Lokasi Ini Bisa Buat Anak Lupa dengan Ponsel
Dengan tagline “Ibuku Perpustakaan Pertamaku”. Artinya orang tua punya peran penting di rumah, sebelum sosialisasi keluar rumah.
Membaca buku sangat penting dalam tumbuh kembang generasi bangsa
Lokasi Ini Bisa Buat Anak Lupa dengan Ponsel
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Agus Sutoyo, dalam diskusi mengatakan, keberadaan buku sangat penting dalam tumbuh kembang generasi bangsa. Anak-anak mulai melupakan bacaan yang menarik, karena asyik dengan gawainya.Padahal, kampanye literasi sudah dahulu digaungkan Perpusnas RI. Pada 2003 silam sudah mulai melalui duta baca nasional saat itu, Tantowi Yahya.
-
Apa dampak membaca buku pada anak? Membaca merupakan aktivitas mental yang merangsang otak. Saat membaca, anak harus memahami konsep, mengikuti alur cerita, dan mengingat detail. Ini melatih otak untuk lebih fokus, berpikir kritis, dan meningkatkan daya ingat.
-
Apa yang terjadi ketika anak kesulitan membaca? Jika anak kesulitan mengingat hubungan antara huruf dan bunyi, kesulitan dalam mengurai kata, atau menghadapi tantangan dalam menulis, ini adalah tanda-tanda yang harus diperhatikan dan dikonsultasikan dengan guru atau tenaga kesehatan anak.
-
Apa yang terjadi jika anak dipaksa membaca? Memaksa mereka untuk membaca ketika mereka tidak ingin hanya akan menciptakan asosiasi negatif dengan aktivitas membaca.
-
Kenapa anak perlu membaca buku? Mengenalkan buku pada anak merupakan langkah awal yang menentukan dalam membentuk kebiasaan membaca dan cinta literasi yang akan bertahan seumur hidup.
-
Bagaimana cara mengenalkan buku pada anak? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memperkenalkan buku pada anak: Pilih Buku yang Sesuai dengan Usia Bacakan Buku Bersama Jadikan Buku Sebagai Hadiah Ciptakan Ruangan Baca yang Nyaman Libatkan Anak dalam Memilih Buku Diskusikan Isi Buku Jadikan Membaca Sebagai Kegiatan Rutin Gunakan Teknologi Jadi Teladan yang Baik
-
Bagaimana mengenalkan buku pada anak? Anda dapat mulai dengan membacakan buku kepada anak selama 10-15 menit setiap hari, misalnya sebelum tidur atau setelah makan.
Dengan tagline “Ibuku Perpustakaan Pertamaku”. Artinya orang tua punya peran penting di rumah, sebelum sosialisasi keluar rumah.
"Ibu atau ayah mendampingi anak-anak mereka untuk kenalkan literasi. Penelitian membuktikan usia 0-5 tahun pada anak, perkembangannya dikontrol melalui buku bacaan," ujar Agus.
Saat ini, sambungnya, kampanye literasi masih terus berlangsung. Dengan duta baca nasional yang berganti-ganti. Perannya tetap sama, mengajak untuk dekat dengan buku. Namun di era kini, menggabungkan dengan teknologi.
"Kami sudah ada. Di gedung baru Perpusnas yang 24 lantai, sudah diterapkan teknologi. Bagaimana agar bisa memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Kami ambil peran itu. Dengan menyiapkan wadah dan fasilitas. Di antaranya ada Layanan Khusus Anak. Kunjungan di Sabtu dan Minggu selalu overload, khususnya dari anak-anak," kata Agus. "Kami harus menyenangkan anak-anak saat main di perpustakaan. Di sinilah peran dari pustakawan Perpusnas membantu bagaimana bisa bermain sambil membaca. Karena dunia anak tak bisa lepas dari bermain," katanya lagi.Agus mengungkapkan, Layanan Khusus Anak dibuat lebih menyenangkan. Ada mainan dan sebagainya. Kesenangan yang awalnya didapatkan melalui gawai, bisa dialihkan ke perpustakaan.
"Kami tidak meninggalkan teknologi, tapi justru mulai memanfaatkannya. Yakni membuat aplikasi I-Pusnas. Jadi masyarakat kalau mau baca buku, tak harus datang ke Perpusnas. Cukup buka aplikasi melalui telepon genggam. Untuk sekolah ada aplikasi Pusnas Edu, sehingga memudahkan perpustakaan di sekolah mencari buku untuk kebutuhan belajar mengajar," kata Agus.Peran Orangtua
Agar anak-anak menyukai literasi, peran orang tua sangat dibutuhkan. Misalnya, mematikan televisi mulai dari pukul 18.00-19.00 WIB untuk memberi waktu membaca. "Ini memang tantangan terbesar. Sejak dini dibiasakan kenalkan bahan bacaan. Saat mau tidur juga, anak-anak paling suka bacaan dongeng," tandasnya.
Sementara itu, Pustakawan Layanan Anak Fitriana Ramadhani menambahkan, menjadi pustakawan khusus anak dituntut memiliki daya kreativitas tinggi. Agar mereka bisa diarahkan untuk melakukan kegiatan literasi. Saat membaca misalnya, tapi tidak seperti membaca. "Misalnya, anak-anak ditanya soal cita-cita. Mereka membaca dulu, baru menulis apa cita-cita mereka saat dewasa. Dengan cara ini, buku menjadi hidup. Tidak lagi selesai membaca, lalu tutup buku. Jadi menciptakan sesuatu dari membaca," katanya.