Heboh Grup LGBT Pelajar SMA di Pekanbaru, Ini Hasil Penelusuran Disdik Riau
Merdeka.com - Kabar perilaku seks menyimpang melalui grup WhatsApp Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) heboh di Riau. Terlebih kabar itu menyinggung lingkungan sekolah.
Untuk isu grup WA LGBT di sekolah dasar, sudah dibantah Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Kini, isu grup LGBT pelajar SMA juga dibantah Dinas Pendidikan Provinsi Riau.
Kepala Dinas Pendidikan Riau Kamsol mengatakan, grup WA para anak SMA tidak ada menyinggung soal LGBT. Dia menilai, siswa SMA di Riau tidak separah kabar seks menyimpang tersebut.
-
LGBTQ adalah apa? LGBTQ adalah singkatan dari Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer. Ini merupakan komunitas yang merujuk pada jenis identitas seksual lain selain heteroseksual.
-
Siapa yang termasuk dalam LGBTQ? Ini merupakan komunitas yang merujuk pada jenis identitas seksual lain selain heteroseksual.
-
Apa solusi yang ditawarkan Dinas Pendidikan Palembang? Ansori mengaku akan mempertimbangkan usulan pembagian siswa dari sekolah dengan pendaftar berlebih. Tujuannya untuk mengisi banyaknya bangku kosong di sekolah itu.
-
Apa kata DPR soal tawuran pelajar? 'Kita apresiasi Polres Metro Jakarta Barat yang bekerja dengan sangat sigap, tidak sampai 1x24 jam setelah viral, semua pelaku langsung diamankan. Ini bagus, mereka memang harus ditindak tegas. Karena dari dulu, kasus tawuran ini enggak selesai-selesai, malah makin berani dan nekat.'
-
Apa yang dilakukan Pemprov DKI terhadap para pelajar? Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar apel pengarahan kepada ratusan pelajar terindikasi hendak tawuran di Balai Kota DKI Jakarta.
-
Mengapa LGBTQ perlu dipahami? Dengan pemahaman ini, diharapkan setiap masyarakat bisa bijak dalam bersikap terhadap kelompok LGBTQ.
"Ada grup gaya-gaya aja, tapi kalau separah itu (LGBT) tak ada di Riau ini. Saya yakin itu," kata Kamsol saat dihubungi Selasa (20/6).
Koordinasi dengan Kemen PPPA
Kamsol mengaku sudah berkoordinasi dengan semua pihak terkait kabar grup WA LGBT anak sekolah yang diembuskan Kementerian PPPA itu. Dia memastikan tidak ada WhatsApp Grup di sekolah baik siswa SD maupun SMA.
"Mana tahu anak SD dengan LGBT. Kalau SMA mungkin, tetapi kalau di Riau tidak ada. Meski begitu kita tetap mengontrol aktivitas anak-anak sekolah," ujar Kamsol.
Menurut Kamsol, remaja usia anak SMA membutuhkan banyak perhatian. Karena itu, dia Kamsol telah meminta semua kepala sekolah, wali murid dan orangtua untuk bersama melakukan pengawasan.
"Baik di sekolah atau di luar sekolah diawasi, karena dalam usia rentan. Saya sudah bilang seluruh kepala sekolah, kuatkan hubungan antara wali murid dan wali kelas," jelas Kamsol.
"Sampaikan kalau ada kegiatan di sekolah, kalau ada les kasih tahu. Prinsipnya anak setingkat SMA itu butuh perhatian," tambah Kamsol.
Disdik Pekanbaru Pastikan Tidak Ada Siswa SD Terlibat Grup LGBT
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menemukan indikasi grup WhatsApp Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) pada sejumlah siswa sekolah dasar di Riau. Kabar itu langsung menghebohkan, terutama warga Pekanbaru.
Namun, Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, yang melakukan penelusuran, memastikan tidak siswa SD yang terlibat Grup WA LGBT. Grup itu ditemukan hanya pada murid SMA.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Abdul Jamal mengatakan kabar siswa SD terlibat dalam grup WA itu tidak benar. Menurut informasi yang didapat Jamal, ada kesalahan informasi yang didapat wartawan penulis pertama soal LGBT siswa SD itu.
"Pak Hendri pegawai PPPA Pemprov Riau menyampaikan ke saya, berita itu tidak benar. Saya tanya, di mana Pak Hendri menemukan kabar ini di Pekanbaru, biar saya turun ke lapangan kalau memang siswa SD. Pak Hendri bilang tidak ada (siswa SD), wartawan di awalnya salah kutip," kata Jamal saat dihubungi merdeka.com Senin (19/6).
Jamal mengaku sudah terlanjur berkoordinasi dengan Forkopimda Pekanbaru untuk menindaklanjuti isu LGBT sebelum adanya kabar grup LGBT siswa SD tersebut. Langkah itu merupakan antisipasi sesuai perintah Pj Wali Kota Pekanbaru Muflihun.
"Sudah saya tanya ke sekolah-sekolah, tidak ada. Lalu saya konfirmasi lah ke Pak Hendri, dan jawabannya itu, ada miskomunikasi dengan wartawan," katanya.
Ke depan, Jamal menginstruksikan ke sekolah-sekolah dan kepada orang tua murid untuk sama-sama mengantisipasi penyakit LGBT di Pekanbaru. Hal itu dilakukan agar seks menyimpang tersebut tidak merambah anak-anak.
"Yang pertama, kami undang narasumber, dari Dinas PPPA Pekanbaru, atau dari kepolisian. Tetapi khusus hari Jumat, kami instruksikan kepada sekolah, supaya memanggil ustaz melalui MUI, temanya kali ini tentang LGBT," kata Jamal.
Selain itu, Jamal juga meminta kerja sama orang tua siswa di rumah masing-masing agar memantau pergerakan anaknya, baik saat aktivitas di luar rumah atau dalam berkomunikasi melalui handphone.
"Orang tua juga harus sering-sering membuka HP anak itu. Karena memang sumbernya ini kan kita tidak tahu, sulit kita menentukan yang mana," ucap Jamal.
Sementara di lembaga pendidikan, Jamal meminta kepala sekolah untuk melakukan razia handphone para siswa. Hal itu sebagai langkah antisipasi kabar LGBT.
"Saya sudah mencari informasi kabar grup siswa SD itu, tapi ternyata tidak benar. Karena yang kita tahu, anak SD belum sampai kepada hal-hal begituan. Biasanya anak-anak SD sebagai korban pelecehan orang-orang dewasa, bukan kebutuhan mereka soal itu, makanya saya heran. Penikmat LGBT itu kan orang-orang dewasa," jelasnya.
Meski Jamal belum menemukan fakta LGBT pada siswa SD, pihaknya tetap mengantisipasi perilaku menyimpang tersebut agar tidak menjalar ke sekolah dasar. Disdik berkoordinasi dengan Badan Kesbangpol dan pihak terkait lainnya.
Sebelumnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menemukan indikasi grup WhatsApp Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) pada sejumlah siswa sekolah dasar hingga SMA di Riau. Kabar itu menghebohkan warga Pekanbaru dan sekitarnya.
Namun, setelah ditelusuri Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru ternyata tidak ada isu LGBT yang merambah siswa-siswa SD. Grup WA LGBT ditemukan hanya pada murid SMA.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Abdul Jamal mengatakan kabar siswa SD terlibat dalam grup WA itu tidak benar. Menurut informasi yang didapat Jamal, ada kesalahan informasi yang didapat wartawan penulis pertama soal LGBT siswa SD itu.
"Pak Hendri pegawai PPPA Pemprov Riau menyampaikan ke saya, berita itu tidak benar. Saya tanya, dimana Pak Hendri menemukan kabar ini di Pekanbaru, biar saya turun ke lapangan kalau memang siswa SD. Pak Hendri bilang tidak ada (siswa SD), wartawan di awalnya salah kutip," kata Jamal saat dihubungi merdeka.com Senin (19/6).
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah pendidik di Garut Jawa Barat dibuat resah dengan berkembangnya kasus LGBT pelajar.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, kejadian ini bukanlah bullying atau perundungan dan hanya perkelahian antar siswa.
Baca SelengkapnyaGogo juga menyebut telah menerima hasil visum dari RE.
Baca SelengkapnyaCegah Tawuran Pelajar, Polda Metro Bakal Bikin Grup WhatsApp Bersama Para Guru
Baca SelengkapnyaKorban perundungan SMA Binus School Simprug, RE (16) akhirnya mengungkapkan awal mula dirinya dibully.
Baca SelengkapnyaCamat Makasar Kamal membenarkan hal tersebut. Namun, peristiwa tersebut terjadi pada Juli 2022 dan kini sudah ditindak.
Baca SelengkapnyaBelum ada pihak ditetapkan sebagai anak berurusan dengan hukum dalam kasus ini.
Baca SelengkapnyaHeboh Toilet Gender Netral di Sekolah Jakarta, Ini Tindakan Disdik DKI
Baca SelengkapnyaMuhammad Taufik Zoelkifli mengatakan, LGBT bertentangan dengan norma agama dan Pancasila.
Baca SelengkapnyaSiswa Binus Simprug RE mengalami beragam bentuk perundungan oleh teman-temannya yang diduga anak-anak pejabat.
Baca SelengkapnyaKasus penganiayaan di Binus dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaFraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD DKI Jakarta meminta Pemprov DKI Jakarta tidak menyebarkan alat kontrasepsi ke pelajar.
Baca Selengkapnya