Kegiatan Pembunuh Mahasiswa UI Sehari-hari: Tidak Tidur Main Crypto & Nonton Serial Narcos
Kegiatan Pembunuh Mahasiswa UI Sehari-hari: Tidak Tidur Main Crypto & Nonton Serial Narcos
Sejumlah fakta tersangka pembunuh mahasiswa UI diungkap teman satu kontrakan.
Kegiatan Pembunuh Mahasiswa UI Sehari-hari: Tidak Tidur Main Crypto & Nonton Serial Narcos
Mahasiswa UI, Altafasalya Ardnika Basya alias Altaf (23) pembunuh adik tingkatnya di jurusan Sastra Rusia Universitas Indonesia (UI) memiliki kebiasaan kerap begadang di kontrakan.
Biasanya, Altaf banyak menghabiskan waktu di depan laptop kalau tidak ada kegiatan di kampus. Dia selalu memantau aset crypto dan nonton serial berjudul Narcos.
Altaf lebih sering diam dalam kontrakan yang disewa dengan dua temannya di Wisma Ladika, Kukusan, Beji jika tidak pergi ke kampus. Altaf juga kerap pulang malam.
“Yang saya tahu range waktu keluarnya dari jam 10.00 pagi sampai malam jam 12.00 malam. Kalau enggak ada kegiatan dia di sini (kontrakan) sehari-hari,”
kata teman satu kontrakan Altaf, Adha Amin Akbar, Senin (7/8).
merdeka.com
Akbar yang juga satu jurusan dengan Altaf menuturkan, temannya itu kerap tidak tidur kalau sudah memantau crypto dan nonton Narcos. Padahal Altaf harus kuliah esok harinya. "Biasanya dia ngurusin crypto-nya. Kalau lihat di presskon kemarin dia bilang kan nonton film Narcos. Nah dia itu kebiasaannya kalau enggak ngelihat crypto ya nonton film,” ungkapnya.
Ketua Himpunan Sastra Rusia FIB UI itu mengaku kurang tahu sejak kapan Altaf menggeluti crypto. Sejak mulai ngontrak bareng, Altaf memang sudah sering membicarakan soal mata uang digital itu. “Sejak awal tinggal sama kita dia sudah sering membicarakan itu, sering main itu. Dia enggak pernah cerita background main crypto apa. Yang saya tahu dia memang ingin cari uang saja,” bebernya.
Dia juga sempat mendengar Altaf mengalami rugi, namun tidak tahu detil kerugian yang dimaksud dan jumlahnya.
“Kalau yang di polisi kan Rp80 juta. Kalau sama kita enggak pernah diceritain,” katanya.
Tertutup 2 Bulan Terakhir
Meski tinggal satu kontrakan, namun Akbar tidak terlalu tahu mengenai kehidupan Altaf. Bahkan, dua bulan belakangan ini temannya itu terlihat lebih diam. "Kita untuk dua bulan belakangan ini benar-benar jarang ngobrol. Dia enggak kayak dulu aktif ngobrol sama kita untuk ceritain kegiatan dia. Puncak kegelisahannya dia itu dari dua bulan terakhir ini. Betul (agak tertutup) tapi masih ada ngobrol-ngobrol, tapi enggak terbuka yang dulu,” ungkapnya.
Selain berubah menjadi lebih tertutup, Altaf juga mengalami penurunan akademik. Padahal sebelumnya dia adalah anak yang pintar. “Kalau berdasarkan kata dosen, dia sebenarnya anak yang pintar, cuma itu didorong oleh masalah ini dia terlihat sedikit menurun,” pungkasnya.