Hasil Uji Lab, Matinya Koloni Burung Pipit di Bali Karena Fenomena Alam
Merdeka.com - Hasil pemeriksaan matinya ribuan Burung Pipit di Desa Pering, Kecamatan Blabatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Kelas I Denpasar, Bali, dugaan sementara karena fenomena alam.
Made Santiarka selaku Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar, Bali, bahwa hasil matinya ribuan burung Pipit sudah keluar tadi malam Kamis (16/9), setelah diperiksa dan diteliti di laboratorium BBVet.
"Hasil yang kami terima dari pemeriksaan BBVet Denpasar. Kematian burung Pipit pada 9 September 2021 tidak mengarah kepada penyakit infeksius. Artinya, kematiannya itu tidak disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan jamur," kata Santiarka, saat dihubungi Jumat (17/9).
-
Apa yang terjadi pada ekosistem saat burung punah? Kepunahan mereka telah memengaruhi ekosistem, menghilangkan peran mereka dalam penyebaran biji dan regenerasi tanaman di lingkungan alami mereka.
-
Mengapa kepunahan burung meningkat? Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science ini menekankan peran penting manusia dalam krisis kepunahan burung, yang semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas kepunahan burung? Matthews juga menekankan berbagai faktor lain yang mempercepat proses kepunahan burung, termasuk perburuan oleh manusia dan penyakit yang dibawa ke lingkungan baru.
-
Apa penyebab matinya ratusan ribu ikan? Menurut laporan penduduk setempat dan media-media lokal, gelombang panas brutal dan pengelolaan waduk adalah penyebabnya matinya ratusan ribu ikan tersebut.
-
Kenapa burung gagak dikaitkan dengan kematian? Burung gagak seringkali dikaitkan dengan kematian, atau bahkan sekelompok burung gagak pun disebut sebagai 'pembunuhan'. Burung gagak juga selalu dilekatkan dengan pemakaman dan kesuraman, tak lain karena bulunya yang berwarna hitam gelap mirip nuansa di pemakaman. Burung gagak juga memakan bangkai, sehingga sering berkumpul di sekitar bangkai hewan.
-
Kenapa hiu tutul mati di Purworejo? Diduga hiu bernasib malang itu terbawa air pasang. Namun ia tak bisa kembali ke laut karena terkena batu karang.
Dia menyebutkan, kematian koloni burung Pipit itu, ada beberapa penyebab. Pertama, dugaan awal disebabkan karena fenomena alam, karena saat itu hujan turun lebat dan kemungkinan burung itu menghirup gas beracun atau kekurangan oksigen O2.
"Kematiannya ini itu karena (fenomena) alam waktu itu, karena hujan lebat jadi kemungkinan burung-burung di sana itu menghirup gas. Kedua, juga karena kekurangan oksigen dan yang ketiga bisa karena habis memakan makanan yang beracun itu perkiraannya," imbuhnya.
"Waktu hujan lebat, kemungkinan saja ada gas yang beracun turun itu. Jadi, itu dihirup. Kemungkinan juga ada menyebabkan kematian seperti itu," ungkapnya.
Misalnya, seperti orang berenang atau tenggelam karena terlalu banyak air hingga sulit bernapas dan itu menyebabkan kekurangan o2 dan akhirnya burung itu mati.
"Jadi, terlalu banyak air jadi sulit nafas jadi kekurangan O2 gitu. Karena hujan lebat, dia kan terguyur air banyak sekali. Hasilnya, iya mengarah ketidak infeksius, itu saja hasilnya," ujarnya.
Selain itu, simple burung Pipit itu juga dicek apakah ada penyakit flu burung dan hasilnya negatif. Namun, untuk mengetahui pastinya burung itu mati tentu harus ada penelitian yang lebih mendalam lagi.
"Terus dicek flu burung negatif. Kalau, memang mengetahui apa sebenarnya itu bukan ranah saya. Kalau memang penyidik inginnya lebih lanjut, iya tugasnya penyidik penyakit. Saya, kan hanya membacakan apa yang dihasilkan laporan BBVet," jelasnya.
"Terus, kalau diteliti lebih lanjut kalau disebabkan karena makanan beracun, terus dimana dia waktu hidup mencari makan, kita kan tidak tau. Sulit, buntu jadinya," ungkapnya.
Namun, pihaknya menegaskan bahwa untuk dugaan sementara matinya burung Pipit karena fenomena alam dan matinya tidak mengarah kepada infeksius.
"Intinya, matinya tidak mengarah ke penyakit infeksius. Kematiannya ini pas berbarengan dengan hujan lebat, iya akibatnya fenomena alam," ujar Santiarka.
Seperti yang diberitakan, sebuah video burung Pipit jatuh berhamburan ke tanah dan mati hingga viral dan heboh di media sosial, pada Kamis (9/9).
Video tersebut, diketahui dishare oleh akun bernama Dek Eko via@balibrodcast. Dalam video tersebut, terlihat banyak burung berjatuhan, yang terjadi di wilayah Sentra, Banjar Sema Pring, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis (9/9).
Dalam captionnya disebutkan,"Banyak Burung Pipit jatuh saat hujan dan angin kencang yang terjadi di wilayah tersebut. Sehingga membuat sayap mereka basah," tulisnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangkai ikan besar ini masih berada di tepi pantai dan menanti tindakan lebih lanjut dari instansi yang berwenang.
Baca SelengkapnyaBeredar video yang memperlihatkan gerombolan laba-laba bergelantungan di sepanjang kabel tiang listrik di jalanan.
Baca SelengkapnyaCuaca panas ekstrem dapat mengancam kehidupan di bumi.
Baca SelengkapnyaSemakin kesini hewan endemik Indonesia sudah banyak yang hampir punah bahkan banyak juga yang sudah punah, seperti komodo dan harimau bali.
Baca SelengkapnyaAhli menyebut kawanan paus tersebut menunjukkan perilaku yang jarang terjadi.
Baca SelengkapnyaSeekor paus sperma viral terdampar di Pantai Semawang, Sanur, Denpasar, Bali, Senin (18/12). Mamalia itu sempat akan diobati, namun tidak mampu bertahan.
Baca SelengkapnyaUkuran hiu paus itu panjang total 8,27 meter dan lebar 4,1 meter.
Baca SelengkapnyaKematian dinosaurus hanyalah satu dari lima peristiwa global yang menyebabkan jutaan spesies musnah. Bagaimana peristiwa-peristiwa ini terjadi?
Baca SelengkapnyaBangkai-bangkai ular itu ditemukan di tempat yang dulunya rawa.
Baca SelengkapnyaJenis paus yang mati terdampar di Alor diduga paus pilot (Globicephala macrorhynchus).
Baca SelengkapnyaSejak 1870 populasi ikan Pari Jawa berkurang. Hal ini menjadi bukti konkretnya.
Baca SelengkapnyaBurung kedasih dipercaya sebagai penanda datangnya kematian seseorang.
Baca Selengkapnya