Kronologi terbongkarnya kebohongan Dwi Hartanto 'ahli dirgantara'
Merdeka.com - Sosok Dwi Hartanto, tengah menjadi sorotan setelah skandal kebohongannya terkuak ke publik. Ilmuwan yang tengah menempuh pendidikan di negeri kincir angin itu sebelumnya mengklaim sebagai kandidat profesor di Technische Universitet (TU) Delft, Belanda, serta diminta untuk mengembangkan pesawat jet tempur generasi ke enam.
Aksi tipu-tipu dilakukan Dwi Hartanto sebetulnya telah diketahui lama oleh rekannya sesama warga Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda. Bahkan, teman-temannya telah mengingatkan Dwi untuk menghentikan aksi kehohongannya.
"Teman-teman DH yang mengetahui latar belakangnya sudah tahu lama. Hanya mereka tidak bisa speak up. Perlu courage," kata Deden Rukmana, anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) saat dihubungi merdeka.com melalui email rukmanad@savannahstate.edu, Senin (9/10).
-
Siapa saja yang tertipu D? 'Untuk ustaz dan warga yang kurang mampu ini diberi promo khusus, tidak usah membayar full. Untuk ustaz cukup membayar Rp6 juta dengan syarat harus mengajak jemaah dan bagi warga yang kurang mampu akan disubsidi oleh kenalannya yang disebut sebagai 'agniya' selaku sponsor,' jelas Rohman, Kamis (7/12). Salah satu ustaz yang mendapat penawaran tersebut terjebak bujuk rayu pelaku, sampai akhirnya terkumpul jemaah sebanyak 21 orang asal Garut dan 1 warga Tasikmalaya.
-
Bagaimana D menipu? Dia mengiming-imingi promo khusus bagi ustaz dan warga kurang mampu. 'Untuk ustaz dan warga yang kurang mampu ini diberi promo khusus, tidak usah membayar full. Untuk ustaz cukup membayar Rp6 juta dengan syarat harus mengajak jemaah dan bagi warga yang kurang mampu akan disubsidi oleh kenalannya yang disebut sebagai 'agniya' selaku sponsor,' jelas Rohman, Kamis (7/12).
-
Kenapa D menipu? Kepada penyidik, D mengaku menggunakan uang tersebut untuk jalan jalan ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
-
Bagaimana Tirto membongkar skandal? Melalui Medan Prijaji edisi 1909, ia membongkat skandal yang melibatkan seorang pejabat daerah di Purworejo, A. Simon.
-
Bagaimana pelaku menipu perusahaan? Para tersangka meminta perusahaan Kingsford Huray Development LTD yang berada di Singapura untuk mentransfer uang. 'Kedua itu terkait dengan kelihaian pelaku kejahatan pelaku kejahatan melakukan aktivitas hacking untuk masuk kepada komunikasi email yang dikompromi oleh pelaku. Yang menyebabkan komunikasi itu terputus dari yang sebelumnya sehingga dibelokkan,' ujarnya.'Nah setelah diambil alih di kompromis kemudian komunikasi, nah itu caranya ini adalah kelihaian daripada pelaku. Nah, dua hal ini menjadi alasan kenapa terjadinya kejahatan cyber ini,' tambah dia.
-
Modus apa yang digunakan penipu DJP? Beberapa nomor dan website tersebut digunakan untuk beragam modus penipuan yang menyasar para wajib pajak.'Kami telah mengidentifikasi beberapa modus penipuan terbaru yang mengatasnamakan DJP. Modus penipuan tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti phising, spoofing (penyaruan), penipuan mengatasnamakan pejabat/pegawai DJP, dan penipuan rekrutmen pegawai DJP,' kata Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP Dwi Astuti di Jakarta.
Menurut Deden, amarah kolega terhadap Dwi Hartanto memuncak hingga memberikan informasi mengenai sepak terjang pria yang sempat dijuluki sempat dijuluki sebagai The Next BJ Habibie kepada anggota grup I-4 yang tergabung dalam grup aplikasi WhatApss. Informasi mengenai kebohongan Dwi kemudian ditelusuri anggota I-4 dengan membentuk tim dengan Deden salah satu anggotanya.
"Rasa kebanggaan dan kekaguman saya terhadap Dwi Hartanto 'terganggu' ketika saya menerima rangkaian pesan dari WA group Pengurus I-4 yang membahas tentang yang bersangkutan. Pada tanggal 10 September 2017 lalu, salah seorang anggota pengurus I-4 secara terpisah mengirimkan dua dokumen lengkap berisikan investigasi terhadap beragam klaim yang dibuat oleh Dwi Hartanto," tulis Deden dalam akun Facebook-nya seperti dikutip merdeka.com.
Dalam tulisannya Deden menyebut, dokumen pertama terdiri 33 halamam berisikan beragam foto-foto aktivitas Dwi Hartanto termasuk dari halaman Facebook-nya, link ke berbagai website tentangnya. Termasuk transkrip wawancara dengan Mata Najwa pada bulan Oktober 2016 hingga korespondensi email dengan beberapa pihak untuk mengklarifikasi aktivitas yang diklaim oleh Dwi Hartanto.
"Dokumen kedua sebanyak 8 halaman berisikan ringkasan investigasi terhadap klaim yang dibuat oleh Dwi Hartanto termasuk latar belakang S1, usia, roket militer, PhD in Aerospace, Professorship in Aerospace, Technical Director di bidang rocket technology and aerospace engineering, interview dengan media international, dan kompetisi riset," kata Deden, yang merupakan Professor dan koordinator program Urban Studies and Planning Savannah State University, Amerika Serikat ini.
Deden melanjutkan, kedua dokumen tersebut disiapkan oleh beberapa teman Indonesia di TU Delft yang mengenal Dwi Hartanto secara pribadi. Rekan-rekan Dwi Hartanto lantas mencari cara untuk menghentikan aksi penipuan publik ini dengan menghubungi Deden hingga ditulisnya melalui akun media facebooknya.
"Saya menilai mereka sebagai pihak yang mengetahui kebohongan publik yang dilakukan oleh Dwi Hartanto dan menginginkan agar kebohongan ini dihentikan. Mereka sudah menemui Dwi Hartanto dan memintanya agar meluruskan segala kebohongannya tetapi tidak ditanggapi dengan serius oleh yang bersangkutan," kata Deden.
Dwi Hartanto sendiri telah menyampaikan permohonan maafnya. Dia mengakui memberikan informasi yang tidak benar, tak akurat dan cenderung melebih-lebihkan. Khususnya soal prestasinya di bidang dirgantara dan keilmuan soal roket.
"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya," kata Dwi seperti dimuat dalam halaman PPI Delft.
Beberapa klarifikasi yang disampaikan Dwi Hartanto antara lain soal latar belakangnya. Dwi mengaku dia bukanlah lulusan Institut Teknologi Tokyo, Jepang. Namun lulus S1 dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Dwi juga menjelaskan dirinya memang benar menempuh S2 dan S3 di TU Delft.
"Posisi saya yang benar adalah kandidat Doktoral di TU Delft. Informasi mengenai posisi saya sebagai Post-Doctoral maupun Assitant Professor adalah tidak benar," beber Dwi.
Tak benar juga dia adalah kandidat Doktor di bidang space tecnology and rocket science. Yang benar adalah di bidang Interactive Intelligence (Departemen Intelligent System).
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Direktur Reserse Kriminal umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi membongkar tipu muslihat yang dilakukan penipu si kembar Rihana-Rihana.
Baca SelengkapnyaHashim Djojohadikusumo sebelumnya dilaporkan ke polisi setelah menyebut deklarasi Golkar mendukung Prabowo Subianto atas seizin Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaDirektur Reserse Kriminal umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi membongkar tipu muslihat yang dilakukan penipu si kembar Rihana-Rihana.
Baca SelengkapnyaBanyak modus yang dilakukan RIhana dan Rihani untuk membohongi para korban
Baca SelengkapnyaArteria menjelaskan Kejaksaan Tinggi memanipulasi OTT dengan berpura-pura memberi uang ke petugas imigrasi
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto hadir memenuhi panggilan Polda Metro Jaya hari ini
Baca SelengkapnyaDwi Singgih sempat mangkir sebanyak tiga kali dalam pemeriksaan.
Baca SelengkapnyaDSH sudah tiga kali mangkir dari panggilan penyidik kejagung.
Baca SelengkapnyaPernyataan lengkap Indosat Ooredoo Hutchison atas tudingan karyawan LintasArta bocorkan data PDN.
Baca SelengkapnyaTodung Mulya Lubis mengungkapkan kronologi penangkapan Palti yang dilakukan oleh polisi.
Baca SelengkapnyaHasto melanjutkan, dalam pemeriksaan dirinya membantah kenal baik dengan tersangka kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaUang tersebut dikembalikan usai Kejagung memeriksa Menpora Dito dalam kasus korupsi BTS.
Baca Selengkapnya