Letda Hafid Bahtiar, kegigihan anak penjual gorengan lulus Akmil TNI AD
Merdeka.com - Perjuangan dan kerja keras adalah dua kata yang tepat menggambarkan kegigihan Letnan Dua TNI Hafid Bahtiar. Dia berhasil lulus Akademi Militer dengan prestasi baik tahun ini. Tak peduli ayahnya cuma seorang penjual gorengan, yang kadang bekerja serabutan sebagai kuli bangunan.
Hafid yang lahir di Tulungagung 30 Desember 23 tahun silam merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Mujani dan Supriatin. Kedua orang tua Hafid adalah pedagang gorengan di sebuah desa kecil di wilayah Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
"Saya dan istri mengolah adonan jajanan gorengan, Hafid mengantarkan gorengan ke warung-warung," kata ayah Hafid, Mujani.
-
Kenapa Fahmi Bo harus jualan gorengan? Fahmi Bo, seorang artis yang pernah mengalami kesulitan ekonomi akibat penyakit stroke yang membuatnya sulit bekerja. Ia pernah menjajakan gorengan, kue, bahkan membantu menjual pecel lele dan menjadi sopir Aziz Gagap.
-
Kenapa ibu Aditya harus berjualan gorengan? Ia juga tak punya BPJS ataupun jaminan kesehatan lain yang bisa dipakai untuk menebus kesembuhan Aditya', lanjut keterangan unggahan.
-
Bagaimana Pak Kempleng awalnya berjualan sate? Dikutip dari kanal YouTube J. Christiono, nama asli Pak Kempleng adalah Pak Sakimin. Ia merintis berjualan sate dengan berkeliling Kota Ungaran sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1972 Pak Sakimin meninggal dunia. Usaha itu kemudian diteruskan oleh putra keduanya, Pak Mulyono.
-
Siapa mantan TKW yang sukses berjualan bandeng? Berbekal keyakinan kuat meski dengan modal yang minim, Midah kemudian membaca peluang untuk memulai usaha kuliner ini.
-
Siapa yang biasanya menjadi pedagang kelontong? Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
-
Bagaimana guru PAUD di Rangkasbitung berjualan basreng? Setelah matang, basreng mereka kemas ke wadah plastik, dan menunggu pembeli langganan datang. “Sehari-hari saya di PAUD, ngajar dan ini sedang usaha basreng untuk sampingan,“ terang Ida, mengutip YouTube SCTV Banten.
Dia mengaku sekarang sudah tidak jual gorengan lagi dan lebih sering menerima kerja serabutan. Mujani sempat khawatir dengan rencana Hafid mendaftar masuk Akademi Militer yang bergengsi. Maklum, kondisi keluarganya serba sederhana.
"Los saja pak. Bismillah saja. Nggak usah memikirkan biaya untuk masuk Taruna," ujar Mujani sambil menirukan ucapan Hafid saat mendaftar Taruna Akmil.
Mujani menjelaskan anak keduanya ini mendaftar 2 kali sebagai Taruna untuk Akmil pada tahun 2013 dan tahun 2014, sebelum akhirnya dinyatakan lulus pada tahun 2014. Tekad Hafid memang sudah bulat.
"Dia niat dengan keinginan sendiri untuk menjadi Taruna Akmil. Dua kali daftar semuanya Akmil, usai gagal di pendaftaran yang pertama sempat ditawari untuk mendaftar Sekolah Calon Bintara, tetap kokoh untuk daftar Akmil," ungkap Mujani seperti ditulis Penerangan Kopassus TNI AD.
Hafid mengaku sebelum diterima sebagai Taruna Akmil, dia sering membantu meringankan beban kedua orang tuanya dalam mencari nafkah. Dia menceritakan bagaimana gigihnya kedua orang tuanya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.
"Orang tua saya pernah berdagang bakso, gorengan, jagung dan kacang rebus di pinggir jalan. Masih ingat di memori saya waktu sekolah di SD dan SMP membawa gorengan saya jual di sekolah," ungkap Hafid.
Sempat jadi tukang batu
Menginjak remaja, siswa SMA Negeri 1 Campurdarat ini terus membantu meringankan beban orang tuanya. Mulai dari menjadi tukang batu marmer sepulang sekolah hingga meluangkan waktu melatih basket anak-anak di kampungnya.
"Honor yang didapat lumayan buat beli makan sehari-hari dan uang saku sekolah," tutur Hafid.
Hafid selalu bersyukur dengan segala karunia yang diberikan oleh Tuhan YME. Hafid selalu mengingat pesan moral dari orang tuanya untuk selalu semangat dan tidak mudah putus asa.
"Jangan pandang siapa orang tuamu atau keluargamu. Tetapi berbanggalah darimana keluargamu," ungkap Hafid menirukan pesan orang tuanya saat dia gagal daftar Akmil di tahun 2013.
Meski bukan lulusan terbaik Adhi Makayasa, pemilik tubuh jangkung ini menjabat mayoret Taruna Drum Band saat menjadi Taruna Akmil.
Hampir gagal ikut Praspa di Istana
Keluarga Hafid hampir gagal mengikuti kegiatan Prasetya Perwira (Praspa) yang dilaksanakan di Istana Presiden. Sebabnya Mujani dan keluarga mengaku belum punya biaya dan penginapan untuk datang ke Jakarta.
Mendengar kabar tersebut, Pangdam V/Brawijaya melalui Aspers Kasdam menyampaikan atensinya untuk memberikan perhatian kepada keluarga Taruna Akmil dari Tulungagung ini. Danrem 081/DSJ dan Dandim 0807/Tulungagung kemudian memfasilitasi segala keperluan yang dibutuhkan keluarga Hafid untuk dapat mengikuti kegiatan Prasetya Perwira di Istana Presiden.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik 724 Prasetya Perwira (Praspa) TNI dan Polri tahun 2018 di halaman depan Istana Merdeka Jakarta pada Kamis Juli 2018 lalu.
Usai Prasetya Perwira (Praspa) TNI dan Polri tahun 2018, hafid resmi menjadi Perwira TNI AD Korps Artileri Medan (Armed). Dia siap mengabdikan diri untuk tanah airnya.
"Meski saya anak seorang kuli bangunan, tetapi cita-cita saya ingin menjadi Panglima TNI," tutup Hafid.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masih ingat dengan pria wisudawan Poltekad yang sebelumnya berprofesi menjadi penjual gorengan. Berikut kabarnya kini.
Baca SelengkapnyaHadi memilih menjadi tentara, hingga mengemban jabatan sebagai Panglima TNI.
Baca SelengkapnyaRela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca SelengkapnyaBerlatar belakang sebagai anak seorang pedagang cilok, tak membuat Letda CPL Emanuel berhenti untuk mengejar mimpi.
Baca SelengkapnyaKisah seorang TNI AD berpangkat kopral dua menjadi perhatian publik. Pasalnya ia tidak gengsi berjualan gorengan pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaAnak dari penjual rujak dan pisang goreng kini dilantik jadi Menko. Begini kisahnya.
Baca SelengkapnyaDulu hanya seorang bocah putra dari ibu penjual rujak cingur. Namun bisa sukses pernah jadi Panglima TNI kini mengemban tugas jadi Menteri. Siapakah sosoknya?
Baca SelengkapnyaBerikut potret seorang bocah penjual jagung rebus yang berhasil memiliki tabungan Rp80 juta.
Baca SelengkapnyaWalau sempat malu, namun tekad kuatnya membalas budi orang tua membuatnya bersemangat dalam berjualan dimsum di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaAnak-anak seharusnya memang fokus belajar dan bermain. Namun, tidak dengan Jelita. Ia harus berjualan gorengan untuk bantu orang tuanya.
Baca SelengkapnyaBerikut potret Aiptu Kurniadi yang tela berjualan usai pulang dinas demi anak.
Baca Selengkapnya