Kisah anak tak berdaya lihat ayah diinjak-injak saat tragedi Mina
Merdeka.com - Tragedi Mina kembali berulang. Para jemaah haji tak sedikit yang meninggal akibat berdesak-desakan yang ingin lempar jumroh di Mina, Kamis (24/9) kemarin.
Salah satu korban yakni WNI Sugeng Triyanto (58), warga Jalan Bukit Ngaliyan Permai Blok I/8 RT 03/VII, Perumahan Pokok Pondasi Kecamatan Ngaliyan Semarang, Jawa Tengah.
Sugeng berangkat ke tanah suci Arab Saudi bersama keluarganya. Mereka adalah sang istri Sri Prabandani (56), sang anak Aditya (27). Kemudian Sri Agustin dan Maryuni merupakan kakak iparnya.
-
Apa saja kata-kata yang tepat untuk teman yang kehilangan ayah? Ada banyak sekali ucapan turut berduka cita, pastikan kamu memberikan kata-kata untuk teman yang ayahnya meninggal yang tidak menyinggung tetapi memberi semangat agar bangkit kembali. Meski perlu waktu lama tapi percayalah manusia akan pelan-pelan menerima takdir yang sudah digariskan Tuhan.
-
Apa yang terjadi pada bayi Aditya? Anak yang diberi nama Aditya itu kritis dan hampir kehilangan nyawanya karena digerogoti oleh ribuan bakteri ganas.
-
Kenapa ayah ini merasa sedih? Mendapati sang putri jadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dia ikut merasa pilu. Tak ada orang tua yang tak hancur melihat buah hati mereka mengalami penderitaan.
-
Bagaimana cara anak itu meninggal? Antropologi fisik di lokasi menyatakan bocah itu berusia 10 tahun saat meninggal dengan gigi terkikis dan tanda-tanda infeksi didalam mulutnya.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Siapa yang merasakan kehilangan Bapak? Kepergianmu membuatku kehilangan bagian terpenting dari hidupku.
Irianto Basuki, kakak kandung Sugeng mengatakan, sang anak Aditya langsung memberikan kabar kondisi ayahnya pada keluarga, bahwa ayahnya Sugeng telah meninggal dunia saat lempar jumroh di Mina. Korban Sugeng tergabung dalam regu III, kelompok VII di kloter 62.
"Namun dalam perjalannya, adik saya Sugeng terpisah dengan keluarga. Saat itulah keponakan saya, Aditya melihat ayahnya terinjak-injak hingga meninggal. Ia tak bisa membantu lantaran menggunakan kursi roda," ungkap Basuki dengan wajah sedih kepada awak media di rumah duka, Perumahan Pokok Pondasi Kecamatan Ngaliyan Semarang, Sabtu (26/9).
Sementara Aditya sang anak Sugeng juga nyaris mengalami luka ringan akibat terinjak-injak oleh jemaah lain. Saat itu, Aditya sedang menunggu sang ayah yang dibawa ke rumah sakit oleh relawan tim medis.
Pihak keluarga mencoba untuk menguatkan Aditya yang terus menangis lantaran orang tuanya meninggal dunia. Aditya saat itu mengaku tak berdaya dan menangis melihat ayahnya diinjak-injak di Mina.
Sebelum berangkat haji, kata dia, pihak keluarga memiliki firasat. Sebab, saat berpamitan dengan keluarga, tangan Sugeng tak mau lepas.
Sugeng pun sempat keceplosan bila proses jabat tangan itu adalah jabat tangan atau salaman untuk terakhir kalinya.
"Saat keberangkatan usai jabat tangan saya dengan Sugeng keceplosan, itu apa mungkin yah jabatan tangan yang terakhir?," tuturnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ayah di Muara Baru Banting Anaknya di Tengah Keramaian hingga Meninggal
Baca SelengkapnyaPolisi sudah menangkap ayah kandung korban inisial BI (44).
Baca SelengkapnyaKorban dianiaya dengan cara dicekik pelaku hingga meninggal dunia dan jasadnya langsung dibuang ke sawah yang ada di sekitar rumah tinggal pelaku dan korban.
Baca SelengkapnyaOrang tua korban sudah ditetapkan sebagai tersangka atas kematian anak kandungnya.
Baca SelengkapnyaSeorang anak tak sengaja melihat ayahnya diam-diam menitikan air mata saat sedang sahur.
Baca SelengkapnyaM, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.
Baca SelengkapnyaPelaku kini telah mendekam di balik jeruji guna mempertanggung jawabkan perbuatan kejinya
Baca SelengkapnyaKPAID Tasikmalaya menyatakan kasus anak berkebutuhan khusus (ABK) meninggal dianiaya orang tuanya menjadi kado pahit di Hari disabilitas.
Baca SelengkapnyaGeram dan marah, perasaan itu berkecamuk dalam benak Mukti (49) tatkala melihat anak laki-lakinya terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSang ayah yang menjadi kepala keluarga meninggal dunia dipanggil Tuhan ke pangkuan-Nya.
Baca Selengkapnya"Menurut keterangan saksi Siti Rohaini, korban meninggal dunia akibat dipukul oleh sebuah batu konblok oleh anaknya yang diduga mengalami gangguan kejiwaan,
Baca Selengkapnya