Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah ayah Rhoma Irama pimpin perang melawan Belanda

Kisah ayah Rhoma Irama pimpin perang melawan Belanda 10 november. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Siapa yang tak kenal raja dangdut Rhoma Irama? Sosoknya tenar dari Sabang sampai Merauke. Tapi sedikit yang mengenal sosol Kapten Burdah, ayah Rhoma Irama.

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, ayah Rhoma ini memimpin pasukan melawan Belanda di wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pada 21 Juli 1947, Belanda menggelar agresi militer pertama. Serangan kilat itu berhasil menghancurkan pertahanan TNI. Termasuk posisi-posisi Divisi Siliwangi di Jawa Barat.

Belanda berhasil menguasai Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan kota-kota lain di Jawa Barat. Namun mereka hanya bisa menduduki kota dan jalan-jalan utama. Di luar kota, TNI tetap menyusun kekuatan.

Namun serangan Belanda itu membuat banyak anggota TNI terpisah dengan kesatuannya. Di sebuah desa yang menjadi tempat pengungsian, Kapten Sulaiman dan wakilnya, Kapten Burdah, berinisiatif membentuk pasukan dari anggota-anggota TNI yang tersebar dan sedang mengungsi itu.

Ada sekitar 80 orang yang berhasil dikumpulkan. Latar belakangnya beragam. Ada yang berasal dari Resimen X, Angkatan Udara, Polisi Tentara, mantan sipir penjara dan Tentara Pelajar (TP). Kapten Sulaiman dan Kapten Burdah memberi nama pasukannya Detasemen Garuda Putih.

Salah satu anggota pasukan ini adalah Eddie Mardjuki Nalapraya yang kelak menjadi Mayjen TNI dan sempat memangku jabatan wakil gubernur DKI Jakarta. Eddie mengisahkan Detasemen Garuda Putih ini dalam memoarnya yang berjudul Jenderal Tanpa Angkatan. Buku terbitan Zig Zag Creative (2011) ini ditulis Ramadhan KH, Iskandar Chotop dan Feris Yuarsa.

Nah, saat itu Eddie baru berusia 16 tahun. Dia pelajar SMP dan masuk Tentara Pelajar karena gelora revolusi. Pangkatnya prajurit dan tercatat sebagai anggota pasukan termuda.

Namanya anak muda, tentu semangat dan tenaga masih menggebu-gebu. Para Tentara Pelajar inilah yang paling sering patroli dan menyerang posisi Belanda.

Pasukan lain sempat protes akan aksi TP ini. Sebabnya, setiap TP habis menyerang, Belanda akan membombardir wilayah-wilayah yang dicurigai sebagai tempat sembunyi TP. Para anggota TP malah pernah dilucuti dan dilarang keluar markas oleh pasukan lain. Namun mereka cuek saja.

Para TP ini tetap cuek saja menyerang Belanda. Toh, komandan mereka saja tak pernah melarang. "Prinsip Kapten Burdah itu orang mau berjuang, kenapa dilarang," kenang Eddie.

Salah satu pertempuran terbesar yang dialami Detasemen Garuda Putih ini adalah pencegatan konvoi Belanda di Gunung Kecapi, Tasikmalaya. Saat itu tepat 17 Agustus 1947, para tentara pelajar ingin memberikan hadiah pada Ibu Pertiwi dengan sebuah serangan pada Belanda.

Di atas bukit seluruh Detasemen Garuda Putih sudah bersiap menyergap. Informasi yang mereka terima benar, konvoi bren carrier berserta sejumlah besar tentara Belanda melintas dari Singaparna ke arah Tasikmalaya.

Begitu konvoi masuk target, mereka segera membuka serangan. "Kehed siah! Bebel siah! (Sialan, brengsek kalian!)," teriak Edi dan teman-temannya.

Baku tembak terjadi dengan gencar. Pasukan Indonesia mengandalkan senapan mesin 12,7 dan jukikanju 7,7 peninggalan Jepang.

Banyak korban di pihak Belanda. Sementara di pihak RI, gugur dua tentara pelajar.

Ada cerita menarik soal pertempuran di Gunung Kecapi. Kelak bertahun-tahun kemudian, ketika mengawal Presiden Soeharto ke negeri Belanda, Mayor Eddie bertemu dengan seorang Letnan Kolonel Belanda pengawal Ratu Yuliana. Ternyata Letkol ini pernah bertugas di Indonesia dan pasukannya yang dulu disergap oleh Kapten Burdah dan Eddie.

Tentara Belanda itu mengaku terkejut dan senang bertemu kembali dengan musuhnya. "Dulu kita sama-sama bertempur menjalankan tugas negara masing-masing. Sekarang kita bisa makan bersama di satu meja. Merdeka!" kata si Letkol gembira.

Eddie pun selalu menjaga hubungan dengan masyarakat di Nyengcang, markas Detasemen Garuda Putih. Saat Eddie sudah berpangkat Brigadir Jenderal, dia mengajak Rhoma Irama bersilaturahmi ke sana. Rhoma dikenalkan sebagai anak dari Kapten Burdah, mantan komandan perjuangan dulu.

Namun sejarah Detasemen Garuda Putih dan kisah heroik ini tak masuk dalam sejarah resmi divisi Siliwangi. Eddie menduga detasemen ini dianggap 'detasemen jadi-jadian' karena dibentuk semasa di pengungsian. Walau begitu Eddie mengaku bangga pernah bertugas di sana bersama ayah Rhoma Irama.

(mdk/ren)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani

Hari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sosok Panglima Polem, Panglima Aceh yang Bergerilya Bersama Teuku Umar Melawan Belanda
Sosok Panglima Polem, Panglima Aceh yang Bergerilya Bersama Teuku Umar Melawan Belanda

Atas jasa serta perjuangannya, namanya kini diabadikan menjadi nama sebuah ruas jalan yang ada di Jakarta.

Baca Selengkapnya
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom

Pada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.

Baca Selengkapnya
Ipar Pangeran Diponegoro Ini Disebut Mirip Pahlawan Terkenal Dunia, Tak Gentar Menentang Penindas hingga Bikin Pihak Lawan Kewalahan
Ipar Pangeran Diponegoro Ini Disebut Mirip Pahlawan Terkenal Dunia, Tak Gentar Menentang Penindas hingga Bikin Pihak Lawan Kewalahan

Ipar Pangeran Diponegoro ini bikin pihak lawan kewalahan. Bahkan, pihak lawan mengerahkan ribuan pasukan hingga mengadakan sayembara untuk mengalahkan sosoknya.

Baca Selengkapnya
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir

Panglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.

Baca Selengkapnya
Cerita Nyi Mas Melati Si Singa Betina dari Tangerang, Teriakannya Bikin Belanda Ketar Ketir
Cerita Nyi Mas Melati Si Singa Betina dari Tangerang, Teriakannya Bikin Belanda Ketar Ketir

Kabarnya, julukan ini melekat karena teriakannya amat mengerikan dan bikin penjajah ketar-ketir.

Baca Selengkapnya
Peristiwa 8 Januari: Meninggalnya Pangeran Diponegoro pada Usia 74 Tahun di Makassar
Peristiwa 8 Januari: Meninggalnya Pangeran Diponegoro pada Usia 74 Tahun di Makassar

Pangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.

Baca Selengkapnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya
Mengenang Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945, Berikut Sejarahnya

Tepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Baca Selengkapnya
18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda
18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda

Sisingamangaraja XII juga dikenal sebagai Raja Tuan Marhajan Siregar, adalah seorang pahlawan dari Tanah Batak.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Depati Amir, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Bangka Belitung
Mengenal Sosok Depati Amir, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Bangka Belitung

Dengan tekad yang kuat dan penuh keberanian untuk menentang dan melawan pihak kolonial, Depati Amir mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Bangka.

Baca Selengkapnya
Kisah Perjuangan Radin Intan II, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Lampung
Kisah Perjuangan Radin Intan II, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Lampung

Ketika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.

Baca Selengkapnya
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media

Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah

Baca Selengkapnya