LPAI Sebut Joki Cilik Pacuan Kuda Langgar UU Perlindungan Anak
Merdeka.com - MSP, bocah 10 tahun di Bima, Nusa Tenggara Barat mengalami kecelakaan saat menjadi joki kuda pada Oktober lalu. MSP mengalami luka di bagian kepala setelah kuda yang dia tunggangi menimpa tubuh kecilnya. Kejadian itu pula yang merenggut nyawa MSP
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) memberi perhatian khusus pada kejadian itu. Sebab keterlibatan anak-anak sebagai joki di pacuan kuda melanggar UU.
"Kita juga memahami seorang anak mempunyai minat dan bakat, tapi kalau bakat ini disalahgunakan tentu juga tidak layak untuk kegiatan yang berisiko tinggi. Jadi ini tentu sangat bertentangan dengan UU Perlindungan Anak" kata Ketua Umum LPAI, Seto Mulyadi, saat ditemui di Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, (21/11).
-
Kenapa orang berhobi berkuda? Menurut informasi yang ditemukan di Halodoc, berolahraga berkuda memiliki beberapa keunggulan yang signifikan dan berdampak positif pada kesehatan fisik dan mental individu. Manfaatnya mencakup peningkatan kekuatan otot, perbaikan postur tubuh, serta pengurangan tingkat stres.
-
Kenapa Puteri Modiyanti mencoba berkuda? Puteri, yang juga merupakan finalis Puteri Indonesia 2023, menunjukkan ketertarikannya pada dunia berkuda meski ini adalah pengalaman barunya.
-
Bagaimana Puteri Modiyanti belajar berkuda? Terbaru, Puteri terlihat mahir berkuda, meski dalam unggahannya ia merendah dan menyebut masih harus banyak belajar.
-
Dimana tradisi Perahu Bidar dilakukan? Sungai Musi merupakan sebuah aliran sungai lintas provinsi yang melewati wilayah Bengkulu dan Sumatra Selatan.
-
Bagaimana cara Banyuwangi mengajarkan anak bermain tradisional? “Esensi pendidikan adalah mewujudkan kebahagiaan. Sisi ini tak boleh diabaikan. Untuk itu, perlu anak-anak diajak bermain dan diajarkan filosofi di balik permainan tersebut. Seperti halnya kebersamaan, gotong royong dan lain sebagainya,“
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang anak kidal? Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2017 dan diterbitkan dalam jurnal Frontiers meneliti lebih dari 2.300 siswa berusia 6 hingga 17 tahun di Italia.
Dalam kesempatan yang sama, pemerhati budaya asal Bima, Dewi Ratna Muchlisa, juga menentang joki pacuan kuda melibatkan anak di bawah umur.
"Joki cilik ini juga cukup mengganggu bagi saya. Menurut data budayawan, tidak ada joki cilik. Jadi sekarang praktik ini selalu berlindung di balik budaya. Budaya Bima sendiri sebetulnya tidak ada perintah menggunakan joki anak kecil atau usia cilik ini," katanya.
Dewi sedikit menjelaskan awal mula kegiatan pacuan kuda ini ramai di Bima. Saat itu kisaran tahun 1925 - 1927.
"Mulainya pacuan kuda di Bima itu joki nya dewasa, jadi ngga ada joki cilik," sambungnya.
Dia menambahkan, peralihan usia joki menjadi remaja dimulai setelah kemerdekaan.
"Kemudian pada tahun 1970 - 1980, usia para joki pacuan kuda mulai beralih pada usia anak-anak," kata dia menyayangkan.
Reporter Magang: Abyan Ghafara Andayarie
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Majelis hakim Pengadilan Negeri Denpasar membeberkan sejumlah alasan menjatuhkan vonis bebas kepada terdakwa Nyoman Sukena (38) yang memelihara landak Jawa.
Baca SelengkapnyaSalah satunya adalah kawasan wisata kota di Kanal Banjir Timur, Jakarta Timur, jasa sewa kuda tunggang sangat diminati terutama untuk anak-anak
Baca SelengkapnyaPotret meriah Gibran diarak keliling kampung pakai Kuda Renggong.
Baca SelengkapnyaAnak-anak di Minangkabau punya mainan buat ngabuburit bernama badia batuang.
Baca SelengkapnyaPermainan ini memadukan kelincahan kaki serta gerakan Silek atau pencak silat.
Baca SelengkapnyaPolisi sebut Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Bali, tidak pernah menahan terdakwa Sukena.
Baca SelengkapnyaPemprov Bali mengaku prihatin atas kasus yang menimpa terdakwa I Nyoman Sukena. Tetapi soal proses hukum, pihaknya harus menghormati yang sedang berjalan.
Baca SelengkapnyaPada masa kolonial belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.
Baca SelengkapnyaPenuh unsur magis dengan membaca mantra dan doa-doa tertentu.
Baca SelengkapnyaTak pakai sepatu, anak-anak di Kampung Cengkuk bermain bola dengan egrang bambu.
Baca Selengkapnya