Kisah Lie Agustinus, Dokter Keturunan China Ikhlas Mengabdi Demi Warga Papua di Tengah Hutan Belantara
Dokter Lie rela tinggal berminggu-minggu di tengah hutan belantara Papua demi melayani pasien.
Lie merupakan pendiri Rumah Sakit Apung.
Kisah Lie Agustinus, Dokter Keturunan China Ikhlas Mengabdi Demi Warga Papua di Tengah Hutan Belantara
"Jangan tanya apa yang negara lakukan untukmu, tapi apa yang kamu lakukan untuk negaramu," kata dokter senior Lie Agustinus Dharmawan.
Lie merupakan pendiri Rumah Sakit Apung. Dokter ahli bedah ini memutuskan untuk mengabdi di bidang kesehatan.
Dia rela tinggal berminggu-minggu di tengah hutan belantara Papua demi melayani pasien. Cerita ini disampaikan Lie melalui YouTube Kementerian Kesehatan, Selasa (3/10).
"Saya berkali-kali jalan kaki di tengah hutan. Sekali datang, kami biasanya tinggal di hutan 2-4 minggu,"
ungkap Lie.
merdeka.com
Dirikan Rumah Sakit Apung 2008
Lie mengaku mendirikan Rumah Sakit Apung pada 2008. Dua tahun kemudian, pria dengan nama China Lie Tek Bie ini nekat membeli kapal. Pada 16 Maret 2013, Rumah Sakit Kapal Terapung melakukan pelayaran perdana.
"Pelayanan apa saja yang saya lakukan di atas kapal? Segala hal yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan,"
jelas Lie.
merdeka.com
Menurut Lie, satu hal yang tidak dilakukannya di atas Rumah Sakit Apung ialah bedah jantung. Meskipun, Lie merupakan sang ahli bedah jantung.
"Karena (bedah jantung) itu tidak mungkin di atas kapal. Bedah toraks, bedah pembuluh darah, tetap saya lakukan,"
ucap Lie.
merdeka.com
Alasan Dirikan Rumah Sakit Apung
Dokter berusia 77 tahun ini mengungkap alasan mendirikan Rumah Sakit Apung. Dia mengaku melihat ada kesenjangan pelayanan kesehatan antara Indonesia bagian barat dan timur.
Selain itu, jumlah dokter yang ada di Pulau Jawa dan Indonesia timur sangat berbeda.
"Papua misalnya, NTT. Nah tenaga medis masih sangat langka di sana," kata Lie.
Kemudian, fasilitas kesehatan di Indonesia Timur nyaris tak ada. Bahkan, infrastuktur jalan tidak tersedia. Pasien yang membutuhkan layanan kesehatan terpaksa berjalan kaki di tengah hutan menuju pusat pelayanan.
"Kita bisa pakai sepeda motor kalau tidak ada mobil, kita bisa pakai mobil, ambulans. Di sana jalan saja tidak ada, harus jalan kaki di tengah hutan,"
kata Lie.
merdeka.com