Mengapa orang mau direkrut masuk jaringan penyebar hoax ?
Merdeka.com - Bareskrim Polri membongkar jaringan ujaran kebencian serta penyebar berita hoax di media sosial. Ada enam orang yang diciduk karena kerap menyebar ujaran kebencian dan berita hoax.
Keenamnya tergabung dalam kelompok Muslim Cyber Army (MCA) dimana mereka adalah adminnya. Polisi mengklaim, anggota MCA ada sekitar 177 orang.
Lantas, apa yang menyebabkan seseorang mau ikut dalam kelompok penyebar kebencian dan berita hoax tersebut?
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks tentang Partai Perubahan? Usai pernyataan Anies yang ingin mendirikan partai baru, di media sosial beredar Anies membentuk Partai Perubahan dan mengimbau masyarakat untuk ikut bergabung bersama partai barunya.
-
Siapa yang menghindari aktivitas sosial? Kurang Terlibat dalam Aktivitas Sosial Pribadi yang membosankan biasanya jarang atau bahkan tidak pernah terlibat dalam aktivitas sosial.Mereka cenderung menjadi pemalu dan lebih memilih untuk menarik diri dari interaksi sosial bersama banyak orang.Bahkan, saat ada acara besar yang melibatkan hampir semua orang sekalipun, mereka yang membosankan akan sangat nyaman mengurung diri di dalam rumah.
-
Apa yang membuat orang menghindari berita? Banyak yang menganggap berita saat ini terasa menyedihkan, tiada henti dan membosankan. Menurut laporan itu, hasil survei mengungkap 4 dari 10 (39%) orang di seluruh dunia mengatakan mereka kadang-kadang atau sering secara aktif menghindari berita.
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
Psikolog Baharkam Mabes Polri AKBP Dilia Tri Rahayu Setyaningrum menjelaskan dengan kecenderungan angka pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi, tergabungnya banyak individu ke dalam kelompok ini akan makin besar.
"Karena bagaimana pun dasar mereka melakukan itu karena mereka mendapat suatu keuntungan dari keadaan yang tidak stabil," kata Dilia saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (28/2) malam.
Indonesia, dinilai pasar yang pas. "Mengingat jumlah penduduknya yang besar," sambungnya.
Polisi Wanita (Polwan) yang kini menjabat Kabag Psikolog Polda Jambi ini melanjutkan, jika ditarik ke belakang, melihat dari bahasanya saja, Muslim Cyber Army (MCA), sudah ada kata 'Army' di dalamnya.
"Itu menandakan kelompok tersebut me-label dirinya sebagai semacam kekuatan angkatan untuk tujuan agar terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Kemudian berakibat pada ketidakseimbangan pada suatu hal," bebernya.
"Dengan kata lain, kelompok ini terbentuk dengan tujuan tertentu," tegas wanita yang pernah menjadi pengajar di Universitas Bhayangkara ini.
Meskipun, lanjut Dilia, hingga kini motif sebenarnya terbentuknya kelompok MCA masih diselidiki polisi. "Berbeda dengan Saracen. Itu jelas motif ekonomi," ujarnya.
Selayaknya kelompok yang bertujuan, lanjut Dilia, sudah barang tentu membutuhkan sumber daya manusia. "SDM itu direkrut dengan cara tertentu dan karakter per orangan tertentu," tambahnya.
"Akhirnya setelah direkrut, mereka disamakan persepsinya melalui 'Group think'. Pikiran kelompok dengan tujuan tertentu ini-lah yang membuat mereka semakin kuat menyebar isu, fitnah lewat berita-berita hoax dalam skala lebih besar," bebernya.
Dilia menegaskan, anggota kelompok penyebar kebencian dan berita hoax cenderung tidak akan berani secara psikologis jika bergerak sendirian. "Karena kecenderungan jika tidak dipecah pikiran kelompok atau 'grup think' tadi," tegasnya.
"Maka caranya mereka saling menguatkan satu sama lain. Makin ada yg berani melakukan pemberitaan yang gila, makin yang lain terdorong untuk membuat sensasi berita lebih gila lagi dan seterusnya," tandasnya lulusan Profesi Kekhususan Klinis Dewasa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaPara ahli teori konspirasi disebut justru memiliki alasan logis dari keyakinan terhadap kepercayaan suatu masalah.
Baca SelengkapnyaMemiliki pendidikan lebih baik dan kepintaran tidak membuat seseorang dijamin kebal dari penipuan. Kenali mengapa mereka tetap rentan menjadi korban tipuan ini:
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca Selengkapnya