Menengok Pengelolaan Sampah di Muncar, Sehari Jual Hingga Tiga Ton
Merdeka.com - Kawasan pesisir Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi yang dulu terkenal dengan bau limbah dan sampah-sampah berserakan, kali ini sudah mulai berkurang.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama perusahaan B-Corp Syatemiq yang berkantor di Jerman dan Inggris selama setahun terakhir telah membantu pengelolaan sampah di Muncar.
Sampah-sampah yang dikelola warga di Tempat Pengelolaan Sampah Sementara (TPST) di Desa Tembokrejo, Muncar sebelumnya hanya bisa mengelola limbah skala rumah tangga beberapa kwintal, sekarang sudah bisa mencapai 3-4 ton per hari.
-
Bagaimana TPST Kedungrandu mengolah sampah? Sampah itu selanjutnya diproses dengan mesin untuk memilah sampah anorganik atau sampah residu. 'Potensi sampah anorganik sekitar 20 persen, potensi residu sekitar 10 persen. Itu yang dipisahkan di awal dengan mesin conveyor,' ujar Wahidin.
-
Bagaimana Pemkab Sleman atasi masalah sampah? Pemkab Sleman menetapkan beberapa kebijakan dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar semakin dapat terkelola dengan baik.
-
Apa dampak dari banyaknya sampah? Kini, seiring dengan melonjaknya suhu udara di musim panas, ada peringatan baru dari badan-badan bantuan tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh banyaknya sampah.
-
Bagaimana sampah di Banyumas diolah? Sampah organik mereka pisahkan untuk dijadikan maggot atau larva dari lalat yang bisa digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan sampah anorganik diolah menjadi berbagai produk seperti bahan bakar pabrik semen, paving blok, dan masih banyak lagi.
-
Apa yang dilakukan Pemkab Bantul untuk mengatasi sampah? “Mohon kerja sama kabupaten/kota untuk mengambil langkah-langkah penanganan sampah secara mandiri di wilayah masing-masing. Penutupan itu juga hasil kesepakatan rapat Sekda DIY dengan Sekda Kabupaten Sleman, Sekda Kabupaten Bantul, dan Sekda Kota Yogyakarta,“ katanya melalui sebuah surat edaran.
-
Bagaimana TPS Sampah di Liogenteng? Untuk sampah, TPS ini dihias dengan benda-benda yang sudah tidak terpakai macam kemasan kopi saset untuk taplak meja dan karpet, tulisan dari tutup botol minuman dan vas bunga dari botol galon.Kemudian di sana juga terdapat akuarium yang terbuat dari sisa galon besar, sehingga makin terlihat berbeda.
"Sampah yang masuk ke TPST Tembokrejo sekarang sudah bisa diolah sampai 3-4 ton per hari dengan penghasilan sampai Rp 13 juta. Kalau dulu sebelum ada pendampingan hanya sekitar Rp 2 juta penghasilannya," kata Koordinator Bisnis Development PT Systemiq, Saiful saat ditemui di TPST Tembokrejo, Jumat (19/4).
Rumah-rumah di kawasan TPST saat ini juga tampak tersedia tong sampah berwarna kuning dan hijau. Kedua tong sampah tersebut untuk membedakan mana untuk sampah organik dam unorganik.
"Sekarang seluruh masyarakat Tembokrejo sudah ikut serta dalam pemilahan sampah, mencakup 3.214 rumah, dari sebelumnya sekitar 400 rumah," ujarnya.
TPST Tembokrejo sendiri dikelola secara mandiri melibatkan warga desa di bawah naungan Bumdes. Saat ini TPST telah menyerap hingga 80 pekerja, mulai dari pengumpulan sampah di rumah rumah warga, pengangkutan hingga pemilahan di tingkat TPST.
"Total ada 80 pekerja, pekerja dari luar 36, di sini 44. Nanti di kawasan Pantai Satelit, sekolahan, dan beberapa RW akan ada bank sampah," katanya.
Saiful mengatakan, hasil penjualan sampah di TPST sudah meluas di kawasan Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Hal ini membuat nilai tawar penjualan sampah bisa semakin tinggi karena banyaknya pilihan.
"Dulu sebelum didampingi jualnya hanya ke satu tempat saja, sehingga tidak bisa menentukan harga. Sekarang sudah bisa menentukan harga karena banyak pilihan tempat menjual. Ada 20-an tempat mulai ke Surabaya, Pasuruan, Mojokerto, sampai Jawa Tengah," katanya.
Saat ini dari pendapatan penjualan sampah yang mencapai Rp 13 juta per harinya, pihaknya menargetkan bisa mencapai Rp 24 juta ke depannya, melihat potensi volume sampah di Muncar yang masih tinggi.
"Target kami per hari bisa Rp 22-24 juta, karen volume sampah di Muncar secara keseluruhan per hari bisa 43,7 ton," ujarnya.
Dari banyaknya sampah di Muncar, rata rata didominasi sampah plastik sekali pakai, kardus, pampers, styrofoam, hingga limbah tekstil.
"Semua kami ambil kecuali pampers dan styrofoam, itu tidak laku," ujarnya.
Sementara itu, Hasyim (50) salah satu pekerja TPST Tembokrejo mengaku senang dengan pengelolaan sampah di desanya. Sebelum bergabung dengan TPST Tembokrejo Hasyim hanya kerja serabutan di rumahnya.
"Semua tambah bersih, lingkungan senang, saya sudah 9 bulan gabung di sini," kata Hasyim.
Hasyim bertugas sebagai penjaga mesin penggiling sampah organik. Sampah-sampah yang masuk ke TPST terlebih dahulu dipilah dengan mesin conveyor dua kali, kemudian dipilah ulang dengan bantuan manusia.
"Nanti kalau sudah dipilah, sampah plastiknya dipress, kemudian siap ditimbang untuk dijual. Yang paling banyak plastik. Ada 12 jenis sampah plastik, kasar, halus, bening, tipis, tebal, beda beda harganya," ujarnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam sehari, mereka bisa mengolah sekitar 15 ton sampah.
Baca SelengkapnyaMendorong penanganan sampah yang berwawasan lingkungan, pemkab Banyuwangi terus memfasilitasi berdirinya TPS3R.
Baca SelengkapnyaTak punya tempat pembuangan akhir, sampah tersebut dibawa kemana ya?
Baca SelengkapnyaTPS berkapasitas 84 ton per hari tersebut dijadwalkan bakal segera beroperasi penuh pada September 2023 mendatang.
Baca SelengkapnyaTPS 3R Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi meraih Plakat Adipura.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaPiala Adipura terakhir diraih Banyuwangi pada tahun 2017.
Baca SelengkapnyaSelama libur lebaran armada tidak berhenti beroperasi untuk mencegah penumpukan-penumpukan sampah di lingkungan masyarakat.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini Banyuwangi mendapatkan penghargaan adipura
Baca SelengkapnyaTPST ini merupakan pengolahan sampah sirkuler dan berkelanjutan sebagai bagian dari inisiatif program Banyuwangi Hijau.
Baca Selengkapnya