Meresahkan Warga, Puluhan Preman di Tasikmalaya Dijaring Polisi
Merdeka.com - Puluhan preman di Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (30/6) dijaring aparat kepolisian karena keberadaannya dianggap meresahkan warga. Penjaringan itu pun dilakukan sebagai langkah antisipasi terjadinya kejahatan di jalanan.
Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya, AKP Siswo Tarigan mengatakan, pihaknya dalam kegiatan penjaringan preman mengamankan setidaknya 39 orang.
"Mereka kita amankan di lima kecamatan, yaitu Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Cikatomas, dan Cipatujah," katanya, Selasa (30/6).
-
Apa yang dilakukan preman tersebut? Saat mengemudi, dia dikejutkan lantaran sang preman mengaku terserempet. Seketika, ada adu mulut terjadi. Bahkan, sang preman mengaku memiliki KTA Polri.
-
Siapa yang berhadapan dengan preman? Seorang wanita berhadapan dengan aksi preman di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.
-
Kenapa nelayan Indramayu bayar uang ke preman? 'Biar saya nyari ikannya nggak keluar dari wilayah,' kata si nelayan.
-
Bagaimana preman itu bereaksi? 'Pakai ditunjuk-tunjuk, seram banget gue tremor. Tapi papi masih ladenin karena tahu kita benar dan tidak melanggar apa-apa,' lanjutnya.
-
Apa yang dilakukan preman di tahun 1980an? Aksi premanisme, merampok, memalak, hingga kasus pelecehan seksual, selalu dikaitkan dengan Gali. Aksi mereka sudah sangat meresahkan masyarakat.
-
Mengapa preman itu menantang ke Polsek? Saat diajak, sang preman justru menantang. 'Diarahin papi ke Polsek Palmerah supaya masalah kelar,' imbuhnya. Bahkan, dia mengaku jika memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Polri.
Preman yang dijaring, dia mengungkapkan, melakukan berbagai kegiatan yang membuat masyarakat resah dan berefek tidak baik. Modusnya sendiri kebanyakan dengan melakukan penjualan air mineral kepada pengguna jalan hingga meminta uang jasa pengaturan arus lalu lintas.
"Ada juga preman yang sengaja menghambat dan mempersempit ruas jalan menggunakan bambu. Hal tersebut dilakukan agar preman ini bisa menghentikan kendaraan sehingga bisa meminta uang jasa pengaturan arus lalu lintas," ujarnya.
Di salah satu lokasi penjaringan preman, Siswo menjelaskan, pihaknya menemukan obat-obatan untuk mendapatkan efek mabuk. Namun di sisi lain, dia juga menemukan sejumlah pelajar yang berlagak menjadi preman.
Dari 39 preman yang diamankan pihaknya, kebanyakan mereka adalah pemuda pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan. Dalam sehari, para preman tersebut setiap orangnya bisa menghasilkan Rp 70 ribu.
"Seluruhnya kita bawa ke Mapolres untuk dibina, termasuk para pelajar. Pelajar yang terjaring, kita minta orang tuanya yang menjemput," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari tangan para preman, polisi turut mengamankan barang bukti uang tunai sebanyak Rp580 ribu
Baca SelengkapnyaPelaku membersihkan got tanpa adanya permintaan dari pengurus lingkungan setempat.
Baca SelengkapnyaCara pungli dilakukan dengan mengutip langsung kepada para pedagang lebih dari tiga kali dan dilakukan orang berbeda pada pukul 03.00 hin
Baca SelengkapnyaTidak hanya menganiaya para pedagang, ratusan diduga preman itu juga merusak kios serta menjarah dagangan serta uang para pedagang.
Baca SelengkapnyaPolisi berjanji menindak tegas pelaku yang menyerang para pedagang hingga merusak kios pada Minggu (24/9) sore tersebut.
Baca SelengkapnyaAksi pungutan liar di Bekasi ramai disorot karena dinilai sudah tak wajar.
Baca SelengkapnyaCara pungli dilakukan dengan mengutip langsung kepada para pedagang.
Baca SelengkapnyaLokasi itu selama ini tempat warga mabuk-mabukan. Kondisi itu membuat masyarakat setempat menjadi tidak nyaman.
Baca Selengkapnya'Saya suami istri, dimintai ongkos Rp500.000 buat berdua. Padahal biasanya cuma Rp100.000."
Baca SelengkapnyaJika tidak diberi, para pelaku akan berbuat kasar, mulai marah hingga merusak truk. Hal ini membuat sopir ketakutan.
Baca SelengkapnyaViral warga Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat dibuat geram atas aksi sejumlah pemuda tarik pungli dengan modus bersihkan selokan.
Baca SelengkapnyaViral Konvoi Pesilat Halangi Laju Mobil Damkar di Sragen
Baca Selengkapnya