Kisah Porter Nomor 001 Stasiun Pasar Senen, Mudik Lebaran Pendapatan Naik dan Pernah Angkut Barang 40 Kilogram
Mudik lebaran menjadi berkah bagi para porter atau kuli angku barang penumpang kereta di Pasar Senen.
Mudik lebaran menjadi berkah bagi para porter atau kuli angku barang penumpang kereta di Pasar Senen.
Kisah Porter Nomor 001 Stasiun Pasar Senen, Mudik Lebaran Pendapatan Naik dan Pernah Angkut Barang 40 Kilogram
Seorang pria berseragam merah terus mengamati hiruk pikuk keramaian penumpang kereta di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (6/4).
Sejak pukul 07.00 WIB pagi, pria itu sudah sigap bekerja untuk membantu penumpang yang datang membawa barang banyak.
Menjelang H-4 hari raya idulfitri 1445 hijriah, pria bernama Khamid (52) tersebut tetap memilih bekerja sebagai kuli angkut atau porter demi mencari nafkah bagi sanak keluarga.
Sudah 20 tahun lamanya Khamid menjadi porter dengan nomor 001.
Angka itu adalah tanda bahwa dia paling senior di kerjaannya.
Berkah Mudik Lebaran
Hari mudik lebaran menjadi semangat tersendiri bagi Khamid lantaran ada lonjakan penumpang. Bekerja selama 12 jam, Khamid tetap bisa menambah pendapatan di hari raya meski jumlahnya tidak begitu besar.
Berkah Mudik Lebaran
Hari mudik lebaran menjadi semangat tersendiri bagi Khamid lantaran ada lonjakan penumpang. Bekerja selama 12 jam, Khamid tetap bisa menambah pendapatan di hari raya meski jumlahnya tidak begitu besar.
Khamid cerita, rata-rata bisa membantu membawa barang penumpang hingga 40 kilogram lebih. Caranya bisa dipanggul, atau diseret jika penumpang membawa koper.
Tak jarang pula dia menemukan pemudik membawa barang di luar kebiasaan seperti beras dan sayur.
"Barang bawaan (penumpang) biasa (yang unik) beras, sayuran Dipanggul (porter)," kata Khamid ditemui di Stasiun Senen, Sabtu (6/4).
Khamid bekerja dengan tulus. Soal diberi tip atau tidak adalah hak pelanggannya. Biasanya sekali angkut, Khamid diberi tips Rp20-30 ribu.
"Tip tergantung penumpang ngasih berapa, kita enggak ngasih patokan harga, terserah penumpang mau ngasih berapa," kata Khamid.
Sementara itu, porter lainnya bernama R.Basuki (54) sudah belasan tahun memakai seragam merah bertuliskan 'Porter Pasar Senen' di punggungnya. Dia sigap menghampiri setiap mobil yang datang di lobi Stasiun Pasar Senen.
"Mas tujuan ke mana? Ayo dibantu angkut," sapa Basuki ke orang yang baru turun dari mobil.
Ajakan itu kadang pupus saat sang penumpang menggelengkan kepala menolak tawarannya. Dia hanya bisa kembali berdiri menunggu penumpang lain.
Saban hari Basuki dengan gigih berdiri menunggu. Meski perawakan sudah paruh bayar, Basuki selalu siaga mengantar barang bawaan penumpang hingga ke kabin kereta.
Basuki yang berperawakan kecil tidak bisa dianggap remeh karena mampu mengangkat empat tas sekaligus.
"Dipanggul di pundak satu tas, selempang di tangan bisa dua, koper digeret di tangan kiri," terang Basuki.
Basuki selalu antusias menunggu musim mudik lantaran bisa mendapatkan uang lebih. Meski lebih ramai di musim mudik seperti ini, dia mengaku pendapatannya meningkat tapi tidak signifikan.
"Ramai doang, tapi kan enggak semua orang mau. Tapi kalau dibilang naik sih naik, biasanya Rp100-200 ribu, ya sekarang bisa Rp300 lah," jelas Basuki.
Di antara ribuan pemudik yang dihampirinya, tidak seluruhnya berkenan menggunakan jasa porter. Sekali angkut, Basuki meraup Rp20-30 ribu.
"Biasanya saya tawarin dulu 'Rp30 ribu'. Kadang ada juga yang masih nawar jadi Rp20 ribu gitu, yaudah saya ambil aja. Penumpang kan uangnya juga beda-beda," ujar Basuki.