Mengenal Fenomena Bladu, Bikin Ikan Bengawan Solo Mabuk
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kabupaten lain untuk mengatasi pencemaran di Sungai Bengawan Solo.
Peristiwa itu diduga karena air Bengawan Solo tercemar limbah batik dan pabrik alkohol.
Mengenal Fenomena Bladu, Bikin Ikan Bengawan Solo Mabuk
Kemarau panjang membuat volume air di Sungai Bengawan Solo menyusut drastis. Kondisi tersebut membuat air mudah tercemar oleh berbagai jenis limbah yang mengalir dari beberapa anak sungai. Akibatnya kelangsungan hidup spesies ikan terancam.
Dalam setahun, pencemaran air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu bisa terjadi beberapa kali. Saat itulah fenomena bladu atau ikan yang tiba-tiba menyembul ke permukaan terjadi.
Ikan-ikan yang muncul di permukaan air diduga keracunan limbah atau mabuk. Kondisi tersebut menjadi berkah bagi warga sekitar. Mereka langsung menangkap ikan-ikan itu untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri.
"Akhir-akhir ini sudah beberapa kali bladu. Warga langsung bawa jaring untuk menangkap. Jadi nggak usah mancing," ujar Daryono, pemancing.
Ia menduga air Bengawan Solo tercemar limbah batik dan pabrik alkohol. Menurutnya limbah batik tersebut berasal dari pabrik pabrik rumahan yang mengalir melalui anak sungai dari Laweyan.
"Kalau alkohol banyak dari daerah Bekonang. Di sana banyak pabrik ciu," kata pemancing.
Reaksi Gibran
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kabupaten lain untuk mengatasi pencemaran di Sungai Bengawan Solo.
"Kita pasti akan koordinasi dengan kabupaten sekitar. Nanti kita tindaklanjuti," katanya.
Gibran menduga pencemaran air di Sungai Bengawan Solo diakibatan mengalirnya limbah alkohol dari wilayah Sukoharjo.
"Kemarin kami dari Jurug juga, kemudian ke Solo Safari. Ada temuan limbah juga, nanti kita tindak lanjuti," pungkasnya.
Persoalan pencemaran Sungai Bengawan Solo menjadi masalah pelik. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Gubernur Ganjar Pranowo sudah berkali kali mencarikan solusi. Namun nyatanya limbah berbagai jenis limbah masih mencemari sungai yang melegenda itu.
Dilansir dari laman resmi Pemprov Jateng yang diunggah 8 hari lalu, langkah Ganjar dalam menangani kasus pencemaran lingkungan, khususnya di Bengawan Solo bahkan mendapat apresiasi anggota DPR RI.
Saat itu Ganjar mengaku sudah memiliki peta secara detail, perusahaan apa saja yang mencemari dan tindakan yang sudah dilakukan saat ini.
"Di sekitar bantaran Bengawan Solo itu ada banyak perusahaan besar, industri kecil, peternakan babi, hotel, rumah sakit, dan beberapa tempat lain yang menjadi penyebab pencemaran. Kami sudah menerjunkan tim khusus untuk menangani persoalan ini. Tiap hari saya minta laporannya."
Kata Ganjar di hadapan anggota DPR RI.
Pihaknya juga sudah memanggil secara khusus, perusahaan-perusahaan, industri kecil dan peternakan yang terindikasi melakukan pencemaran. Mereka diminta berkomitmen melakukan perbaikan pengelolaan limbahnya.
“Beberapa sudah melakukan perbaikan, tapi ada sejumlah kendala, termasuk ada yang kesulitan menginstal teknologi limbahnya karena impor. Teknisinya tidak bisa masuk ke Indonesia karena Covid-19. Untuk UKM dan peternak kecil-kecil, kami dampingi dengan pembuatan IPAL komunal,” terangnya.
Fenomena bladu dalam beberapa hari terakhir terjadi di sekitar Kampung Sewu, Jebres. Selain September fenomena ini juga pernah terjadi di bulan Mei dan Juni lalu.
"Jadi kondisi ikannya itu mabuk, lemas tapi tidak mati dan ngambang (menyembul ke permukaan air). Sehingga mudah ditangkap oleh warga,” ungkap Budi Utomo, Ketua RT 01 RW 02 Kelurahan Sewu, Jebres.