Ketum BEM UNY Mengaku Dicekik Dosen saat Ospek, Begini Kronologi dan Tanggapan Kampus
Ketua BEM UNY Farras Raihan (21) mengaku mendapatkan tindakan represif dari salah seorang dosen saat melakukan orasi.
Kegiatan Ospek atau Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) diwarnai dengan tindakan represif dari salah satu dosen. Tindakan represif ini terjadi pada Selasa (6/8) kemarin.
Ketua BEM UNY Farras Raihan (21) mengaku mendapatkan tindakan represif dari salah seorang dosen saat melakukan orasi. Farras menyebut dirinya sempat dicekik oleh dosen tersebut.
Farras pun menyebut adapula anggota BEM lainnya yang juga menjadi korban tindakan represif. Farras menjabarkan jika anggotanya itu sempat ditindih oleh petugas keamanan kampus.
"Mencekik saya," kata Farras di UNY.
Orasi di Depan Mahasiswa Baru
Farras menerangkan pihaknya memang melakukan orasi di GOR UNY yang menjadi tempat penyelenggaraan PKKMB. Orasi ini dilakukan untuk memberikan edukasi pada mahasiswa baru tentang peran mahasiswa.
Farras menerangkan dalam orasi ini pada penyelenggaraan PKKMB tahun sebelumnya, juga dilakukan. Orasi kebangsaan itu dilakukan oleh Ketua BEM Universitas maupun Ketua BEM Fakultas.
Hanya saja karena penyelenggaraan PKKMB tahun ini kepanitiaan dipegang oleh pihak Rektorat maka orasi ditiadakan. Farras mengakui dalam orasi yang disampaikan memang berisikan keresahan mahasiswa tentang masalah kebangsaan maupun masalah-masalah di UNY.
Isi Orasi soal Keresahan di UNY
"(Isinya) Keresahan dan problematika di UNY. Mungkin juga masalah PTNBH dan fasilitas (kampus). Kita kumpulkan masalah-masalah ini, kita sampaikan lewat orasi tersebut," ungkap Farras.
Farras menceritakan saat penyelenggaraan PKKMB dirinya ingin menyampaikan orasi itu seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja orasi tidak diberikan ruang dan tak dimasukkan dalam susunan acara PKKMB. Kemudian, lanjut Farras, pihaknya pun memutuskan untuk masuk saat PKKMB telah selesai.
"Tujuan kita bukan untuk membuat huru-hara atau keributan. Yang ingin kita bawa ini tentang pencerdasan dan edukasi tentang gerakan mahasiswa terutama pencerminan peran mahasiswa di masyarakat maupun di Indonesia," urai Farras.
Situasi Tak Kondusif
"Ketika kita coba masuk, itu mereka memberikan respons yang sangat keras. Bahkan ada salah satu kawan kita yang ditindih oleh beberapa orang. Menyebabkan lecet dan sakit," tegas Farras.
Melihat situasi yang tak kondusif, Farras kemudian memutuskan tak jadi masuk ke dalam GOR UNY. Orasi pun dilakukan di halaman GOR UNY bersamaan dengan rampungnya acara PKKMB dan mahasiswa baru berjalan pulang ke masing-masing fakultas.
"Kalau kita paksakan, malah ribut. Jadi ya udah kita mundur. Tujuannya memang bukan untuk keributan. Tujuan kita untuk mencerdaskan. Kita mundur, jalan dan (orasi) di halaman," ucap Farras.
Diringkus Dosen
"Di gerbang itu kita berhenti. Dirasa di sana sudah cukup pas untuk menyampaikan pesan kita. Kita tidak menutup gerbang sama sekali. Kita tidak menutup jalur mahasiswa baru keluar gerbang," lanjut Farras.
Saat orasi, Farras menceritakan situasinya kondusif. Tak lama orasi digelar, tiba-tiba ada salah satu dosen yang mendatangi barisan mahasiswa yang berorasi.
"Berjalan beberapa menit tiba-tiba dari belakang ada oknum dosen yang meringkus kitalah. Memegang leher atau mencekik," tegas Farras.
"Tahun ini tidak ada sama sekali orasi soal pencerdasan mahasiswa baru. Tapi kenapa, masih saja dibeginikan. Direpresif secara fisik," sambung Farras.
Usai mendapatkan tindakan represif, karena tak menginginkan ada keributan maka pihaknya pun memilih mundur dan keluar dari gerbang. Dari pinggir jalan di luar gerbang ini orasi-orasi kebangsaan pun kemudian dilanjutkan lagi.
TanggapanvUNY
Kejadian represif yang dialami mahasiswa UNY yang sedang berorasi ini sempat viral di media sosial. Dalam beberapa potongan video terlihat ada seorang pria memakai jas dan berkacamata nampak mendatangi kerumunan dan melakukan gerakan fisik ke seorang mahasiswa yang membawa megaphone untuk berorasi.
Belakangan diketahui jika pria berjas dan berkacamata dalam video itu adalah dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNY bernama Arwan Nur Ramadhan. Selain merupakan dosen, Arwan juga adalah Ketua Panitia PKKMB UNY 2024.
Arwan menceritakan bahwa video yang beredar di media sosial itu hanya dibuat sepihak. Kondisi ini membuat kesan yang muncul dirinya melakukan intimidasi dan tindakan represif terhadap mahasiswa yang berorasi.
Bantah Tuduhan Mahasiswa
"Video yang beredar itukan sepihak, terpotong. Terlihat terintimidasi atau diintimidasi mahasiswanya," jelas Arwan.
"Saya seolah-olah kelihatan disatu sisi angle menyerang mahasiswa. Itu sebenarnya kami ingin mengambil megaphonenya saja," sambung Arwan.
Arwan menegaskan dirinya tidak melakukan intimidasi. Arwan juga menyebut dirinya tak melakukan pencekikan pada mahasiswa.
"Tidak ada pencekikan. Tidak ada intimidasi. Tidak ada pemukulan oleh dosen," tutup Arwan.