Kalah Pilkades, Kades di Jember Blokir Jalan Desa dengan Tanam Pisang
Merdeka.com - Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Serentak di Jember memang telah usai pada 25 November 2021 lalu. Namun sejumlah riak mengiringi pilkades serentak yang sempat tertunda lebih dari setahun, akibat pandemi itu.
Dari 59 desa di Jember yang menggelar pesta demokrasi serentak itu, ada satu yang menyisakan peristiwa unik. Di pelosok Jember bagian utara, yakni Desa Plerean, Kecamatan Sumberjambe, seorang kepala desa setempat menanam pohon Pisang dan Sengon di sejumlah titik pekarangan. Ia juga memagari jalan tersebut dengan tembok berbahan bambu sehingga warga kesulitan melintas.
Sudahyo, sang kepala desa, diduga kecewa karena kalah dalam Pilkades. Kandidat petahana itu menanam pohon bersama 15 orang tim suksesnya. Akibatnya, akses sejumlah rumah warga, masjid desa dan sebuah pondok pesantren menjadi terhambat.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
-
Siapa yang pimpin Desa Polengan? Kepala Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Nur Widodo, mengaku sangat bersyukur sekaligus bangga karena bisa ikut ambil bagian dalam Program Desa BRIlian ini.
-
Siapa yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada adalah proses di mana masyarakat memilih pemimpin lokal, seperti gubernur, bupati, atau wali kota, yang akan memegang kendali atas pemerintahan daerah mereka selama beberapa tahun ke depan.
-
Siapa saja yang terlibat dalam Pilkada? Selain itu, Pilkada juga merupakan ujian bagi penyelenggara pemilu, partai politik, dan para calon kepala daerah dalam menjalankan proses demokrasi yang jujur dan adil.
-
Siapa yang dipilih di Pilkada? Pilkada adalah proses pemilihan demokratis untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.
-
Dimana Pilkada ini? Pilkada Jawa Tengah semakin menarik karena bakal ada 'perang bintang'.
"Warga saat itu tidak ada yang berani melawan, karena mungkin merasa masyarakat lemah. Tetapi mereka melapor kepada kami. Ya baguslah seperti itu, sehingga tidak terjadi benturan," tutur AKP Istono, Kapolsek Sumberjambe saat dikonfirmasi pada Selasa (30/11).
Mendapat laporan warga, polisi langsung melakukan upaya persuasif. Termasuk dengan mengundang sang kades untuk dimintai klarifikasi.
"Kita rembug dengan Muspika untuk mencari jalan keluarnya. Karena kita kan juga hidup di desa. Setelah kita kasih pengertian (kepada kedes), akhirnya bisa dibongkar bersama warga," tutur Istono.
Kasus pemblokiran akses jalan warga ini tidak sampai berujung ke proses hukum lebih lanjut. Dari pemeriksaan sementara, motif sang kades memblokir akses jalan murni diduga karena kecewa kalah dalam Pilkades.
"Kebetulan warga yang akses jalannya terhambat itu, terindikasi tidak mendukung beliau saat Pilkades kemarin," papar Istono.
Gelaran Pilkades tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, pencoblosan dipusatkan di satutitik seperti balai desa. Namun pada pilkades kali ini, pencoblosan dilakukan tersebar di sejumlah titik. Hal ini demi untuk mencegah terjadinya kerumunan massa, sesuai aturan protokol kesehatan.
Tanah yang menjadi akses jalan tersebut, diakui Istono, memang ada saling klaim. Dua belah pihak, yakni warga dan kades, sama-sama tidak memiliki bukti kepemilikan tanah yang kuat. Warga sekitar yang sudah lama memanfaatkan pekarangan tersebut untuk berkebun, mengaku memiliki tanah tersebut berdasarkan akta jual beli dari kakeknya yang bertanggal November tahun 1978.
"Kalau saya lihat bukti akta jual belinya seperti terlihat otentik," tutur Istono.
Adapun klaim dari calon kades petahana yang kalah, hanya berdasarkan pengakuan lisan bapaknya. "Katanya sudah dibeli oleh kakeknya, tapi memang tidak ada bukti tertulisnya," ujar Istono.
Karena itu, polisi menilai seharusnya saling klaim tersebut diselesaikan lewat jalur.
"Status tanah itu kan menang belum jelas. Karena itu, maka otomatis yang menempati adalah yang berhak. Kalau ada orang lain yang tiba-tiba menanami pohon atau memagar, berarti menyalahi aturan," papar Istono.
Meski demikian, polisi mempersilakan jika Sudahyo melanjutkan klaim kepemilikan tanah tersebut ke pengadilan. "Baru jika sudah ada putusan pengadilan yang menjadi dasar kepemilikan tanah, bisa dilanjutkan dengan eksekusi dari pengadilan," papar Istono.
Istono memastikan, kondisi di Desa Plerean pasca Pilkades sudah berangsur normal. "Tadi, pak Kades juga hadir waktu kita undang untuk berdialog. Sudah mulai luluh," ujar Istono.
Dikonfirmasi terpisah, Kades Plerean, Sudahyo enggan berkomentar. "Tidak ada," ujar Sudahyo singkat saat dikonfirmasi melalui telepon.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diduga Kecewa Hasil Pemilu, Caleg di Garut Tutup Jalan yang Biasa Dilintasi Warga
Baca SelengkapnyaPelaku berharap dengan mobil korban dibakar berkas C hasil dikumpulkan tim sukses ikut terbakar.
Baca SelengkapnyaWarga merasa muak karena jalan berlubang tersebut tak kunjung diperbaiki.
Baca SelengkapnyaWawan berharap ke depannya pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di desanya bisa tercapai.
Baca SelengkapnyaSeorang caleg dan beberapa orang lainnya menyalakan petasan di lingkungan masjid hingga membongkar jalan warga viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaInilah detik-detik video seorang pria menyalakan petasan di masjid.
Baca SelengkapnyaAdapun caleg gagal tersebut diketahui bernama Ahmad Rizal berasal dari NasDem.
Baca SelengkapnyaAksi protes warga dilakukan sebagai bentuk ekspresi kekecewaan terhadap Pemprov Sulsel.
Baca SelengkapnyaTidak jauh dari rumah presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), warga Cikeas nekat menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak.
Baca SelengkapnyaLaporan ke Bawaslu ini dilakukan oleh Ketua Tim Hukum Nasional AMIN, Andry Ermawan.
Baca SelengkapnyaApdesi Kabupaten Tangerang menyebut pilkada lewat Parpol hanya membuat kades melayani kepentingan parpol.
Baca SelengkapnyaInvestigasi yang dilakukan tim kuasa hukum PDIP kubu Luthfi-Yasin sangat masif mengerahkan aparat desa.
Baca Selengkapnya