Hattrick La Nina, Musim Kemarau di Sumsel Tahun 2022 Datang Terlambat
Merdeka.com - Prakiraan musim kemarau di Sumatera Selatan secara umum masuk pada Juni 2022. Namun, hingga saat ini masih sering terjadi hujan di sebagian besar wilayah itu.
Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel Wandayantolis mengungkapkan, peningkatan curah hujan yang terjadi di musim kemarau salah satunya diakibatkan adanya fenomena La Nina. Kondisi La Nina lemah yang terjadi di awal tahun 2022 meningkat menjadi La Nina moderat pada awal Maret hingga akhir Mei 2022.
"Fenomena La Nina selama tiga tahun berturut-turut menyebabkan musim kemarau di Sumsel tahun ini datang terlambat," ungkap Wandayantolis dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Jumat (1/7).
-
Apa yang diprediksi BMKG tentang musim kemarau tahun ini? Musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. BMKG memprediksi musim kemarau 2023 ini akan dibarengi dengan fenomena El Nino.
-
Kapan puncak El Nino? Suhu permukaan laut merangkak naik di atas 0,5 derajat Celsius sekitar Mei 2023 dan mencapai puncak antara November atau Desember 2023.
-
Apa itu El Nino? El Nino adalah fenomena global yang terjadi hampir di seluruh negara yang terletak pada garis ekuator, salah satunya Indonesia.
-
Kenapa El Nino membuat musim kemarau panjang? Namun, El Nino yang sekarang terjadi justru kebalikan dari La Nina yang membuat musim hujan pada Desember, Januari, dan Februari cenderung lebih kering.
-
Kenapa El Nino berdampak ke kekeringan? BMKG memprakirakan fenomena El Nino menerjang Indonesia pada tahun ini yang berdampak musim kemarau menjadi berkepanjangan.
-
Kapan puncak El Nino terjadi? Puncak fenomena El Nino akan terjadi pada Agustus 2023 sehingga pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupaya menyiapkan langkah mitigasi agar bencana kekeringan dapat meminimalisasi jumlah gagal panen di tingkat petani
Dikatakan, indeks ENSO pada dasarian kedua Juni 2022 menunjukkan kondisi La Nina lemah. BMKG memprakirakan kondisi ENSO netral akan berlangsung pada Juli-September 2022.
Di samping itu, Indeks Dipole Mode juga menunjukkan kondisi IOD negatif. BMKG memprakirakan kondisi IOD akan cenderung netral-egatif hingga Desember 2022. Fenomena IOD negatif mengindikasikan suhu permukaan laut di sekitar wilayah Indonesia terutama di wilayah perairan Sumatera cenderung lebih hangat dibandingkan suhu permukaan laut di Pantai Timur Afrika.
"Akibatnya, massa udara yang membawa uap air terbawa ke wilayah Sumatera. Hal ini jelas akan meningkatkan pembentukan awan," ujarnya.
Analisis pada 20 Juni 2022 menunjukkan MJO aktif di fase 1 dan diprediksi tetap aktif di fase 1 dan 2 hingga akhir dasarian III Juni kemudian tidak aktif di awal dasarian I Juli 2022. Terjadinya Gelombang Rosby Ekuatorial dan Gelombang Kelvin di wilayah Indonesia mengindikasikan adanya peluang terbentuknya awan hujan di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya.
"Fenomena MJO dan Gelombang Kelvin saat ini dipantau bergerak dari arah Samudera Hindia ke Samudera Pasifik melalui wilayah Indonesia," terangnya.
Kemudian, angin timuran yang bertiup di wilayah Indonesia relatif lebih kuat dibanding klimatologisnya, kecuali wilayah Sumatera bagian Selatan, Kalimantan bagian barat hingga selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua bagian tengah hingga selatan.
Kondisi ini juga diperparah oleh adanya daerah konvergensi (belokan) yang merupakan pola-pola pusaran angin di wilayah perairan barat Sumatera dan sekitar Kalimantan yang membentuk daerah belokan yang menyebabkan pengangkatan uap-uap air yang membantu proses pembentukan awan.
Sementara sifat hujan berkisar normal hingga atas normal yang berarti curah hujan akan sama atau lebih tinggi dari biasanya pada periode yang sama dengan rata-ratanya. Pada ZOM 35 dan ZOM 36 di sebagian kecil Palembang bagian Timur, sebagian Ogan Komering Ilir bagian Barat hingga Selatan, sebagian kecil Banyuasin bagian Selatan, Ogan Ilir bagian Selatan, OKU Timur bagian Utara menunjukkan adanya penurunan curah hujan pada bulan Mei Dasarian I.
Namun adanya kondisi dinamika atmosfer di atas mengakibatkan kenaikan curah hujan sehingga tidak dapat memenuhi kriteria musim kemarau. Kondisi-kondisi dinamika atmosfer tersebut akan diikuti oleh peningkatan curah hujan di wilayah Sumsel.
"Dampak turunan dari meningkatnya curah hujan adalah terdapat potensi terjadinya genangan, banjir, dan tanah longsor," pungkasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki fenomena La Nina pada September 2024.
Baca SelengkapnyaAwal musim hujan 2023/2024 tidak bersamaan di seluruh Indonesia. Di Jakarta dan daerah lainnya hujan diperkirakan akan dimulai pada November.
Baca SelengkapnyaHingga awal 2024, dampak El Nino masih akan dirasakan di Indonesia. Ancaman kekeringan melanda sejumlah wilayah.
Baca SelengkapnyaDaerah itu memang curah hujan sedikit berkurang tetapi tidak sampai terjadi kekeringan.
Baca SelengkapnyaSaat ini hujan masuk secara gradual ke wilayah Indonesia yang terjadi karena La Nina sudah mulai aktif kembali alam kategori lemah.
Baca SelengkapnyaSejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan terdampak El Nino, termasuk Sumatera Selatan. Puncaknya diprediksi terjadi pada Agustus-Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaFenomena La Nina yang memicu peningkatan curah hujan ini memiliki dampak yang perlu diwaspadai, terutama pada sektor pertanian.
Baca SelengkapnyaEl Nino adalah fenomena global yang terjadi hampir di seluruh negara yang terletak pada garis ekuator, salah satunya Indonesia.
Baca SelengkapnyaBMKG memprediksi ancaman El Nino akan mengalami puncak pada Agustus-September.
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan, ada sejumlah penyebab yang memicu cuaca ekstrem selama periode persebut.
Baca Selengkapnya