Kisah Prajurit TNI Bikin Musala dari Gaji dan Mengajar TPQ
Merdeka.com - Puluhan anak-anak tengah menanti kedatangan prajurit TNI yang selama ini mengajari mereka mengaji. Sempat ingin ingin kembali ke kampung halaman, namun akhirnya dia dikembalikan ke medan tugas untuk memberikan pendidikan kepada mereka.
Dia adalah Serma Mohammad Riadi. Saat berdinas sebagai Babinsa Koramil 1506/Wamisi, Kodim 1506/Namlea Buru Selatan, Kodam XVI/Pattimura Maluku, Riadi berhasil merebut hati rakyat dengan melakukan pembinaan ilmu pengetahuan dan akhlak kepada remaja dan anak-anak.
Riadi membangun perpustakaan Taman Baca Dunia Akherat dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Al-Alim secara swadaya mandiri. Karena itu para santri dan murid-muridnya merasa sangat kehilangan saat ia pindah tugas ke kampung halamannya di Bangkalan, Madura, wilayah Kodam V/Brawijaya.
-
Mengapa Rivai Abdul Manaf Nasution mendirikan Taman Pendidikan Islam? Alasannya karena pendidikan merupakan pondasi dari kehidupan, dengan keilmuan masyarakat bisa membangun sebuah negara yang hancur diratakan bangsa penjajah. Dari pendidikan juga akan melatih masyarakat menghadapi dunia persaingan dari bangsa lain sehingga Indonesia bisa mandiri.
-
Bagaimana cara para santri di Ponpes Raudlotul Quran belajar Al-Quran? Di sana para santri harus menyetor hafalan Al-Qur’an kepada ustaz tiga kali sehari.
-
Siapa yang mengajarkan Rivai membaca Al-Quran? Di sana ia belajar seni membaca Alquran kepada Ustaz Usman Fatah, yang berhasil mendidiknya menjadi seorang qari sekaligus seniman, dengan jenjang pendidikan di tingkat Qism al-Ali termasuk menjadi mahasiswa di Universitas Al Washliyah dan menyelesaikan di Universitas Islam Sumatera Utara.
-
Kenapa Rivai mendirikan sekolah modern? Rivai kerap menulis buah pemikirannya bahwa demoralisasi bukanlah dari penjajahan melainkan dari keterbelakangan pikiran dan tradisi. Maka dari itu, obatnya adalah dengan mendirikan sekolah-sekolah modern.
-
Kenapa santri di Ponpes Raudlotul Quran hanya belajar mengaji dan kitab klasik? Sebagai pondok pesantren tradisional, santri yang menetap di asrama tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan rutin selain mengaji Al Qur’an dan kitab-kitab klasik.
-
Bagaimana madrasah didanai? Dana operasional madrasah berasal dari hasil pengelolaan air bersih desa yang dikelola oleh Aiptu Gunawan bersama warga. Sebanyak 340 warga yang menggunakan air bersih itu memberikan amal sebesar Rp1.000 per meter kubik.
Puluhan anak memeluk sedih karena ingin menahan kepergian Riadi. Dia pindah ke Bangkalan karena ingin merawat kedua orang tuanya yg sakit keras.
Setelah di Bangkalan ternyata kedua orang tuanya meninggal dunia. Maka Serma Riadi, ingin kembali mengabdi di Pulau Buru.
Dirindukan Perserta Didik
Kuatnya keinginan Serma Riadi untuk pindah karena sangat dirindukan oleh anak-anak didiknya di Pulau Buru, maka Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf langsung memberikan izin untuk melanjutkan pengabdiannya di tempat tugas sebelumnya, di Hote, Waesama, Buru Selatan, Maluku.
©2023 Merdeka.com
Dengan restu pimpinan dari Pangdam dan Danrem membuat Riadi semakin bersemangat untuk kembali ke Maluku. Restu dari Pangdam seakan menambah tekad bagi dirinya untuk terus bersemangat mencerdaskan anak bangsa.
"Ini karena panggilan hati. Saya ingin mencerdaskan generasi penerus di sana," ujar Serma M Riadi.
Diketahui, Riadi mulai melakoni pengabdiannya itu sejak awal 2020. Bermula dari keprihatinannya melihat anak-anak di Kepulauan Buru bagian selatan yang mulai enggan belajar setelah Pandemi Covid-19.
"Awalnya, di sela-sela tugas sebagai Babinsa, saya membuka kursus Bahasa Inggris gratis bagi anak-anak usai sekolah. Mereka sangat berminat. Para orang tua pun merasa terbantu. Sampai kemudian mereka mulai malas belajar setelah sekolah diliburkan karena pandemi," tutur Riadi.
Fokus Mengajar Ngaji
Ia pun mengajari anak-anak sesuai dengan minatnya, utamanya belajar mengaji. Dia ingin anak-anak mendapatkan pendidikan agama yang cukup di samping pengetahuan umum. Bahkan rumah Serma Riadi menjadi seperti sekolah kedua, siang dan malam ramai didatangi anak-anak yang belajar.
Ia bersama istrinya, Fitriah yang merupakan guru di SMP Satap 02 Waesama bahu-membahu mengajar anak-anak. Selain itu, mengingat niatnya agar anak-anak mendapatkan pengetahuan agama yang cukup, ia pun mulai berpikir membangun musala dan tempat pengajian.
Di rumah tinggalnya, ia pun menyiapkan perpustakaan yang dinamai Taman Baca Dunia Akherat, sedangkan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) diberi nama Al-Alim.
"Saya membangun musala dari tabungan gaji saya. Musala ini membantu saya lebih intens mengajari mereka mengaji dan salat lima waktu. Setiap hari tidak kurang 60 orang anak ini belajar bersama-sama saya sejak masa pandemi hingga awal 2023 ini," tutup Riadi.
Disambut Tangis Anak-Anak
Setelah mendapatkan persetujuan pimpinan, Riadi akhirnya kembali ke Pulau Buru. Kedatangannya langsung disambut pelukan dan tangis peserta didiknya.
Dalam video yang diunggah akun instagram @asikdung, nampak anak-anak berlari untuk bisa bertemu dengan Riadi. Ada anak yang tak mau melepaskan peluknya setelah jumpa.
Anak-anak tersebut telah mengenakan pakaian muslim untuk mulai mengaji.
Reaksi netizen pun beragam. Ada yang turut terharu dan mendoakan kebaikan untuk Riadi
“Masyaa ALLAH tak terasa air mata ikut menetes sungguh bener-benar Beruntung sekali sampean pak,” tulis akun @penumpang_76.
“Kereeeeen... sehat sehat selalu seluruh jajaran TNI dari pucuk tanggung jawab tertinggi hingga ke jajaran kebawahnya.. Gusti paring Berkah,” tulis akun @senandung.mentari.
“TNI Polri itu tugasnya pindah-pindah, sebaiknya desa harus menyiapkan guru, guru ngaji, dan lain-lain untuk pengganti aparat pembantu desa kalau mereka pindah,” tulis akun @juliparizal27.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosok Rivai Abdul Manaf Nasution memiliki mimpi membangun Indonesia lewat pendidikan Islam
Baca SelengkapnyaNorma masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut program pemberdayaan bagi guru ngaji itu bentuk pengabdiannya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa, kepada orang tua, dan masyarakat.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca SelengkapnyaSelain menjaga keamanan sebagai polisi, sosoknya diketahui telah berhasil membangun sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) miliknya sendiri.
Baca SelengkapnyaSelain mengajar, sosoknya disebut telah berhasil mendirikan pesantren yang disisihkan dari gaji sendiri.
Baca SelengkapnyaBerawal dari tugas di Papua, aksi TNI ajak seorang anak untuk tinggal dan lanjutkan sekolah di Jawa ini viral.
Baca SelengkapnyaKasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman dibuat terkesima dengan sosok Raffi Atqiyah.
Baca SelengkapnyaSeragam loreng dan berkepala pelontos, sosoknya nampak begitu antusias.
Baca SelengkapnyaSosok Ravi Atqiya curi perhatian lantaran lolos tanpa tes masuk bintara. Sosoknya sudah aktif berbagai kegiatan sejak sekolah.
Baca SelengkapnyaKasad Jenderal Dudung Abdurachman beri kesempatan pemuda asal Banten lompat pendidikan ke Bintara TNI setelah sebelumnya mendaftar sebagai Tamtama.
Baca SelengkapnyaIrvan berhasil menjadi lulusan terbaik dan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa dengan IPK 3,075.
Baca Selengkapnya