Membuka tabir pembunuhan massal PKI di Bali seperti kata Soe Hok Gie
Merdeka.com - Tahun 1965-1966 menjadi fase gelap dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada periode tersebut, terjadi pembantaian massal besar-besaran terhadap orang-orang yang dituduh simpatisan dan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Bali menjadi daerah tempat pembantaian massal terhadap mereka yang dituding komunis. Ini pernah diungkap Soe Hok Gie melalui esainya yang dibukukan dengan judul Zaman Peralihan. Soe Hok Gie memberi gambaran tentang Bali yang mencekam saat pembantaian anggota PKI.
"…Bali menjadi sebuah mimpi buruk pembantaian. Jika di antara pembaca ada yang mempunyai teman orang Bali, tanyakanlah apakah dia mempunyai teman yang menjadi korban pertumpahan darah itu. Ia pasti akan mengiyakan, karena memang demikianlah keadaan di Bali. Tidak seorang pun yang tinggal di Bali pada waktu itu yang tidak mempunyai tetangga yang dibunuh atau tidak dikuburkan oleh setan hitam berbaret merah yang berkeliaran di mana-mana pada waktu itu…" tulis Soe Hok Gie.
-
Dimana letak kuburan massal PKI? Pak Darmadi lantas menunjukkan sebuah jalan setapak yang berada di bawah tiang sutet. Jalan setapak itu melintas di tengah ilalang dengan cuaca siang yang begitu terik.
-
Kapan pembantaian PKI terjadi? Saat peristiwa pembantaian para anggota PKI yang terjadi pada kurun waktu tahun 1965-1967, Pak Darmadi masih duduk di kelas 4 SD.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Siapa yang memimpin PPKI? Sejak kekelahan Jepang atas Sekutu, ia menjadi anggota dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersama Ahmad Subarjo, Kasman Singodimedjo, dan tokoh-tokoh penting lainnya.
-
Apa yang terjadi di Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
Kamis (29/10), menjadi hari penting membuka tabir kebenaran terjadinya pembantaian besar-besaran di Bali seperti yang pernah diungkap Soe Hok Gie. Warga Desa Pakraman Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali akhirnya melakukan pembongkaran kuburan massal eks anggota PKI pada zaman pemberontakan G30S. Pembongkaran diawali dengan prosesi upacara khusus secara Hindu. Prosesi tersebut diikuti oleh ratusan warga krama (warga) adat setempat serta beberapa pihak keluarga jenazah dan disaksikan Ketua DPRD Jembrana, I Ketut Sugiasa serta sejumlah saksi peristiwa.
Satu per satu saksi sejarah peristiwa itu buka suara. Ketua Legiun Veteran Jembrana, Ketut Gede menuturkan, anggota PKI yang berada di sana sedikit yang melakukan tindakan kekerasan. Namun saat peristiwa gerakan 10 September (Gestok) 1965, mereka justru dibantai habis-habisan.
"Yang jelas peristiwa Gestok di Jembrana terjadi setelah peristiwa G30S di Jakarta," ujar Ketut Gede ketua Legiun Veteran Jembrana dengan nada terbata-bata, Minggu (1/11).
Kakek (Kakiang) Kerende (96), salah seorang warga Mesean yang jadi saksi hidup pembantaian juga ikut angkat bicara. Kakek Kerende menuturkan, mereka dieksekusi warga menggunakan pedang. Tidak satu pun yang menggunakan senapan atau bedil. "Mereka itu dikubur di bulan awal-awal tahun 1966. Setelah kejadian G30S PKI di Jawa," jelasnya.
Merdeka.com merangkum kesaksian mereka soal pembantaian besar-besaran di pulau dewata. Berikut paparannya.
Dimulai kasus tertembaknya anggota TNI
Salah satu saksi sejarah di sana, Ketut Gede menerangkan bahwa gerakan pembantaian para anggota PKI di Jembrana terjadi merupakan imbas dari peristiwa penculikan tujuh jenderal di Jakarta. Menurutnya, tidak ada pemberontakan yang dilakukan PKI di Jembrana. Namun saat itu setelah diketahui ada tujuh jenderal yang diculik dan dibunuh, tanpa diperintah barisan PNI bersama TNI membunuh anggota PKI yang dijumpainya.
Tapi sebelum pembunuhan anggota PKI terjadi, terlebih dahulu didahului oleh kasus penembakan salah seorang anggota TNI dan dua orang Pemuda Ansor oleh diduga anggota polisi.
"Saat itu oknum polisi itu memimpin rapat gelap para anggota PKI di Desa Tegal Badeng, Kecamatan Negara, Jembrana. Kemudian datang anggota TNI bersama dua pemuda Ansor untuk membubarkannya. Namun mereka ditembak oleh anggota polisi itu hingga ketiganya tewas," tutur pria yang mengaku kelahiran tahun 1944 ini.
Pembantaian terbesar di Jembrana
Sejak peristiwa penembakan anggota TNI dan pemuda Ansor, terjadi pembantaian besar-besaran anggota PKI. Ada yang dibunuh langsung dan ada pula yang ditangkap dan diletakkan di tahanan, namun akhirnya dibantai juga.
"Pembantaian yang terbesar di Jembrana terjadi di Desa Tegal Badeng, tempat berlangsungnya rapat gelap PKI yang dipimpin anggota polisi itu. Di Desa Tegal Badeng warganya disapu bersih karena sebagian besar warganya PKI," kenangan Ketut Gede sambil menatap atap rumahnya.
Pembantaian PKI di mana-mana
Bahkan tahanan-tahanan anggota PKI di kantor tentara yang tersebar di Jembrana diambil satu persatu dan dikumpulkan di Toko Wong yang berlokasi di Lelateng, Negara.
Setelah terkumpul di toko tersebut jumlahnya mencapai ratusan orang, kemudian dibunuh. Namun Ketut Gede mengaku tidak tahu siapa yang melakukan pembantaian PKI di toko Wong tersebut.Â
"Yang jelas saat itu saya hanya bertugas mengambil mayat PKI di toko Wong untuk dikuburkan. Seingat saya mayat yang saya angkut dengan truk jumlahnya sekitar 30 orang," tutur mantan anggota TNI ini.
Ketiga puluh orang anggota PKI yang dia bawa dikuburkan di pinggir Pantai Candi Kusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana. Pemberangkatan dari toko Wong hingga dikubur mendapat pengawalan ketat dari aparat TNI. Satu liang kubur berisi sekitar 3 sampai lima orang.
"Yang jelas saat itu terjadi pembantaian anggota PKI di mana-mana. Termasuk di desa-desa yang ada di Jembrana. Tapi peristiwa yang terjadi di desa-desa saya tidak tahu karena saya bertugas di kota," terangnya.
Dibunuh bersamaan dan dikubur massal
Kakek (Kakiang) Kerende (96), salah seorang warga Mesean yang jadi saksi hidup pembantaian menuturkan, setelah kasus G30S PKI di Jawa pecah dan para anggota PKI berhasil ditumpas, para anggota PKI di Jembrana semuanya menyerah.
"Termasuk yang di Mesean ini. Para anggota PKI yang memang warga sini tidak ada yang berani melawan. Semuanya menyerah," tuturnya.
Setelah itu di Banjar Mesean, kata Kakiang Kerende, para anggota PKI semuanya ditangkap dan dikumpulkan. Tidak ada perlawanan, mereka hanya pasrah.
"Mereka lantas digiring ke tempat ini (tempat kuburan massal). Kemudian mereka dibariskan dan dibunuh secara bersamaan. Saya sendiri melihatnya sambil mengintip di balik semak-semak bersama beberapa pemuda kala itu," ujarnya.
Perintah habisi PKI meski tidak memberontak
Menurut Kakiang Kerende, ada sembilan orang warga lokal Mesean yang dibunuh dan dikubur di tempat tersebut dan dua orang warga pendatang, satu dari Tabanan dan satu lagi dari Lateng, Negara.
"Yang dari Tabanan itu memang tinggal di sini beberapa hari sebelum dibantai. Dia kabur dari Tabanan ke sini karena takut ditangkap. Begitu pula yang dari Leteng," imbuhnya seraya meyakinkan hanya jumlah tersebut yang dilihatnya. Untuk korban yang lainnya, dirinya tidak tau.
"Mereka memang anggota PKI, tapi setahu saya mereka tidak melakukan pemberontakan. Saat itu memang ada perintah untuk menangkap dan menumpas anggota PKI, seperti daerah-daerah lainnya," lanjut kakek berjenggot putih ini. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.
Baca SelengkapnyaTercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
Baca SelengkapnyaMeskipun hidupnya singkat, Soe Hok Gie mewarisi semangat perubahan dan keberanian untuk bersuara yang menginspirasi banyak orang.
Baca SelengkapnyaSebanyak 3.000 tentara Jepang tewas pada sebuah goa di pulau itu
Baca SelengkapnyaSebanyak 2.000 tengkorak dan 1.000 nisa kuburan ditampilkan secara dramatis.
Baca SelengkapnyaSimak foto langka suasana di Jakarta usai tragedi G30S. Banyak tank berkeliaran memburu anggota PKI.
Baca SelengkapnyaIni menjadi tempat pembantaian yang membuat bupati Blora pertama sebagai korban.
Baca SelengkapnyaTNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?
Baca SelengkapnyaTerlihat warga Indonesia mendapat ancaman dari tentara KNIL pada tahun 1948 silam. Tergambar dari potret yang beredar, warga Indonesia nampak tak berdaya.
Baca SelengkapnyaSaat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca SelengkapnyaMuseum Pancasila Sakti menjadi saksi bisu dari G30S/PKI.
Baca SelengkapnyaDalam film G30S/PKI, sosoknya digambarkan misterius. Asap rokok tak berhenti mengepul saat rapat. Kehadirannya dalam persiapan penculikan tampak sangat dominan.
Baca Selengkapnya