Masa Panen Raya Tiba, Pemerintah Harus Serap Beras Petani Semaksimal Mungkin
Merdeka.com - Pemerintah telah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) serta harga eceran tertinggi (HET) untuk komoditas beras. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani ditetapkan sebesar Rp5.000 dan GKP di tingkat penggilingan Rp5.100.
Gabah kering giling (GKG) di penggilingan ditetapkan di harga Rp6.200 dan GKG di gudang Perum Bulog Rp6.300. Kemudian beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, butir menir maksimum 2 persen, harganya Rp9.950.
Adapun untuk perhitungan HET, pemerintah menetapkannya berdasarkan sistem zonasi. Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Zona 2 untuk Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, NTT, Kalimantan. Zona 3 untuk Maluku dan Papua.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Kapan harga beras naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
Lebih rinci, HET beras medium, zona 1 Rp10.900, untuk zona 2 Rp11.500, untuk zona 3 Rp11.800. Kemudian untuk beras premium, zona 1 Rp12.900, zona 2 Rp14.400, dan zona 3 Rp14.800
©2023 Merdeka.comPemerintah menyebut aturan mengenai HPP dan HET ini diberlakukan guna menjaga stabilitas dan keseimbangan harga gabah/beras - baik di tingkat petani, penggilingan, pedagang, serta masyarakat. Aturan ini terbit saat masa panen raya, yang diperkirakan berlangsung Maret hingga Juni 2023.
Pada sisi lain, pemerintah memberi sinyal untuk kembali mengimpor 500.000 ton beras. Perum Bulog sebagai operator atau pelaksana tugas pemerintah pun menyatakan siap mendatangkan 500.000 ton beras, jika memang tugas itu dikehendaki pemerintah.
Alternatif impor dipilih ketika serapan beras Bulog tak memenuhi target. Tercatat hingga Maret 2023, total serapan beras Bulog baru mencapai 50.000 ton. Guna memenuhi kebutuhan beras di pasaran, pemerintah menyebut komoditas pokok itu kembali harus dipasok dari negara lain.
Semestinya, dalam masa panen raya ini, pemerintah menyerap beras petani semaksimal mungkin. Kalaupun dikejar "deadline" untuk memenuhi target pasokan cadangan beras pemerintah (CBP), yakni pada Maret-April 2023 harus mencapai 1,4 juta ton, berbagai langkah percepatan harus dilakukan, terutama saat masa panen raya tidak bersamaan antar daerah.
Langkah taktis dan strategis menyerap beras petani di daerah-daerah lumbung pangan nasional perlu dilakukan. Ini bukan semata-mata soal "lebih murah mana lokal vs impor?", namun ini adalah ranah kedaulatan dan upaya mensejahterakan rakyat.
Pada sisi lain, perlu bauran kebijakan yang sinergis dalam pengaturan harga. Saat ini, para petani sudah maksimal melakukan produksi hingga melimpah ruah. Sektor pertanian juga berhasil menjaga stabilitas negara karena mampu tumbuh di saat sektor lainnya turun.
Saya sependapat dengan kolega di DPR RI, Johan Rosihan, yang menyebut saat ini terjadi kondisi yang paradoks. Harga gabah di tingkat petani sangat murah/anjlok. Namun pada saat yang sama, harga beras di pasaran tinggi. Panen raya gabah melimpah, tetapi kebijakannya ingin impor beras.
Pemerintah sebaiknya fokus memperbaiki tata kelola beras. Artinya, Bulog seharusnya melakukan penyerapan secara maksimal pada saat petani menggelar panen raya di mana-mana. Pada saat yang sama, pemerintah harus mengatur HET agar harga beras di pasar bisa dijangkau oleh masyarakat.
©2023 Merdeka.comPotret Ketergantungan Kaltim
Soal pertanian, kita mengakui fakta bahwa Kaltim belum bisa berbicara banyak di tingkat nasional. Di wilayah Kaltim, kebutuhan pangan - terutama beras - masih dipasok dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
Sektor pertanian Kaltim belum dapat menghasilkan padi atau beras secara maksimal. Rata-rata petani Kaltim hanya dapat panen 1 kali dalam 1 tahun. Kabupaten Kukar dan PPU sebagai penghasil padi dan beras terbanyak di Kaltim pun mengalami penurunan produksi.
Penurunan produksi tersebut dikarenakan masih belum memadainya fasilitas di sektor pertanian Kaltim. Mayoritas sistem irigasi masih menggunakan sistem tadah hujan. Terjadi pula alih fungsi lahan pertanian menjadi konsensi pertambangan.
Di sisi lain, kebutuhan alsintan para petani belum memadai, tidak adanya regenerasi petani dan penyuluh pertanian. Selain itu hasil produksi padi dan beras hasil petani Kaltim tidak sebagus hasil produksi pertanian di Pulau Jawa dan Sulawesi. Berbagai persoalan ini menjadi PR besar bagi Kaltim, guna terus meningkatkan produktivitas sektor pertanian. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
penetapan regulasi HET beras ini menguatkan kebijakan relaksasi yang telah diberlakukan melalui Keputusan Kepala Bapanas sebelumnya.
Baca SelengkapnyaBapanas menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per kg.
Baca SelengkapnyaHarga gabah maupun beras masih tinggi dengan harga rata-rata Rp 7000 per kilogram gabah kering.
Baca SelengkapnyaHarapannya, langkah itu bisa menambah suplai untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Baca SelengkapnyaOperasi beras SPHP dengan harga Rp52.000 kemasan lima kilogram ini untuk menekan harga beras yang masih tinggi.
Baca SelengkapnyaHal ini untuk memastikan bahwa petani juga mendapatkan keuntungan yang layak dari hasil pertanian mereka.
Baca SelengkapnyaErick menilai petani merasa bahagia dengan ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang ditetapkan saat ini.
Baca SelengkapnyaPemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras premium sebesar Rp1.000 per kg.
Baca SelengkapnyaBadan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut bahwa harga beras di pasaran mulai turun.
Baca SelengkapnyaKemendag bersama Bapanas dan Bulog melakukan Gerakan Pangan Murah (GPM) di lapangan Jambi Business Center, Jambi
Baca SelengkapnyaNTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca Selengkapnya