Hoaks Makin Massif Jelang Pencoblosan Pemilu 2019
Merdeka.com - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Budiman Sujatmiko mengatakan, penyebaran informasi menyesatkan atau berita bohong alias hoaks yang menyerang pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin bakal semakin masif mendekati hari H Pemilu.
"Untuk itu, sangat penting upaya meningkatkan gerakan menangkal hoaks yang membodohi dan membahayakan persatuan masyarakat," katanya di Jakarta. Seperti dilansir Antara, Kamis (21/2).
Menurutnya, hoaks memiliki pola terstruktur, diulang-ulang, dan mengaduk-aduk emosi serta kepercayaan seseorang. Sebab informasi menyesatkan dengan tujuan tertentu memang didesain dengan menggabungkan kecanggihan teknologi informasi dengan psikologi.
-
Bagaimana cara AI menggunakan data Twitter? Data tersebut digunakan untuk melatih model bahasa secara besar demi mendukung chatbots seperti ChatGPT Open AI dan Google Bard.
-
Siapa yang menggunakan data Twitter untuk AI? Tetapi nampaknya yang dia maksud dengan pengikisan data dalam jumlah besar digunakan oleh perusahaan kecerdasan buatan (AI).
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Data apa saja yang diambil TikTok dari pengguna? Pada tahun 2022, perusahaan keamanan siber Internet 2.0 mengeluarkan laporan bahwa TikTok melakukan 'pengambilan data yang berlebihan' terhadap para penggunanya. Organisasi tersebut mengatakan bahwa TikTok mengambil berbagai data pribadi dari penggunanya, seperti ponsel apa yang digunakan untuk membuka TikTok, aplikasi lain apa yang ada di ponsel, dan di mana pengguna membuka TikTok.
Dia menyebut Cambridge Analitycal telah memetakan tipe-tipe seseorang melalui data-data yang diperolehnya tidak hanya dari facebook, namun juga dari akun twitter. Dengan pemetaan tersebut, maka penggunaan hoaks dapat disesuaikan sehingga dapat mencapai sasaran.
Aktivis Gerakan Tangkal Hoaks Dini Purwono mengatakan, berdasarkan riset 75 persen masyarakat sulit membedakan mana yang hoaks mana yang fakta.
Hal ini karena semakin banyak produksi hoaks yang disebarkan dengan menggabungkan fakta-fakta yang ada. Namun demikian, fakta-fakta tersebut diberi narasi yang menyesatkan, informasinya dipelintir, maupun juga disembunyikan sebagian faktanya.
Hoaks kini juga tidak saja menyerang Jokowi-Ma'ruf Amin, namun juga menyerang kredibilitas pemilu dan penyelenggaraannya.
Untuk menangkal hoaks tersebut, pihaknya terus melakukan upaya mitigasi bersama masyarakat. Di antaranya dengan memberikan cap atau stempel hoaks atau fitnah terhadap selebaran-selebaran yang tidak benar. Dengan stempel tersebut diharapkan masyarakat menyadari bahwa informasi tersebut tidak benar.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, dia mengakui bahwa temuan hoaks Mafindo jumlahnya lebih sedikit dari banyaknya hoaks yang tersebar.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaDengan mengikuti tips ini, diharapkan masyarakat akan semakin waspada terhadap konten hoaks di media sosial yang berpotensi menyesatkan jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaTim cek fakta independen antara lain Mafindo, Perludem hingga AFP Indonesia.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaPeningkatan akses informasi lebih mudah, memilih sumber informasi yang kredibel, hingga menganalisis data dari berbagai sudut pandang dirasa sangat penting.
Baca SelengkapnyaBerita hoaks didominasi oleh isu kesehatan, pemerintahan, penipuan dan politik di luar pada isu-isu lain
Baca SelengkapnyaDisinformasi yang bersumber dari platform media sosial merembes ke forum-forum personal seperti whatsapp group.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal AMSI, Maryadi mendukung kegiatan koalisi Cekfakta yang sudah terbangun sejak 2018.
Baca Selengkapnya