Ekspresi Mahasiswa UI setelah Membunuh Junior, Masih Bisa Basa Basi dengan Teman Kos
Ekspresi Mahasiswa UI setelah Membunuh Junior, Masih Bisa Basa Basi dengan Teman Kos
Teman satu kontrakan pembunuh mahasiswa Universitas Indonesia (UI) MNZ, Adha Amin Akbar mengungkapkan ekspresi pelaku usai melakukan pembunuhan.
Ekspresi Mahasiswa UI setelah Membunuh Junior, Masih Bisa Basa Basi dengan Teman Kos
Teman satu kontrakan pembunuh mahasiswa Universitas Indonesia (UI) MNZ, Adha Amin Akbar mengungkapkan ekspresi pelaku usai melakukan pembunuhan.
Pada hari kejadian, Altaf pulang hampir tengah malam sekitar pukul 23.30 WIB.
Namun, dia tidak curiga sama sekali karena memang Altaf sering pulang malam.
Sehari sebelum diciduk polisi, tepatnya pada Kamis (3/8) malam, Altaf pulang ke kontrakan sekitar pukul 00.00 WIB.
"Pelaku datang tiba-tiba membuka pintu kamar dan basa-basi, namun dengan keadaan badan yang berkeringat. Kalau enggak salah dia pakai kaos putih jadi keringatan kelihatan jelas. Dari raut wajah sih enggak ada dari kecurigaan," ungkap Akbar kepada wartawan, Senin (7/8).
Dia mengaku tidak menyangka teman satu kontrakannya berbuat demikian. Bahkan korbannya adalah adik bimbingannya sendiri.
"Sangat pasti (kaget)," ujar Akbar.
Sementara, Akbar mengaku juga mengenal MNZ, korban pembunuhan Altaf. Korban merupakan mahasiswa Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya UI.
Korban dikenal sebagai anak rumahan dan tidak pernah keluar kosan kalau tidak ada keperluan.
"Saya kakak pembimbing Zidane (korban). Zidane kan anaknya rumahan banget, dia nggak bakal ke kampus kalau nggak ada kegiatan. Jadi saya juga ngobrol dan interaksi sama Zidane intens itu ya di kampus aja,"
kata Akbar
Sebagai staf Akbar di himpunan, MNZ dikenal sebagai anak yang pintar dan menjadi motivator teman-temannya.
“Dia pintar, memotivator temannnya juga,” ungkapnya.
Akbar mengaku lebih sering komunikasi dengan MNZ di kampus. Perihal kedekatan MNZ dengan Altaf pembunuh MNZ, dia mengaku kurang tahu banyak. "Kalau saya dengan korban memang sering ada kegiatan di kampus bareng. Saya kan sering ngobrol mengenai program kerja itu aja sih yang menunjukkan kedekatan saya dengan korban. Sebenarnya karena kami istilahnya kakak tingkatnya yang ngurus waktu penerimaan mahasiswa baru, kita hanya sebatas mentor saja," ujarnya.Dia juga tidak tahu apakah Altaf sering main ke kosan korban atau tidak. Pada hari kejadian pun dia tidak mengetahui kalau Altaf main ke kosan MNZ. “Justru yang di hari kejadian juga dia enggak ada ngomong apapun mau ke mana. Seperti biasa sih dia enggak ngomong mau ke mana, tiba-tiba kita tahu dari berita itu (pembunuhan) saja,” katanya.