Idul Adha, warga berharap berkah dari sepasang gunungan Keraton Surakarta
Merdeka.com - Peringatan Hari Raya Idul Adha secara khusus dilakukan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Rabu (22/8). Sepasang gunungan jaler dan estri yang diarak dari Kori Kamandungan ke Masjid Agung, menjadi rebutan warga yang datang.
Gunungan jaler atau laki-laki terbuat dari sejumlah hasil bumi. Diantaranya kacang panjang, wortel, terong, cabai, telur asin dan kenyamanan yang berbahan dasar singkong. Sedangkan gunungan estri atau perempuan berisi reginan (makanan yang terbuat dari nasi). Selain dua gunungan besar tersebut, masih ada 10 gunungan kecil atau tumpeng.
Ratusan abdi dalem sejak pukul pagi sudah berkumpul di keraton peninggalan dinasti Mataram itu. Tepat pukul 10.00 sejumlah abdi dalem menandu gunungan untuk dibawa ke Masjid Agung Keraton yang berjarak sekitar 300 meter.
-
Kenapa warga berebut gunungan dan tenongan di Sadranan? 'Acara ini memang digelar setiap tahun. Di dalamnya ada buah, ada sego liwet. Warga yang mendapatkannya boleh makan di tempat atau dibawa pulang. Semua itu demi keberkahan di kampung kami,' kata Rahmat Arifin, tokoh masyarakat setempat.
-
Bagaimana cara warga Banjarnegara sambut Ramadan dengan grebeg gunungan? Berbagai gunungan berisi buah-buahan, sayur mayur, serta palawija diarak keliling pusat Kota Banjarnegara.
-
Kenapa warga Ganting beribadah di dekat reruntuhan? Mereka terpaksa beribadah di tempat seadanya berlatar rumah yang hancur tersapu banjir bandang, termasuk ketika berbuka puasa Ramadan.
-
Dimana gunungan Kakung diarak? Arak-arakan empat ekor gajah serta bregada Dragunder dan bregada Plangkir mengawal gunungan Kakung dari Keraton Yogyakarta hingga tiba di Pura Pakualaman pada pukul 11.00 WIB.
-
Bagaimana cara merayakan Jumat Agung? Caption Jumat Agung bisa turut merayakan peringatan Jumat Agung. Dengan kata-kata yang dipilih secara bijak, caption Jumat Agung tersebut dapat menyampaikan pesan-pesan spiritual, kebijaksanaan, dan pengharapan yang terkait dengan pengorbanan Kristus dan makna keselamatan bagi umat manusia.
-
Apa yang dirayakan di Jumat Agung? Jumat Agung merupakan salah satu perayaan penting dalam agama Kristen di mana umat memperingati penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus.
Barisan diawali dengan iring-iringan marching band, serta prajurit keraton dan ratusan sentana serta abdi dalem. Para petinggi keraton juga nampak dalam kegiatan tersebut. Iring-iringan dilepas dari Kori Kamandungan atau pintu utama menuju Jalan Sipil Urang, Alun-alun Utara hingga berakhir di masjid.
Sesampai di Masjid Agung dua gunungan besar didoakan oleh ulama keraton. Usai didoakan, Gunungan jaler langsung menjadi rebutan warga yang sudah menunggu sejak pagi. Sedangkan gunungan estri dibawa prajurit keraton ke halaman keraton dan juga menjadi rebutan warga. Dalam waktu singkat, kedua gunungan ludes tak tersisa.
"Saya dapat kacang panjang mas. Nanti kita masak sayur di rumah buat lauk. Semoga dapat berkah dari Tuhan," ujar Wagiyem (65), warga Desa Tlogolele, Wonosari, Klaten.
Menurut dia, acara gerebek tersebut sudah dinantikan lama. Ia bersama beberapa kerabat dan tetangga sudah datang sejak pagi. Bahkan ia juga mengikuti dan melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Agung Keraton Surakarta. Tak hanya Idul Adha, ia juga selalu datang pada acara gerebek keraton lainnya.
Tafsir Anom Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Moh Muhtarom, menjelaskan ada 3 kegiatan gerebek yang digelar dalam setiap tahunnya. Yakni Gerebek Mulud atau Maulid Nabi, Gerebek Poso atau setelah puasa dan Gerebek Besar untuk memperingati Idul Adha.
"Yang membedakan ketiganya itu adalah penyelenggaraannya. Gerebek Mulud diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Gerebek poso diselenggarakan setiap Syawal untuk memperingati Idul Fitri," terangnya.
Muhtarom yang juga Ketua Takmir Masjid Agung ini menuturkan, simbol-simbol yang digunakan dalam gerebek tersebut sama. Yakni dengan mengarak gunungan. Pada pelaksanaan Gerebek Mulud selalu mengarak 12 macam gunungan. Kemudian pada peringatan Idul Adha selalu diawali dengan penyerahan hewan kurban dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung.
"Kalau garebek poso diawali penyerahan zakat fitrah dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung untuk dibagikan kepada warga masyarakat," jelasnya lagi.
Dalam pelaksanaan Gerebek Besar kali ini, dimaksudkan sebagai wujud syukur atas rejeki yang diberikan Allah SWT kepada keraton dan masyarakat Solo, yang diwujudkan dalam bentuk gunungan.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam waktu singkat, isi gunungan tumpeng habis diserbu masyarakat yang tampak sangat antusias.
Baca SelengkapnyaAcara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaAda banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Baca SelengkapnyaKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian hajad dalem Sekaten.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri.
Baca SelengkapnyaMengawali acara besar Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik. Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaWarga percaya bahwa tupeng raksasa tersebut mengandung keberkahan dan kebaikan di dalamnya.
Baca SelengkapnyaSyawalan itu digelar di puncak bukit. Puluhan ribu warga hadir dalam acara itu
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas berkah dan karunianya dalam bentuk melimpahnya hasil panen.
Baca Selengkapnya