'Kritik BEM UI Hal Biasa, Pihak Rektorat Tak Perlu 'Lebay' Menanggapi'
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker), Azka Aufary Ramli turut berkomentar soal meme Jokowi: King of Lip Service. Menurut Azka, apa yang dilakukan BEM UI merupakan sebuah bentuk kritik terhadap rezim.
Ia menilai fenomena ini merupakan akumulasi kekecewaan dari mahasiswa. Serta menganggap wajar apa yang dilakukan oleh BEM UI.
"Apa yang disuarakan oleh kawan-kawan BEM UI itu hal yang biasa terjadi, jadi pihak rektorat UI tidak perlu lebay menanggapinya," kata Azka dalam keterangan tulis, Senin (28/6).
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Apa yang membuat kampus heboh? Udinus jadi heboh karena Azizah Salsha dan Pratama Arhan mampir.
-
Siapa yang protes soal UMP? Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan mogok nasional awalan ini melibatkan sejumlah pabrik di kawasan industri di seluruh Indonesia.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut? Mahasiswa bernama Alwi Fadli tewas ditikam oleh pria inisial P (23) yang hendak menyewa kekasihnya terkait prostitusi online.
-
Apa tuntutan utama aksi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
Menurutnya, ini merupakan akumulasi kekecewaan sejak aksi mahasiswa September 2019 lalu. Setiap mahasiswa menyampaikan aspirasi selalu ada pembungkaman, tindakan represif di lapangan, intervensi pihak kampus, serangan buzzer yang berlebihan, dan banyak lainnya. Dan bahkan apa yang diaspirasikan mahasiswa hanya diterima sekedar “formalitas”, dan hal inilah yang menyebabkan julukan “The King of Lip Service” bagi Presiden Jokowi akhirnya tersebar cepat resonansinya.
“Mahasiswa sejatinya merupakan pilar penting di masyarakat, khususnya dalam fungsi controlling setiap kebijakan dan situasi sosial politik di bangsa kita. Jadi, apa yang disuarakan kawan-kawan UI merupakan hal lumrah menurut saya, pihak Rektorat UI jangan terlalu lebay menanggapinya. Ini bagian dari pelibatan publik di negara demokrasi.” Azka.
Bukan Penghinaan Presiden
Azka memandang, apa yang dilakukan BEM UI dengan meme Jokowinya bukanlah sebuah bentuk penghinaan. Menurutnya selama hal itu objektif dan substansial, maka tak ada maslah dengan aspirasi tersebut.
"Tinggal saat ini kawan-kawan BEM UI menyampaikan ke publik, landasan apa yang akhirnya memberikan label pak Jokowi seorang The King of Lip Service," tuturnya.
“Asal bukan karena sentimen semata aja ya,” tambahnya.
Debat Panas Ade Armando dan BEM UI
Blok Politik Pelajar yang diwakili oleh Delpedro Marhaen menantang debat terbuka Akademisi Universitas Indonesia (UI) yang sekaligus mengaku sebagai penggemar Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Ade Armando. Debat yang dilakukan pada Senin malam (28/6) itu digelar secara daring lewat Zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube.
Debat tersebut membahas soal tudingan BEM UI yang menyebut Jokowi sebagai King of Lip Service dalam salah satu unggahan di akun resminya. Dalam jalannya debat, Delpedro bertanya kepada Ade apakah ia sepakat dengan narasi Jokowi 3 periode. Pertanyaan itu spontan dijawab Ade dengan ucapan tidak.
Kemudian Delpedro berkata bahwa pihaknya malahan tak sepakat bahwa Jokowi merampungkan masa jabatannya pada periode kedua ini.
"Bang Ade tidak sepakat Jokowi 2 periode, kalau kita tidak sepakat Jokowi beres periode ini," tegasnya.
Pernyataan itu menurut Delpedro sebagai bentuk rasa muak akan segala kebijakan Jokowi selama ini yang dinilainya tak seirama dengan pernyataan-pernyataan mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.
Sementara itu Ade mengaku tak ada maslah dengan kritikan BEM UI terhadap Jokowi. Justru ia merasa heran mengapa seolah-olah meme BEM UI itu menjadi ramai diperbincangkan.
"Jangan cemen, saya mau bilang yang cemen juga bukan anda nih. Saya heran sama BEM UI yang gak mau tampil bareng saya, itu dikatakan kepada Kompas TV, si Leon ya. Dia itu bilang lagi di safe house, terus dia gak mau ketemu saya," jelas Ade.
Pro kontra soal meme yang diunggah BEM UI mencuat lantaran dalam konten berupa gambar tersebut menyebut bahwa Jokowi sebagai King of Lip Service. Buntut dari unggahan ini jajaran BEM UI dipanggil oleh pihak rektorat pada Minggu petang (27/6/2021).
Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra mengatakan, dalam pemanggilan itu, pihaknya ditanya oleh rektorat apakah bisa menghapus postingan meme soal Jokowi tersebut.
"Kemudian pihak rektorat juga bertanya, apakah bisa postingan tersebut takedown? Kami menyatakan tidak mungkin atau tidak bisa," ujar Leon kepada Liputan6.com, Senin (28/6/2021).
Menurut Leon, pihak kampus tak menjelaskan alasan ihwal permintaan untuk menurunkan postingan tersebut. Setelah itu, pihak rektorat menjelaskan ke jajaran BEM UI bakal membahas hasil pertemuan itu ke level atas.
"Kemudian pihak rektorat menyampaikan bahwa akan membahas hasil klarifikasi dari kami kepada tingkat universitas," ujar dia.
Selain ditanya soal itu, di sana Leon dan rekannya juga diminta untuk mengklarifikasi maksud dan tujuan meme tersebut. Di hadapan pihak rektorat, Lenon menerangkan bahwa maksud unggahan itu adalah untuk mengkritik ucapan Jokowi supaya bisa seiman dengan kebijakannya.
"Kami jelaskan tujuan kami itu untuk mengkritik agar Pak Jokowi bisa memastikan bahwa pernyataan-pernyataan beliau sesuai dengan realita di lapangan pada pelaksanaannya," ujar Leon.
Reporter: Yopi MakdoriSumber: Liputan6.com
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BEM UI menyebut unjuk rasa sekaligus sebagai aksi simbolik bahwa UI bukan ruang aman. Kekerasan seksual di UI belum bisa ditangani dengan baik.
Baca SelengkapnyaMahasiswa berangka pukul 11.30 menggunakan 10 kopaja dan 20 angkot. Mereka juga membawa sejumlah spanduk dan poster.
Baca SelengkapnyaAliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) mengadu ke Komisi X DPR terkait kenaikan biaya uang kuliah
Baca SelengkapnyaPara mahasiswa ini mendirikan tujuh tenda dan memasang sejumlah karangan bunga.
Baca SelengkapnyaSejumlah mahasiswa dari berbagai universitas menyampaikan unek-uneknya dalam rapat di Komisi Pendidikan DPR, Kamis (16/5).
Baca SelengkapnyaKecewa dengan Pelanggaran Demokrasi dan Etika, Mahasiswa UNS Keluarkan Maklumat Supersemar
Baca SelengkapnyaSejumlah mahasiswa UIN Alauddin Makassar melakukan unjuk rasa di depan kampus menolak surat edaran nomor 2591 tahun 2024 tentang Ketentuan Penyampaian Aspirasi.
Baca SelengkapnyaBadan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menyampaikan aspirasi terkait kenaikan biaya uang kuliah tunggal
Baca SelengkapnyaKetua BEM UNY Farras Raihan (21) mengaku mendapatkan tindakan represif dari salah seorang dosen saat melakukan orasi.
Baca SelengkapnyaDPR mengingatkan pihak kampus bahwa undang-undang juga mengizinkan siapa pun di negeri untuk berorganisasi.
Baca SelengkapnyaPembekuan BEM FISIP akibat dari penggunaan diksi pada karangan bunga yang dianggap tidak sesuai dengan kultur akademik.
Baca SelengkapnyaIntimidasi yang didapat berupa kiriman pesan melalui aplikasi WhatsApp
Baca Selengkapnya