannya melalui mengonsumsi makanan sehat atau pemeriksaan medis oleh dokter di Rumah Sakit," ujarnya.

Menurut Sri, perempuan, khususnya sebagai ibu memiliki tanggung jawab lebih besar merawat dan menjaga anak sebagai generasi penerus bangsa. Karenanya, para ibu tentu harus sehat lebih dahulu.

Untuk pelaksanaan tanggung jawab tersebut, lanjut dia, ibu memerlukan dukungan berbagai pihak termasuk, laki-laki (bapak/suami) dan dalam arti yang lebih luas negara, pemerintah dan masyarakat pada umumnya termasuk kader partai.

(mdk/ren)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cak Imin: Dokter Kita Masih Kurang Banyak, Mereka yang Tahu Dosis Obat
Cak Imin: Dokter Kita Masih Kurang Banyak, Mereka yang Tahu Dosis Obat

Presiden Jokowi meminta jajaran anggota kabinet memastikan harga alkes dan obat-obatan.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Ganjar Ogah 'Kobol-Kobol' Habiskan Uang Tangani Orang Sakit, Tegas Jawab Prabowo & Anies
VIDEO: Ganjar Ogah 'Kobol-Kobol' Habiskan Uang Tangani Orang Sakit, Tegas Jawab Prabowo & Anies

Ganjar tetap menilai preventif lebih baik agar tidak 'kobol-kobol' (menghabiskan) uang untuk orang sakit.

Baca Selengkapnya
Dirut BPJS Kesehatan Mengaku Kerap Disalahkan Saat Kekurangan Dokter dan Obat
Dirut BPJS Kesehatan Mengaku Kerap Disalahkan Saat Kekurangan Dokter dan Obat

Ghufron Mukti mengaku heran kerap disalahkan karena kekurangan obat dan dokter. Padahal, masalah tersebut bukan tanggung jawabnya.

Baca Selengkapnya
Debat Capres: Ganjar Janji Kembalikan Anggaran Kesehatan yang Sempat Terpotong
Debat Capres: Ganjar Janji Kembalikan Anggaran Kesehatan yang Sempat Terpotong

Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menjawab pertanyaan soal bagaimana menciptakan angka harapan hidup untuk masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Ini Capres dan Cawapres Pilihan Para Dokter di Indonesia
Ini Capres dan Cawapres Pilihan Para Dokter di Indonesia

Jelang Pilpres 2024, Ikatan Dokter Indonesia mengungkapkan sosok calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) pilihan mereka.

Baca Selengkapnya
Menkes Curhat Jumlah Dokter di Indonesia Jauh dari Ideal: Kita Butuh 280 Ribu, Baru Ada 170 Ribu
Menkes Curhat Jumlah Dokter di Indonesia Jauh dari Ideal: Kita Butuh 280 Ribu, Baru Ada 170 Ribu

Menkes menyebut idealnya per 1.000 penduduk di Indonesia ada satu dokter yang menangani

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Ratusan Puskesmas Tak Miliki Dokter
Menkes Ungkap Ratusan Puskesmas Tak Miliki Dokter

6.333 Puskesmas yang belum memiliki jumlah tenaga kesehatan yang sesuai standar.

Baca Selengkapnya
PAN Harap UU Kesehatan Baru Disahkan Mampu Penuhi Kekurangan Dokter Umum dan Spesialis
PAN Harap UU Kesehatan Baru Disahkan Mampu Penuhi Kekurangan Dokter Umum dan Spesialis

Saleh Partaonan berharap, rumah sakit swasta yang dikelola oleh ormas seperti Muhammadiyah bisa semakin baik.

Baca Selengkapnya
Jokowi Soroti Tak Ada Dokter Spesialis Jantung hingga Kanker di RSUD Tamiang Layang
Jokowi Soroti Tak Ada Dokter Spesialis Jantung hingga Kanker di RSUD Tamiang Layang

RSUD Tamiang Layang harus memiliki dokter sepesialis untuk penyakit-penyakit kritikal.

Baca Selengkapnya
Membedah Akar Masalah Polemik Dokter Asing
Membedah Akar Masalah Polemik Dokter Asing

Rencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendatangkan dokter asing menuai polemik. Ada yang mendukung, ada pula yang menolak karena berbagai alasan.

Baca Selengkapnya
Perlu SDM Unggul, Wamenkes: Rasio Dokter Indonesia di Bawah Standar WHO
Perlu SDM Unggul, Wamenkes: Rasio Dokter Indonesia di Bawah Standar WHO

Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Arahnya RUU Kesehatan Bisa Atasi Kekurangan Dokter Spesialis
Jokowi: Arahnya RUU Kesehatan Bisa Atasi Kekurangan Dokter Spesialis

Presiden Jokowi berharap Indonesia tidak lagi kekurangan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya